Sukses

Ingin Hidup dengan Santai? Coba Terapkan Slow Living dalam Hidupmu

Slow living seringkali digambarkan sebagai seni menjalani hidup dengan santai, memutuskan untuk menyesuaikan diri dengan kesadaran akan waktu dengan cara yang disengaja.

Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah kamu mendengar istilah slow living atau hidup lambat? Atau kamu termasuk salah satunya? Meskipun konsep dan praktik hidup lambat ini telah ada sejak zaman kuno dan berakar pada praktik Buddha Konfusianisme, slow living telah bangkit kembali dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan tren lain, seperti quiet quittinga dan soft girl era yang sudah mengubah budaya hiruk-pikuk di dunia.

Lantas, bagaimana asal-usul dari slow living dan apa yang membuat orang semakin banyak melakukannya? Berikut ulasannya, seperti yang dilansir dari Verywell, pada Kamis (21/12/23).

Asal-usul Istilah Slow Living

Slow living seringkali digambarkan sebagai seni menjalani hidup dengan santai, memutuskan untuk menyesuaikan diri dengan kesadaran akan waktu dengan cara yang disengaja. Asal mula istilah ini adalah dimulai dari dengan istilah slow food. 

Pada tahun 1986, jurnalis Carlo Petrini mengumpulkan sekelompok aktivis untuk membantunya memprotes McDonald's pertama di India.

Dengan memanfaatkan budaya yang sudah lama hilang dalam mencari makanan lokal yang dimasak dengan sengaja, slow food  menjadi gerakan global. Slow food kemudian mendorong minat dunia barat terhadap kehidupan yang lebih lambat, yang tidak mengharuskan memakan makanan rendah nutrisi di sela-sela pertemuan. 

Ketika kamu mempertimbangkan gaya hidup alternatif yang mengarah pada tekanan dan kelelahan, ini merupakan awal yang siginifikan dari kesehatan yang buruk, masalah kesehatan lainnya, seperti gangguan tidur, gangguan pencernaan, depresi dan kecemasan.

Dengan mengingat hal ini, hidup lambat atau slow living tidak hanya menyenangkan, tetapi juga merupakan cara yang menguntungkan bagi kesehatan seseorang secara keseluruhan, terutama kesehatan mental.

Menurut Kathleen Devon, LMFT, slow living adalah tentang bagaimana manusia menyusun hidup dan menghabiskan waktu, serta bagaimana manusia berhubungan dengan waktu dan hal-hal dalam hidupnya.

2 dari 3 halaman

Alasan Semakin Banyak Orang yang Memilih Slow Living

1. Pergeseran Prioritas

Kamu mungkin pernah merasa sangat beruntung bisa bekerja di suatu perusahaan, tetapi kamu juga merasakan lelah baik secara fisik maupun psikis. Bila diibaratkan, dalam kondisi tersebut kamu sedang menyalakan lilin di kedua ujungnya.

Maksudnya, hal yang selama ini kamu lakukan sebenarnya tidak dapat dipertahankan dan perlahan kamu akan menyadari bahwa itu akan hilang.

Namun, tidak perlu khawatir. Kondisi tersebut hanya mengharuskan kamu untuk mengganti prioritas dan langkah untuk mencapai tujuanmu. Kamu harus tahu apa yang dirimu butuhkan dan cara agar kamu mampu melakukannya. 

2. Perubahan Resolusi

Perlu diingat, bahwa penting untuk mempertimbangkan apa yang mungkin timbul bila kamu mengurangi kecepatan dalam kehidupan sehari-hari. Hidup lambat terkadang memberimu kecemasan, tetapi juga membuat otakmu bekerja. 

Kamu mungkin sedang menghadapi sikap menghakimi diri sendiri, emosi, ketakutan akan apa yang akan terjadi bila kamu memilih mundur ataupun maju. Nah, perasaan besar seperti itulah yang mendorong beberapa orang untuk melompat dan menghindari perubahan dari berbagai gaya hidup.

Resolusi untuk menjalani gaya hidup yang lebih bijaksana adalah hal biasa. Sekitar 25% orang Amerika yang membuat resolusi pada tahun 2022 yang berfokus pada niat untuk menjalani hidup yang lebih sehat.

Sebanyak 21% lainnya menyatakan bahwa mereka bertekad untuk berkomitmen terhadap kemajuan atau kebahagiaan pribadi mereka.

Namun, gagasan bekerja untuk mencapai suatu tujuan tampaknya bertentangan dengan konsep hidup lambat. Intinya adalah memperlambat hidup maka kamu akan bekerja lebih sedikit. Namun, kamu akan kesulitan untuk benar-benar mencapai resolusimu.

3 dari 3 halaman

Apakah Slow Living Mungkin untuk Semua Orang?

Tidak diragukan lagi, tuntutan karier dan kenyataan finansial dapat menutupi kemungkinan hidup lambat bagi banyak orang. Bila kamu merasa tidak terikat pada jam 9 sampai jam 5, tetapi yang terasa lebih seperti jam 9 sampai jam 9, tandanya masih ada harapan.

Kamu mungkin perlu melepaskan diri dari ilusi bahwa bekerja terus-menerus sama dengan produktivitas tinggi dan harga diri yang lebih tinggi. Bagi kamu yang bekerja di lingkungan sibuk dengan tenggat waktu yang mendesak, ada cara untuk menghilangkan kelambatan dalam kehidupan sehari-harimu, yaitu teknik Pomodoro.

Metode ini mengajak kamu untuk menavigasi manajemen waktu dengan sedikit berbeda. Kamu akan menyetel pengatur waktu selama 25 menit dan bekerja dengan baik, berusaha sebaik mungkin untuk menghindari semua gangguan.

Saat pengatur waktu berbunyi, istirahatlah selama lima menit. Ulangi tiga kali lagi dan kemudian istirahat 30 menit sebelum memulai proses lagi.

Waktu penerapan teknik ini dapat disesuaikan dengan tantangan unik pekerjaanmu. Saat istirahat, kamu mungkin mempertimbangkan untuk minum kopi dan meluangkan waktu sejenak untuk menikmatinya, berjalan-jalan di luar untuk merasakan sinar matahari, atau melakukan peregangan di mejamu selama beberapa menit.

Strategi Mempraktikkan Slow Living

1. Kembalikan ke Asal-usul Gerakan dan Fokus pada Makanan

Bisakah kamu fokus pada pengadaan bahan-bahan lokal dan memasak satu kali saja setiap minggunya? Jika keuangan merupakan hambatan, perlu diingat bahwa banyak pasar dan toko makanan kesehatan kini menerima bantuan pangan sebagai pembayaran.

2. Jadwalkan Istirahat

Jika akhir pekan kamu penuh dengan tugas rumah, pertimbangkan untuk menantang seluruh keluarga untuk beristirahat bersama selama satu jam. Setelah itu, kamu bisa berkumpul kembali dan mendiskusikan bagaimana rasanya beristirahat sejenak.

3. Hiduplah dengan Penuh Kesadaran

Tantang dirimu untuk fokus penuh pada satu aktivitas sehari. Misalnya, bisakah kamu hadir sepenuhnya saat menyikat gigi? Perhatikan rasa pasta gigimu, suara bulu sikatnya, dan sensasi wastafel saat kamu menyalakan dan mematikannya.

4. Tetapkan Batasan

Tidak apa-apa untuk mengatakan tidak. Ada baiknya untuk mencermati tugas-tugas yang menyita waktu dalam seminggu dan mencari tahu apakah ada cara untuk menegosiasikan ulang waktumu.

5. Lakukan Apa yang Kamu Bisa

Bukanlah pilihan bagi sebagian besar dari kamu untuk sepenuhnya mencabut kehidupanmu. Sebaliknya, alihkan perhatian mu pada kebiasaan-kebiasaan kecil yang kamu lakukan setiap hari. Itu dapat membantu meringankan laju hidupmu secara umum.