Liputan6.com, Jakarta - Domestic Abuse atau yang dikenal sebagai kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan pola perilaku yang digunakan untuk menyakiti, meneror, memanipulasi, atau mendapatkan kendali atas anggota keluarga. Kekerasan dalam rumah tangga dapat dilakukan oleh anggota keluarga, seperti pasangan, orang tua, anak, saudara kandung, kerabat, dan sebagainya.Â
Bila kekerasan dalam rumah tangga dilakukan oleh pasangan, hal itu disebut sebagai kekerasan dalam pasangan intim. Ketika seorang anak menjadi korban KDRT, hal itu disebut sebagai pelecehan anak.Â
Baca Juga
Orang-orang dari kelompok marginal mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami pelecehan. Namun, penting disadari bahwa siapa pun dapat menjadi korban pelecehan, tanpa memandang usia, ras, jenis kelamin, orientasi seksual, atau agama.
Advertisement
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan masalah kesejahteraan sosial yang serius secara global. Faktanya, kekerasan dalam rumah tangga diyakini merupakan kejahatan yang paling umum terjadi, tetapi paling sedikit dilaporkan.
Lantas, apa saja jenis, penyebab, tanda-tanda, dan dampak dari kekerasan dalam rumah tangga ini? Berikut ulasannya, seperti yang dilansir dari halaman Verywell Mind pada Sabtu (6/1/24).
Jenis Kekerasan dalam Rumah Tangga
Kekerasan dalam rumah tangga dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Berikut beberapa jenis kekerasan dalam rumah tangga:
1. Pelecehan Fisik
Terjadi ketika seseorang menyakiti tubuh orang lain sehingga menyebabkan korban kesakitan atau menderita luka fisik. Pelecehan fisik meliputi menampar, memukul, menendang, meninju, mencubit, menggigit. mencekik, mendorong, atau membakar orang lain.
2. Pelecehan Seksual
Mencakup segala sesuatu atau kontak seksual tanpa izin jelas dari orang lain. Pelecehan seksual juga mencakup segala bentuk kontak seksual antara orang dewasa dan remaja.
3. Pelecehan Emosional atau Psikologis
Meliputi perilaku membentak, mengumpat, mencaci-maki, menindas, memaksa, mempermalukan, melecehkan, mengancam, menakuti, mengucilkan, memanipulasi, dan mengendalikan orang lain.
4. Menelantarkan
Mencakup kegagalan menyediakan kebutuhan, seperti makanan, air, pakaian, tempat tinggal, perawatan medis, atau pengawasan kepada anak atau orang tua yang menjadi tanggungannya. Menelantarkan bisa juga bersifat emosional yang melibatkan kegagalan memberikan cinta, perhatian, dan dukungan emosional kepada anggota keluarga.
5. Penyalahgunaan Keuangan
Melibatkan pengendalian keuangan seseorang dengan mengendalikan pendapatannya, membatasi kemampuannya untuk bekerja atau menumpak hutang atas nama orang lain.
6. Penyalahgunaan Teknologi
Melibatkan teknologi sebagai sarana untuk mengancam, menguntit, melecehkan, dan menganiaya orang lain. Contohnya, penggunaan alat pelacak untuk memantau pergerakan atau aktivitas online seseorang dan menuntut akses ke media sosial atau akun e-mail orang tersebut.
Tanda-Tanda Kekerasan dalam Rumah Tangga
Penting bagi kamu untuk mengenali kekerasan dalam rumah tangga karena korbannya bisa saja orang terdekatmu, seperti teman, anggota keluarga, rekan kerja, atau tetangga. Berikut beberapa tanda-tanda orang yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
- Menjadi kesal atau gelisah;
- Menjadi menarik diri atau tidak responsif;
- Menunjukkan tanda-tanda ketakutan atau kegugupan di sekitar orang-orang tertentu;
- Menampilkan perubahan perilaku yang tiba-tiba atau perilaku yang tidak biasa;
- Mengalami luka seperti sayatan, lebam, mata hitam, atau patah tulang;
- Mengalami luka memar, berdarah, pakaian robek, atau bercak darah di sekitar alat kelamin;
- Dehidrasi, kekurangan gizi, atau tidak terawat;
- Hidup dalam kondisi yang tidak aman atau tidak sehat;
- Mengenakan pakaian lengan panjang atau kacamata hitam untuk menutupi memar;
- Memiliki kebiasaan makan atau tidur yang tidak biasa;
- Menjadi sangat lemah lembut dan meminta maaf;
- Kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari;
- Mengisolasi diri dari teman dan keluarga.Â
Â
Advertisement
Penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga
Penelitian menunjukkan bahwa ada sejumlah faktor berbeda yang berpengaruh terhadap penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, yaitu:
1. Faktor Budaya
Secara historis, banyak budaya patriarki yang mengizinkan pemukulan dan hukuman terhadap perempuan dan anak-anak, yang dipandang sebagai hak milik laki-laki. Selain itu, konsep seksualitas perempuan seringkali dikaitkan dengan kehormatan keluarga. Oleh karena itu, tindakan atau perilaku apa pun yang dilakukan perempuan yang dianggap tidak menghormati keluarga akan ditanggapi dengan penilaian dan pelecehan.
2. Faktor Hukum
Lembaga penegak hukum cenderung memperlakukan kekerasan dalam rumah tangga sebagai masalah pribadi keluarga dan terkadang ragu untuk campur tangan atau terlibat. Tindakan kekerasan dalam rumah tangga sering kali diperlakukan lebih lunak dibandingkan kejahatan yang dilakukan oleh orang asing. Faktanya, pelecehan seksual yang dilakukan oleh pasangan intim bahkan tidak dianggap sebagai kejahatan di banyak budaya.
3. Faktor Ekonomi
Kekurangan sumber daya ekonomi sering dikaitkan dengan kekerasan dalam rumah tangga. Tidak sedikit kasus perceraian yang diakibatkan oleh masalah ekonomi.
4. Faktor Lingkungan
Orang-orang yang tumbuh di lingkungan yang penuh kekerasan dan menyaksikan atau mengalami kekerasan saat masih anak-anak, kemungkinan besar akan melakukan kekerasan dalam rumah tangga saat dewasa. Hal ini disebut sebagai siklus pelecehan antargenerasi.
5. Faktor Sosial
Masyarakat masih cenderung demikian, yaitu menyalahkan korban karena telah dianiaya sehingga menyulitkan mereka untuk melaporkan para pelaku kekerasan. Korban seringkali diteliti dengan cermat dan segala ketidaksempurnaan dikesampingkan oleh mereka.
Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga
- Merasa bersalah atau malu;
- Merasa tidak berdaya;
- Merasa dikendalikan atau dimanipulasi;
- Takut melakukan sesuatu yang membuat pelaku kekerasan kesal;
- Berperilaku berbeda untuk menghindari pelaku marah;
- Mengalami sulit tidur, berkonsentrasi, atau berpartisipasi dalam berbagai aktivitas;
- Melemahnya kondisi kesehatan mental;
- Merasa sangat waspada ketika bepergian;
- Tidak merasa cukup baik untuk melakukan sesuatu sendirian.
Â
Advertisement