Potret Rumah Habib Ja’far dengan Koleksi Ratusan Buku

Habib Ja'far memulai tur rumahnya bersama Andre Taulany dengan memperlihatkan bagian teras. Rumah Habib Ja'far, yang juga berfungsi sebagai kantornya, terletak di dalam sebuah gang yang cukup luas. Ia sering menghabiskan waktu untuk bekerja dan bersantai di rumah yang sederhana namun tetap terlihat sangat nyaman tersebut.

Di pojok depan rumah Habib Ja'far, terdapat sebuah saung yang biasa digunakan untuk membuat konten dan juga sebagai tempat nongkrong bersama teman-temannya. Pada saung tersebut, terlihat beberapa poster yang menutupi dindingnya, memberikan sentuhan personal pada ruangan tersebut.

Andre Taulany dan Habib Ja'far disambut oleh ruang santai yang sering digunakan oleh Habib Ja'far. Ia mengungkapkan bahwa ia tidak menggunakan kursi, mengikuti tradisi Arab di mana orang biasa duduk di lantai sambil berbincang-bincang dan makan bersama teman-temannya.  

Ruang berikutnya dalam rumah Habib Ja'far adalah ruang koleksi buku miliknya. Buku-buku yang jumlahnya mencapai ratusan merupakan koleksi pribadinya, dan beberapa di antaranya bahkan ia jual. Habib Ja'far telah memiliki hobi membaca sejak kecil dan tetap menggeluti hobi tersebut hingga saat ini.  

Di salah satu bagian rak, Habib Ja'far memperlihatkan kepada Andre Taulany koleksi buku langka yang dimilikinya. Buku-buku tersebut merupakan cetakan edisi pertama yang sangat sulit ditemukan, dan beberapa di antaranya berbahasa Belanda. Ia menjelaskan bahwa koleksi buku tua di raknya memiliki nilai hingga ratusan juta rupiah.

Habib Ja'far juga memiliki koleksi foto yang diperolehnya dari buku-buku yang sudah rusak. Ia sengaja mengambil dan memajang foto Soekarno dari beberapa buku yang dianggap langka dan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Di salah satu sudut temboknya, terdapat penghargaan yang diterimanya saat menjadi pembicara di salah satu universitas.

Ruang terakhir yang ditampilkan oleh Habib Ja'far adalah studio yang sering digunakan untuk membuat konten. Ruangan ini ia sebut sebagai ruang rapat yang dilengkapi dengan satu sofa dan beberapa peralatan untuk mendukungnya membuat konten.

Habib Ja'far memiliki nama lengkap Habib Husein Bin Ja'far Al Hadar. Ia lahir di Bondowoso, Jawa Timur, pada 21 Juni 1988. Menurut catatan Rabithah Alawiyah, Habib Ja'far merupakan keturunan ke-38 Nabi Muhammad SAW. Ayahnya bernama Ja'far dengan marganya Al Hadar.

Habib Husein bin Ja'far Al Hadar, S.Fil.I., M.Ag. (Arab: حسين جعفر الحضر; lahir 21 Juni 1988) adalah seorang pendakwah dan penulis Indonesia. Beliau merupakan lulusan Magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sebagai keturunan Nabi, seorang habib seharusnya menjadi teladan dengan mencerminkan akhlak mulia sebagaimana Rasulullah SAW. Rabithah Alawiyah, yang dipimpin oleh Habib Zen bin Smith, juga menekankan bahwa akhlak yang baik menjadi salah satu alasan utama mengapa keturunan Nabi disebut sebagai habib.

Habib Husein bin Ja'far Al Hadar kemudian meraih gelar Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I) dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan jurusan Aqidah dan Filsafat Islam. Ia melanjutkan pendidikan tingginya dengan mengikuti program Magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir di universitas yang sama.  

Husein Ja'far Al Hadar, Habib berdarah Madura, semakin mencuat namanya. Habib Husein Bin Ja'far Al Hadar lebih dikenal dengan sebutan Habib Ja'far. Nama pendakwah ini semakin akrab di kalangan anak muda. Perlu diketahui, Habib Husein Ja'far merupakan dai yang berasal dari keturunan Madura.