Sukses

Peran Kerah Baju sebagai Pembeda Status Sosial dalam Sejarah

Pada pertengahan abad ke-15 di dunia Barat, orang-orang cenderung mengenakan pakaian dengan garis leher rendah tanpa kerah. Namun, periode ini ditandai dengan perubahan desain yang memasukkan kerah sebagai elemen utama dalam busana. Lebih dari sekadar elemen gaya, kerah juga berfungsi sebagai simbol status sosial, membedakan kelas atau kedudukan seseorang dalam masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta Di pertengahan abad ke-15, tatanan busana di dunia Barat mengalami transformasi penting seiring dengan munculnya kecenderungan memakai kerah pada pakaian. Sebelumnya, kebanyakan orang mengenakan pakaian dengan leher yang rendah tanpa keberadaan kerah.

Tetapi dengan berkembangnya dunia mode pada periode ini, kerah mulai menjadi elemen kunci dalam desain pakaian. Perubahan tersebut tidak hanya mencakup bentuk dan dimensi kerah, tetapi juga menghadirkan beragam variasi dalam gaya berpakaian, mencerminkan pergeseran selera dan kebutuhan fashion di kalangan masyarakat Barat.

Lebih menariknya, kerah bukan hanya berperan sebagai elemen gaya belaka, melainkan juga menjadi simbol status sosial. Jenis kerah yang dipilih oleh seseorang bisa menjadi penunjuk kelas atau posisi mereka dalam hierarki masyarakat. Orang-orang dari kalangan atas umumnya memilih kerah yang lebih besar dan rumit, seringkali dihiasi dengan detail mewah, sementara kalangan bawah cenderung memilih kerah yang lebih sederhana dan praktis.

Oleh karena itu, perkembangan tren kerah tidak hanya mencerminkan evolusi mode, melainkan juga mencitrakan dinamika kompleks dalam struktur sosial pada masa itu.

2 dari 15 halaman

1. Kerah Mandarin

Gaya kerah mandarin, atau dikenal juga sebagai kerah tegak atau kerah choker, merujuk pada jenis kerah pendek yang tidak dilipat pada pakaian seperti kemeja atau jaket. Asal mula gaya ini dapat dilacak hingga sebutan orang Barat terhadap para birokrat Tiongkok pada masa Dinasti Qing.

Birokrat Tiongkok pada era tersebut mengenakan pakaian formal yang memiliki ciri khas kerah pendek dan tegak sebagai bagian dari seragam mereka. Kerah mandarin memberikan kesan elegan dan formal, sering kali dikenakan dalam konteks pakaian seremonial atau untuk keperluan resmi.

Gaya kerah mandarin tidak hanya menjadi unsur fungsional dalam dunia mode, tetapi juga mencerminkan pengaruh budaya dan sejarah. Penggunaan kerah ini sebagai bagian dari seragam birokrat menggambarkan penghargaan terhadap tradisi dan norma-norma sosial Tiongkok pada masa itu. Selain itu, kerah mandarin telah menjadi elemen mode yang menyeberang ke berbagai budaya, mendapatkan popularitas di luar Tiongkok dan diadopsi dalam berbagai desain pakaian di seluruh dunia.

3 dari 15 halaman

2. The Ruff

Pada abad ke-16, gaya kerah yang menjadi tren di kalangan kelas atas mungkin bisa diibaratkan dengan memakai arloji berharga ratusan juta pada zaman sekarang. Meskipun tergolong dalam mode yang tampak berlebihan, gaya ini memiliki makna yang besar dalam menunjukkan status sosial pemakainya. Suksesnya gaya kerah ini berkaitan dengan kemajuan dalam pembuatan tepung pati, yang digunakan untuk menciptakan kerah ruff dengan bentuk yang sempurna.

Puncak kepopuleran kerah seperti ini terjadi pada tahun 1580-an dan 1590-an, di mana beberapa orang bahkan memakai kerah dengan bahan sepanjang enam meter. Bahan tersebut menciptakan kerah ruff yang kaya akan detail, dengan 600 lipatan membentuk struktur kerut yang cantik. Menariknya, kerah ruff tidak hanya dipakai oleh wanita, tetapi juga oleh pria. Meskipun menjadi tren di kalangan elit, tidak semua orang menyukai gaya ini.

Sekitar tahun 1585 di London, kerah ruff disebut sebagai gaya Prancis, tetapi ketika orang Inggris pergi ke Paris, orang Paris yang kurang memahami tren menyindirnya dengan menyebutnya 'monster Inggris.' Trend kerah ruff ini tidak bertahan lama karena sulit dirawat dan mahal.

4 dari 15 halaman

3.Kerah Medici

Model kerah yang berdiri kaku di bagian belakang leher dengan bentuk yang terbuka dan meninggi, dikenal sebagai kerah Medici, meraih popularitas yang tinggi di kalangan bangsawan pada abad ke-16.

Gaya ini sering dipasangkan dengan gaun berpotongan leher terbuka dan rendah, memperlihatkan sebagian dada pemakainya. Agar tetap kokoh, kerah Medici biasanya diperkuat dengan kanji atau kawat.

Bahan-bahan mewah seperti renda, satin bersulam, atau material ringan lainnya digunakan untuk menciptakan kerah yang mencapai ketinggian mencolok di atas bahu dan kepala pemakainya, seringkali dihiasi dengan permata kecil yang menambah pesona tampilan.

Marie de’ Medici, keponakan dari Grand Duke of Tuscany, memperkenalkan jenis kerah ini di Prancis pada abad ke-16. Dia mengimpor kerah Medici dari Italia, tanah kelahirannya, meskipun dengan harga yang sangat mahal karena melibatkan pelanggaran hukum perdagangan dengan Italia pada saat itu. Sebutan untuk jenis kerah ini akhirnya diambil dari nama belakangnya, dan kerah Medici terus menjadi simbol gaya aristokratik yang mewah dan mencolok.

5 dari 15 halaman

4. Kerah Golila

 

Model kerah yang kaku dan melebar di bawah dagu menjadi lambang dominasi tren mode di panggung fashion Spanyol selama beberapa dekade awal abad ke-17.

Puncak popularitasnya terjadi pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17, di mana kerah ini tidak hanya memenuhi peran praktis sebagai bagian dari pakaian, tetapi juga menjadi simbol gaya dan keanggunan di kalangan masyarakat Spanyol. Dengan melebar di bawah dagu, kerah ini memberikan sentuhan dramatis pada busana, menciptakan siluet yang mencolok dan memberikan kesan mendalam.

Walaupun kerah ini meraih puncak popularitasnya, dunia mode terus berkembang, membawa perubahan signifikan dalam desain pakaian. Pada masa berikutnya, model kerah yang kaku dan melebar ini perlahan digantikan oleh kerah tegak yang lebih praktis dan berbahan ringan. Pergantian ini dipicu oleh kebutuhan akan kenyamanan dan fungsionalitas, karena kerah tegak memberikan pemakainya keleluasaan bergerak yang lebih besar.

6 dari 15 halaman

5. Kerah vandyke

Kerah yang besar dan mencolok dengan sisi yang dekat pada leher yang tinggi, dan meluas hingga ke atas bahu, menjadi salah satu mode yang menonjol pada kuartal kedua abad ke-17.

Gaya ini umumnya diproduksi dengan menggunakan bahan renda atau brokat, memberikan kesan kemewahan dan keanggunan pada pakaian yang dikenakan. Penampilan kerah yang mencolok ini tergambar secara rinci dalam lukisan terkenal karya Sir Anthony Van Dyck berjudul 'Charles I,' di mana kerah yang mencolok menjadi salah satu ciri khas busana yang membedakan raja tersebut.

Penggunaan bahan seperti renda dan brokat menambahkan unsur keanggunan yang khas pada kerah ini. Sebagai bagian integral dari mode pada masa itu, kerah besar menjadi salah satu bentuk ekspresi puncak gaya dan estetika dalam dunia fashion abad ke-17.

7 dari 15 halaman

6. Kerah Bertha

Gaya kerah yang melebar dan berpotongan leher rendah, menonjolkan elegansi dan keanggunan bahu perempuan yang memakainya, dikenal sebagai kerah bertha. 

Kerah ini umumnya terbuat dari bahan-bahan mewah seperti brokat, renda, atau kain tipis lainnya, memberikan sentuhan feminin dan romantis pada pakaian. Populer pada abad ke-17 dan ke-19, gaun berkerah bertha menjadi simbol mode yang menggabungkan keindahan tradisional dengan unsur modern.

Hingga saat ini, model gaun berkerah ini masih tetap relevan dan sering digunakan, terutama dalam konteks gaun pengantin. Banyak desainer mode mengadopsi kerah bertha untuk memberikan sentuhan klasik dan anggun pada gaun pengantin modern. 

Keklasikan gaya ini membuatnya timeless, dan pemakaian bahan-bahan eksklusif menambahkan nuansa kemewahan pada keseluruhan tampilan. Dengan demikian, gaun berkerah bertha tetap menjadi pilihan favorit di dunia fashion, terutama bagi mereka yang menginginkan kombinasi yang sempurna antara tradisi dan keindahan modern.

8 dari 15 halaman

7. Kerah bongkar pasang

Pada tahun 1820-an, Hannah Montague menghasilkan inovasi yang revolusioner dengan merumuskan ide menciptakan kerah yang bisa dilepas dari kemeja.

Inspirasi untuk ide ini muncul dari keinginan untuk memudahkan proses pencucian pakaian, terutama karena kerah baju cenderung lebih cepat kotor dibandingkan dengan bagian pakaian lainnya. Suaminya, Orlando Montague, menjadi orang pertama yang mengenakan model ini, menandai awal dari tren yang kemudian akan memengaruhi dunia mode.

Walaupun kerah ini bisa dilepas, bentuknya lebih mirip dengan kerah kemeja modern. Fungsinya tidak hanya terkait dengan kemudahan pencucian, tetapi juga memberikan alternatif gaya yang praktis. Setelah model kerah ini muncul, Ebenezer Brown dan Orlando Montague mulai memproduksi secara massal di Troy, New York.

Kerah yang bisa dilepas dibuat dari berbagai bahan, mulai dari katun hingga linen, dan biasanya hanya tersedia dalam satu warna, yaitu putih. Keunikan terletak pada kekakuan seperti karton dan cara pemasangannya dengan satu set kancing di depan dan satu lagi di belakang. Meskipun menjadi tren yang populer pada zamannya, popularitas kerah yang dapat dilepas ini mulai meredup pada tahun 1920-an dan 1930-an.

9 dari 15 halaman

8.Kerah Pelaut

Kerah yang mungkin menjadi yang paling ikonik dari seragam Angkatan Laut Kerajaan Inggris (Royal Navy) adalah yang memiliki bentuk V di bagian depan leher, tidak kaku, dan berbentuk persegi di bagian punggung. 

Meskipun model seragam Angkatan Laut Kerajaan Inggris telah mengalami berbagai perubahan sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1857, bentuk kerah ini tetap dipertahankan sebagai elemen khas. 

Pentingnya bentuk kerah ini tidak hanya terbatas pada wilayah militer, karena desainnya yang bersifat sederhana dan fungsional membuatnya banyak diadopsi di luar angkatan laut. 

Sebagai contoh, bentuk kerah ini telah menjadi bagian integral dari seragam sekolah di beberapa negara. Penggunaan kerah ini dalam konteks pendidikan mencerminkan daya tahan dan daya tarik desain yang telah bertahan sepanjang waktu. 

10 dari 15 halaman

9.Kerah Pendeta

Kerah pendeta yang dapat dilepas, sebuah inovasi yang ditemukan pada tahun 1865 oleh Donald McLeod, seorang pendeta Gereja Skotlandia (Presbyterian) di Glasgow, memiliki desain yang unik dan berfungsi.

Desainnya dimaksudkan untuk menutupi bagian leher dengan sebuah kotak kecil berwarna putih di pangkal tenggorokan, dan yang menarik adalah bagian putih ini dapat dilepas dari kemeja pendeta. Setelah dilepas, secara visual, kemeja pendeta tidak berbeda dari kemeja-kemeja biasa, memberikan fleksibilitas dalam penampilan sehari-hari.

Pada awalnya, bagian kerah ini umumnya terbuat dari linen atau katun, memberikan sentuhan tradisional dan ketahanan yang baik terhadap desainnya. Namun, seiring berkembangnya teknologi dan material, sekarang seringkali kerah pendeta yang dapat dilepas dibuat dari plastik, memberikan kemudahan perawatan dan daya tahan terhadap cuaca serta penggunaan sehari-hari.

11 dari 15 halaman

10. Kerah gaya Edwardian

Kerah bergaya tinggi yang sedang trend pada masa pemerintahan Raja Edward VII (1901-1910) di Britania Raya menjadi lambang fesyen bagi kalangan elit pada waktu itu. Baik laki-laki maupun perempuan dari kelas atas mengaplikasikan gaya ini dalam pakaian sehari-hari atau busana resmi, menambahkan sentuhan kemewahan pada penampilan mereka.

Ciri khas utama dari kerah ini adalah tingginya yang mencolok, melekat pada garis leher, dan meluas hingga ke dagu. Desain yang mencakup kedua sisi leher menciptakan tampilan yang elegan dan klasik.

Pilihan untuk menggunakan kerah bergaya tinggi ini populer karena memberikan identitas yang mencolok pada pakaian. Bentuknya yang mencapai hingga ke tenggorokan di bagian depan dan hingga garis rambut di bagian belakang memberikan dimensi menarik pada desainnya. Penggunaan kerah ini pada waktu itu bukan sekadar sebagai mode, melainkan juga menjadi simbol status sosial dan citra diri yang sederhana namun berkelas.

12 dari 15 halaman

11. Kerah HRH

Kerah ini juga termasuk salah satu terobosan dalam dunia mode yang muncul selama pemerintahan Edward VII. Didesain oleh Charvet, rumah mode ternama asal Prancis, kerah ini secara khusus diciptakan untuk raja Britania Raya pada masa itu. Keunggulan dalam desainnya membuatnya meraih popularitas yang cukup besar pada akhir abad ke-19.

Desain kerah ini mencirikan kombinasi antara sentuhan klasik dan modern. Charvet berhasil menciptakan kerah yang tidak hanya memenuhi standar elegansi dan keanggunan yang diinginkan oleh sang penguasa, tetapi juga mampu menarik hati masyarakat umum.

Warisan mode dari rumah mode Charvet tetap memberikan pengaruh yang besar dalam dunia fashion, memberikan inspirasi bagi para desainer modern untuk menciptakan desain yang menggabungkan kemewahan dan inovasi.

13 dari 15 halaman

12. Kerah Peter Pan

Kerah Peter Pan, dengan bentuknya yang pipih dan sudut bulat mendapat namanya dari aktris Amerika, Maude Adams yang memerankan Peter Pan pada tahun 1905. Meskipun jenis kerah serupa telah digunakan sebelumnya, desain ini meraih ketenaran berkat kostum yang dikenakan oleh Adams dalam peran ikonik tersebut. 

Desain kerah ini, yang diciptakan oleh John White Alexander dan istrinya, diperlihatkan sebagai bagian dari kostum Peter Pan yang dipakai oleh Maude Adams di New York.

Kostum Peter Pan dengan kerah khasnya menjadi sangat terkenal, tidak hanya dalam buku atau drama J. M. Barrie, tetapi juga dalam produksi asli London tahun 1904 yang dibintangi oleh Nina Boucicault. Meskipun penggambaran Peter Pan berikutnya mungkin tidak selalu menggunakan kerah tersebut, kerah Adams membuktikan kesuksesan mode yang terjalin erat dengan seni pertunjukan di Amerika Serikat dan Inggris. 

14 dari 15 halaman

13. Kerah polo

Pada tahun 1933, René Lacoste, seorang bintang tenis terkemuka, memutuskan untuk membawa inovasi ke dalam pakaian olahraganya dengan tujuan membuatnya lebih nyaman. Pada waktu itu, para pemain tenis sering kali mengenakan kemeja katun Oxford dengan lengan yang digulung.

Inspirasi Lacoste datang dari kemeja yang dikenakan oleh teman bermain polo-nya, dan dari situlah muncul ide untuk menciptakan kaos polo modern. Inovasi ini memberikan sentuhan kesegaran dan kenyamanan yang diinginkan oleh para atlet, dan kaos ini dikenal dengan sebutan 'polo shirt' atau kaos polo.

Debut kaos polo ini pertama kali terjadi di lapangan tenis AS pada tahun 1926. Pada tahun berikutnya, 1927, Lacoste menambahkan logo legendaris berupa gambar buaya sebagai penghormatan terhadap nama panggilannya, le Crocodile. Setelah pensiun dari dunia tenis pada tahun 1932, Lacoste mendirikan perusahaannya sendiri yang diberi nama Eponymous pada tahun 1933. Dia mulai menjual kemeja tenisnya kepada publik, dan gaya inovatif ini dengan cepat diadopsi oleh pemain tenis lainnya, serta pemain polo dan golf.

Seiring berjalannya waktu, kaos polo tidak hanya menjadi pilihan populer di dunia olahraga, tetapi juga merambah ke dunia mode sehari-hari. Kaos polo tidak lagi hanya dianggap sebagai pakaian olahraga, melainkan telah menjadi item serba guna yang dapat dikenakan dalam berbagai kesempatan.

15 dari 15 halaman

14. Kerah kekinian

Dalam era modern, bentuk kerah mengalami evolusi yang cukup signifikan, mengambil berbagai bentuk yang lebih bebas dan kreatif. Seiring dengan perkembangan gaya dan tren, para desainer fashion terus berinovasi dengan menciptakan kerah-kerah yang unik dan beraneka ragam untuk memenuhi kebutuhan variasi dalam dunia fashion.

Beberapa kerah mungkin merujuk langsung pada gaya klasik yang populer pada masa lalu, sementara yang lain mungkin mengeksplorasi ide-ide baru dan futuristik. Kreativitas dalam desain kerah tidak hanya menciptakan variasi mode yang menarik, tetapi juga menunjukkan bagaimana warisan gaya dari masa lalu dapat terus hidup dan memberikan inspirasi bagi generasi mode yang lebih modern.