Liputan6.com, Jakarta Konon, kacamata telah menjadi salah satu penemuan paling penting dalam sejarah manusia, setara dengan penemuan api dan roda. Dari kebutuhan fungsional hingga status sebagai aksesori gaya hidup, perjalanan panjang kacamata telah membentuk bagian integral dari perkembangan manusia. Awalnya dikenal sebagai “batu baca” kacamata memiliki sejarah yang kaya dan menarik, mengalami transformasi yang signifikan hingga mencapai bentuknya yang dikenal saat ini.
Namun, seiring berjalannya waktu, kacamata berkembang menjadi lebih dari sekadar alat koreksi penglihatan. Mereka bermetamorfosis menjadi pernyataan gaya, memainkan peran penting dalam mendefinisikan penampilan dan identitas seseorang. Kacamata tidak lagi hanya tentang melihat dunia dengan lebih jelas; mereka menjadi ekspresi diri dan gaya hidup.
Baca Juga
Mengenai siapa yang pantas diakui sebagai penemu kacamata, misteri ini semakin membingungkan. Benjamin Franklin sering dikaitkan dengan penemuan kacamata, tetapi sejarah mengungkapkan bahwa ide tentang kacamata telah hadir sejak lebih dari 400 tahun sebelum abad ke-18, ketika Franklin aktif.
Advertisement
Sebuah puzzle sejarah yang menarik, di mana berbagai tokoh dan kontributor merancang perangkat yang kini begitu tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Merangkum dari berbagai sumber, artikel ini akan menceritakan kembali perjalanan kacamata hingga menjadi benda yang sangat digemari saat ini.
1. Kaisar Nero yang Menggunakan Batu Zamrud Saat Menonton Pertandingan Gladiator (54-68 M)
Pada era Kekaisaran Romawi, Kaisar Nero, yang berkuasa dari tahun 54 hingga 68 M, diketahui menggunakan benda yang berfungsi mirip kacamata. Saat menyaksikan pertandingan gladiator, kisah menyebutkan bahwa Nero memilih menggunakan batu zamrud.
Sejarah mencatat kejadian ini sebagai salah satu momen awal penggunaan alat bantu visual, meskipun dengan keberlanjutan perdebatan seputar alasan sebenarnya di balik pilihan Nero. Apakah Nero menghadapi tantangan penglihatan yang perlu diatasi atau apakah ia lebih memilih kenyamanan di bawah sinar matahari terik, menjadi teka-teki yang tetap tak terjawab dalam riwayat kacamata.
Kisah Kaisar Nero menyoroti kompleksitas awal penggunaan alat bantu visual, menegaskan bahwa kacamata bukanlah fenomena modern semata. Sebagai seorang pemimpin, Nero mungkin menjadi salah satu tokoh yang memperkenalkan elemen praktis dan mewah dari kacamata, memberikan kontribusi awal terhadap peran mereka dalam sejarah dan budaya manusia.
Advertisement
2. Kaca Halus sebagai Alat Bantu Penglihatan (956-1040 M)
Ibn al-Haytham, seorang sarjana dan astronom asal Irak yang hidup sekitar tahun 965-1040 M, menjadi pionir dalam penelitian mengenai cahaya dan mekanisme penglihatan. Pengkajiannya mencakup telaah mendalam terhadap lensa dan eksperimen dengan berbagai jenis cermin, termasuk datar, bulat, parabola, silindris, cekung, dan cembung. Hasil eksperimennya menunjukkan bahwa objek visual yang melintasi material terbal, seperti air dan kaca, mengalami pembesaran, melebihi ukuran sebenarnya.
Pada tahun 1027, al-Haytham menyelesaikan karyanya yang monumental, ‘Kitab al-Manazir’ atau ‘Buku Optik’ Dalam bukunya ini, ia merinci temuannya tentang pembiasan cahaya dan sifat lensa, memberikan dasar ilmiah yang kuat untuk pemahaman kita tentang optika. Selain itu, al-Haytham mengusulkan bahwa kaca yang dihaluskan bisa menjadi alat bantu bagi mereka yang mengalami gangguan penglihatan. Meskipun ide ini baru diadopsi bertahun-tahun kemudian, kontribusi al-Haytham terhadap optika telah membuka jalan untuk pemahaman yang lebih mendalam tentang cahaya dan penglihatan.
Meskipun idenya tentang kaca halus sebagai alat bantu penglihatan baru diwujudkan setelah beberapa waktu, warisan ilmiah al-Haytham tetap tak ternilai. Karya dan temuannya menjadi landasan penting dalam pengembangan optika dan ilmu penglihatan, memberikan cahaya yang terang pada perjalanan panjang kacamata menuju bentuk dan fungsi yang kita kenal saat ini.
3. Kaca Pembesar Roger Bacon (Abad ke-13)
Pada abad ke-13, sarjana Inggris Roger Bacon (1214-1294) merintis langkah baru dalam penggunaan kaca pembesar. Dalam karyanya, Bacon menguraikan metode memperbesar objek visual dengan menggunakan potongan bola kaca. Dalam kutipannya yang terkenal, ia menyatakan kegunaan alat tersebut untuk orang tua dan mereka yang mengalami kelemahan penglihatan, memungkinkan mereka melihat huruf-huruf kecil dengan jelas.
Meskipun Bacon menciptakan gagasan ini, sejarawan sains mencatat bahwa inspirasinya mungkin berasal dari Kitab al-Manazir karya Ibn al-Haytham, yang sebelumnya mengusulkan penggunaan bola kaca untuk melihat benda kecil.
Dengan demikian, dapat ditarik benang merah antara eksperimen dan penelitian Ibn al-Haytham yang menunjukkan kemungkinan penggunaan bola kaca untuk melihat hal-hal kecil dan pandangan Bacon yang lebih terfokus pada manfaat kaca pembesar. Meskipun tak ada bukti bahwa Bacon menerapkan pengetahuannya, sumbangannya terhadap konsep ini telah membuka pintu untuk pengembangan lebih lanjut dalam bidang optika.
Advertisement
4. Kacamata Mineral Beryl Tanpa Penyangga (13-14 M)
Eksistensi kacamata pertama kali terdokumentasi di Eropa pada akhir abad ke-13 M, dengan penampakannya mulai terlihat dalam lukisan-lukisan pada pertengahan abad ke-14 M. Lukisan-lukisan ini menggambarkan kacamata dengan dua lensa bulat, disusun dalam bingkai yang terhubung oleh poros dan gagang logam berbentuk "V". Menariknya, dalam representasi ini, tidak terdapat gagang untuk disangkutkan di telinga seperti yang kita kenal pada kacamata modern. Pada masa itu, fungsi utama kacamata adalah untuk membantu membaca, memperjelas teks-teks yang mungkin sulit dibaca oleh pemakainya.
Sang kardinal Hugh of St. Cher, yang terkenal dalam lukisan Tommaso ad Modena pada tahun 1352 di dinding gereja di Treviso, menjadi salah satu contoh pemakai kacamata pada masa itu. Desain kacamata pada saat itu sangat berbeda dari yang kita kenal sekarang, dan lensa bukan terbuat dari kaca seperti saat ini, melainkan dari mineral Beryl. Lukisan ini tidak hanya menciptakan rekam jejak visual awal tentang evolusi kacamata di Eropa, tetapi juga menunjukkan bahwa kacamata telah menjadi alat yang berguna, bahkan pada periode sejarah yang relatif awal ini.
Dengan adanya representasi gambar kacamata ini dalam lukisan Tommaso ad Modena, kita mendapatkan kesaksian visual yang berharga tentang evolusi desain dan penggunaan kacamata selama abad ke-14 M. Kacamata ini tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu penglihatan, tetapi juga menjadi bagian dari perkembangan kultural dan estetika pada masa itu.
5. Lorgnette, Alat Bantu Penglihatan yang Terkenal di Kalangan Wanita (Abad ke-18 hingga 19)
Lorgnette, sepasang kacamata mungil dengan pegangan, muncul sebagai inovasi elegan pada abad ke-18. Kata "lorgnette" berasal dari bahasa Perancis, "lorgner," yang berarti "melirik" atau "mengawasi secara sembunyi-sembunyi." Diyakini diciptakan pada tahun 1770 oleh George Adams I, seorang ahli optik asal Inggris. Putranya mengilustrasikan alat ini dalam "Essay on Vision" (1789 dan 1792), menggambarkannya sebagai alternatif yang modis untuk kacamata konvensional. Lorgnette, yang menjadi jawaban bagi perempuan abad ke-19 yang membutuhkan bantuan penglihatan tanpa ingin menonjolkan kacamata, membawa nuansa estetika baru dalam dunia kacamata.
Sebelum munculnya lorgnette, alat bantu optik cenderung lebih populer di kalangan pria. Namun, lorgnette mengubah dinamika ini, memperkenalkan gaya dan daya tarik khusus bagi perempuan pada abad ke-19. Selain memberikan solusi praktis, alat ini dianggap menambah sentuhan elegan, khususnya di kalangan sosial atas. Perempuan yang memakai lorgnette menjadi pemandangan umum di teater dan opera pada masa itu, menegaskan bahwa alat bantu penglihatan tidak hanya berfungsi, tetapi juga bisa menjadi bagian dari pernyataan gaya dan status sosial.
Lorgnette berkembang lebih lanjut dalam variasi desainnya, salah satunya adalah kipas lorgnette. Ratu Prancis abad ke-18, Marie Antoinette, diakui sebagai penggagas gaya ini. Kipas lorgnette menjadi simbol keanggunan dan keindahan, menggabungkan fungsi praktis dengan elemen seni dan mode. Dengan demikian, lorgnette tidak hanya menjadi alat bantu penglihatan, tetapi juga mengukir namanya dalam sejarah sebagai simbol gaya yang timeless.
Advertisement
6. Kemajuan Dunia Optika dengan Kacamata Bifokal (Tahun 1784)
Kacamata bifokal, dengan desain dua bagian pada lensanya, merupakan kemajuan revolusioner dalam dunia optika. Penemuannya dikaitkan dengan salah satu tokoh pendiri Amerika, Benjamin Franklin, seorang ilmuwan dan penulis terkenal. Pada tahun 1784, Franklin menciptakan kacamata bifokal sebagai solusi inovatif untuk kondisi presbiopia yang dialaminya sendiri. Presbiopia, suatu kondisi di mana mata kehilangan kemampuan untuk fokus pada objek dekat, membuat Franklin mencari cara untuk menyederhanakan penggunaan kacamata dalam berbagai situasi.
Kacamata bifokal dirancang dengan bagian atas lensa untuk melihat objek pada jarak jauh, sementara bagian bawahnya ditujukan untuk membantu membaca objek yang berada dekat. Ide ini memungkinkan pengguna kacamata untuk mengakses keduanya tanpa harus berganti-ganti antara kacamata jarak jauh dan kacamata baca. Kacamata bifokal menjadi pilihan umum untuk orang-orang yang menderita presbiopia, dan konsep ini terus berkembang dalam dunia optika untuk memenuhi berbagai kebutuhan visual.
Ketika kita mengenang inovasi kacamata bifokal, kita tidak hanya menghormati kontribusi besar Benjamin Franklin terhadap dunia ilmiah, tetapi juga mengakui bagaimana penemuan sederhana ini telah membuka jalan untuk desain kacamata yang lebih canggih dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan penglihatan individu. Kacamata bifokal tetap menjadi bukti nyata akan kecerdasan dan inovasi Franklin dalam merespons tantangan penglihatan yang dihadapi banyak orang pada zamannya.
7. Kacamata dengan Rantai (Sejak Abad ke-15 hingga 19)
Kacamata prince-nez, dengan ciri khas menutupi kedua mata, memancarkan keanggunan yang tak terbantahkan. Nama kacamata ini sendiri berasal dari bahasa Prancis, di mana princer berarti mencubit dan nez berarti hidung. Desain uniknya terletak pada kemampuannya untuk menjepit pangkal hidung pengguna ketika dipasang di depan mata. Walaupun elegan, kenyamanan penggunaan kacamata ini sangat tergantung pada bentuk hidung individu, sehingga seringkali digantungkan dengan rantai di leher agar pengguna tidak perlu memakainya sepanjang hari. Meskipun sudah ada sejak abad ke-15 hingga ke-17 di Eropa, kepopuleran kacamata prince-nez mencapai puncaknya pada periode 1880 hingga 1900.
Anton Pavlovich Chekhov, salah satu penulis besar Rusia, terkenal sebagai salah satu pengguna kacamata prince-nez. Gaya unik kacamata ini menciptakan citra yang menarik dan diikuti oleh para pemikir besar pada zamannya. Meskipun penggunaan prince-nez memudar seiring berjalannya waktu, ciri khasnya kembali mencuri perhatian pada abad ke-19 sebagai simbol gaya retro yang elegan. Keberhasilan prince-nez dalam menghadirkan kesan klasik dan anggun menjadi daya tarik yang tak terbantahkan bagi mereka yang menginginkan aksen unik dalam gaya pakaian mereka.
Dengan desainnya yang khas dan sejarahnya yang panjang, kacamata prince-nez menjadi bukti bahwa tren mode seringkali mengalami siklus. Seiring dengan gelombang nostalgia pada akhir abad ke-19, kacamata ini menjadi simbol keanggunan yang timeless, menyusuri sejarah fashion dengan kemampuannya yang abadi untuk menarik perhatian.
Advertisement
8. Kacamata yang Bisa Menyerap Sinar Ultraviolet dan Inframerah (1913 hingga 1950-an)
Pada era 1930-an, kacamata hitam mencapai puncak popularitasnya, menjadi tren fashion yang dikenakan untuk pertama kalinya. Asal-usulnya dapat ditelusuri kembali ke tahun 1913 ketika Sir William Crookes dari Inggris menciptakan lensa yang mampu menyaring sinar ultraviolet dan inframerah. Teknologi ini membuka pintu bagi penciptaan kacamata dengan fungsi pelindung mata dari radiasi matahari, yang kemudian menjadi simbol gaya dan perlindungan di kalangan masyarakat.
Perkembangan berlanjut pada tahun 1940-an, di mana kemajuan dalam pembuatan plastik memungkinkan berbagai macam kacamata tersedia dalam setiap warna pelangi. Ini membuka jalan bagi ekspresi pribadi melalui aksesori mata, menciptakan gaya yang lebih beragam dan berwarna-warni. Perempuan pada masa itu banyak yang memilih kacamata berbingkai runcing di bagian ujung atasnya, menciptakan penampilan yang khas dan modis yang populer hingga akhir tahun 1950-an. Sementara itu, pria cenderung memilih bingkai kawat emas, menambahkan sentuhan elegan pada gaya mereka.
Evokasi gaya pada abad ke-20 melalui kacamata tidak hanya mencerminkan tren fashion, tetapi juga memperlihatkan perubahan budaya dan teknologi. Kacamata hitam yang semula berfungsi sebagai pelindung mata dari sinar berbahaya berkembang menjadi pernyataan gaya yang kuat, memperkaya estetika dan kenyamanan mata penggunanya. Seiring berjalannya waktu, kacamata terus beradaptasi dengan selera dan kebutuhan masyarakat, tetapi jejak sejarahnya tetap memberikan inspirasi dalam dunia mode dan desain.
9. Kacamata Lensa Besar Sebagai Bagian Penting dari Fashion (Abad ke-20)
Paruh kedua abad ke-20 menyaksikan transformasi besar dalam persepsi kacamata, yang tidak lagi hanya dipandang sebagai alat bantu penglihatan semata, melainkan juga sebagai bagian integral dari mode dan gaya pribadi seseorang. Serupa dengan peran pakaian, kacamata menjadi unsur yang perlu terus diperbaharui untuk mengikuti tren terkini, sehingga pemakainya tidak dianggap ketinggalan zaman. Konsep ini mencerminkan pergeseran budaya di mana aksesori mata tidak hanya berfungsi fungsional tetapi juga sebagai pernyataan gaya yang mencerminkan kepribadian dan kecenderungan mode seseorang.
Seiring berkembangnya mode kacamata, pengaruh selebritas turut memainkan peran signifikan dalam membentuk tren. Pada 1970-an, Jacqueline Kennedy Onassis, yang pernah menjabat sebagai ibu negara Amerika Serikat pada tahun 1961-1963, menjadi salah satu ikon gaya yang mempopulerkan penggunaan lensa besar. Dengan tatapan khasnya, Onassis membawa tren lensa besar ke tingkat kepopuleran baru, menciptakan estetika yang mencirikan era tersebut. Pengaruh selebritas seperti Onassis menjadi katalisator yang memperluas batas-batas mode kacamata dan memanifestasikan peran penting aksesori ini dalam wajah fashion kontemporer.
Pada akhirnya, pergeseran persepsi kacamata dari perangkat fungsional ke aksesori ekspresif mencerminkan perkembangan selera dan prioritas masyarakat modern. Kacamata bukan lagi sekadar alat bantu penglihatan, tetapi telah menjadi elemen kreatif dalam penentuan identitas dan gaya individu. Dengan berbagai desain, bentuk, dan gaya yang terus berkembang, kacamata terus memainkan peran kunci dalam mewujudkan visi pribadi dan estetika mode setiap individu.
Advertisement
10. Kacamata Berbahan Plastik (Mulai dari 1980-an)
Pada era 1980-an, industri kacamata mengalami revolusi signifikan dengan inovasi dalam penggunaan lensa plastik berkualitas tinggi. Sebelumnya, kaca telah menjadi bahan dominan untuk pembuatan lensa kacamata. Namun, perkembangan teknologi material membuka jalan bagi penggunaan plastik dalam pembuatan lensa, menghadirkan berbagai manfaat yang mengubah paradigma dalam industri optik.
Keunggulan utama lensa plastik adalah bobotnya yang lebih ringan dibandingkan kaca, menciptakan kenyamanan lebih dalam penggunaan sehari-hari. Selain itu, lensa plastik dianggap lebih aman karena cenderung tidak pecah menjadi pecahan tajam seperti kaca. Ini memberikan keamanan ekstra bagi pemakai kacamata, terutama dalam situasi di mana kacamata dapat terpapar tekanan atau benturan. Dengan kemampuannya yang bersifat lentur dan ringan, lensa plastik memenuhi tuntutan kebutuhan modern dan preferensi pengguna kacamata.
Perubahan signifikan ini mencerminkan kemajuan teknologi dan pengenalan material baru dalam desain kacamata. Revolusi lensa plastik bukan hanya sekadar pilihan alternatif, melainkan suatu evolusi yang merespon kebutuhan pengguna dan membuka babak baru dalam inovasi kacamata yang semakin memahami kenyamanan dan keamanan sebagai fokus utama.
Dari mana asal kacamata?
Kacamata mulai dikenal di Eropa pada abad ke-13. Namun berbeda dengan bangsa Cina, orang Eropa menggunakan kacamata untuk membantu penglihatan mereka.
Advertisement
Siapa penemu pertama kacamata?
Para sejarawan, menyatakan bahwa penemuan dan penggunaan kacamata pertama di dunia mungkin sudah dikenal oleh masyarakat Tiongkok.
Kapan kacamata pertama kali ditemukan?
Pada tahun 1784, Benjamin Franklin, seorang ilmuwan Amerika, berhasil menemukan kacamata bifokal yaitu kacamata yang dapat dipergunakan untuk melihat baik untuk jarak jauh maupun jarak dekat.
Advertisement
Bagaimana sejarah bingkai kacamata?
Untuk bingkai kacamata sendiri pertama dibuat oleh pengrajin Spanyol pada tahun 1600-an. Mereka menempelkan pita sutra atau tali ke bingkai dan melingkarkannya di telinga pengguna.
Apa fungsi dari kacamata?
Kacamata merupakan alat yang digunakan untuk menolong penderita penyakit mata yang khususnya kehilangan fokus penglihatan yang dengan jelas seperti kelainan refraksi.
Advertisement