Liputan6.com, Jakarta Pada tahun 2024, diharapkan akan terjadi kemajuan signifikan dalam bidang arkeologi berkat hadirnya teknologi kecerdasan buatan (AI) yang mampu menginterpretasikan teks yang hilang.
Dengan pemanfaatan teknologi ini, para ahli arkeologi memiliki peluang untuk menggali lebih dalam dan mengembangkan pemahaman tentang budaya serta sejarah yang telah terkubur. Selain itu, teknologi AI yang inovatif diantisipasi dapat berperan dalam pelacakan artefak yang telah dicuri, memberikan kontribusi pada upaya pemulihan dan pelestarian warisan budaya yang memiliki nilai penting.
Baca Juga
Tahun 2024 kemungkinan juga akan menjadi saksi penemuan prasasti baru di lokasi arkeologi tertentu, yang akan membuka cakrawala wawasan lebih luas terkait peradaban masa lalu.
Advertisement
Temuan ini berpotensi mengungkapkan rahasia yang telah terkubur lama, memberikan informasi krusial tentang kehidupan manusia pada periode lampau. Selain itu, penemuan tersebut dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan kunci seputar kerabat manusia terdekat, mengatasi misteri yang selama ini menyelimuti sejarah evolusi manusia. Oleh karena itu, tahun 2024 memiliki potensi besar sebagai tahun perubahan yang mencolok dalam upaya pengungkapan dan pemahaman lebih mendalam terhadap peradaban masa lalu.
1. AI Untuk Wilayah yang Dilanda Perang
Pada tahun 2024 nantinya berbagai tantangan serius dalam melestarikan warisan arkeologi di daerah terdampak konflik global semakin memuncak. Invasi Rusia ke Ukraina yang memasuki tahun ketiganya dan berbagai konflik di Gaza, Sudan, Ethiopia, dan wilayah lainnya telah membuat pemantauan serta perlindungan terhadap situs-situs arkeologi yang terancam oleh kehancuran dan perampokan menjadi lebih rumit.
Meskipun begitu, dalam situasi sulit ini muncul harapan baru melalui pendekatan inovatif yang potensial untuk muncul pada tahun 2024. Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dianggap sebagai solusi yang menjanjikan dengan kemampuannya untuk menganalisis citra satelit resolusi tinggi dengan cepat dan teliti dari situs-situs yang terdampak.
Harapannya, teknologi ini mampu memberikan pemahaman yang lebih mendalam terhadap kerusakan atau pencurian barang-barang antik. Di samping itu, kemajuan dalam pengembangan robot canggih yang dapat masuk ke wilayah berbahaya diantisipasi untuk memantau dan melindungi peninggalan arkeologi yang memiliki risiko tinggi untuk dirusak atau dijarah.
Advertisement
2. Renaisans Text yang Hilang
Tahun 2024 menawarkan kelanjutan dari tren positif dalam penelitian teks kuno yang hilang, mengikuti perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang pesat pada tahun sebelumnya.
Pada tahun 2023, peneliti berhasil membuka teks-teks yang sebelumnya tidak dapat diakses, khususnya yang telah dikarbonisasi setelah letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 M. Penemuan tersebut mencakup buku hilang yang mengulas sejarah pasca-Alexander Agung dan teks yang membongkar rahasia penggunaan pewarna ungu.
Sejalan dengan kemajuan teknologi tersebut, tahun 2024 bisa menjadi saat kunci di mana teknologi yang sama atau bahkan lebih canggih diantisipasi dapat mengungkapkan lebih banyak teks yang hilang. Hal ini membawa arus informasi baru yang signifikan mengenai kehidupan dan peristiwa di dunia kuno, yang hingga saat ini masih menjadi misteri menarik untuk dipecahkan.
3. Penemuan Berusia 11.000 tahun di Turki
Kemajuan teknologi kecerdasan buatan yang luar biasa pada tahun 2023 membuka pintu bagi para peneliti untuk mengeksplorasi teks-teks yang sebelumnya dianggap tak terjangkau, khususnya yang telah terkarbonisasi akibat letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 M. Penemuan mengagumkan melibatkan buku-buku hilang yang mencakup sejarah pasca-Alexander Agung dan teks yang membocorkan rahasia penggunaan pewarna ungu.
Tahun 2024 diantisipasi menjadi puncak dari eksplorasi ini, di mana teknologi AI yang setara atau bahkan lebih canggih diharapkan mampu mengungkapkan lebih banyak teks yang sebelumnya tak terbaca, membuka pintu lebar untuk pemahaman yang lebih mendalam tentang peristiwa sejarah dan kehidupan di masa lampau.
Dengan memanfaatkan teknologi AI yang semakin maju, para peneliti dapat meretas 'pintu waktu' untuk mengungkapkan misteri dan wawasan baru, membawa kita lebih dekat kepada pemahaman yang lebih lengkap tentang kehidupan manusia pada masa lalu.
Advertisement
4. Kumpulan Prasasti di dekat Dinding Hadrian
Magna merupakan sebuah benteng Romawi terletak dekat Tembok Hadrian di Inggris, menjadi fokus utama penggalian arkeologi yang menarik perhatian. Meskipun sebagian besar benteng masih dalam keadaan baik, penggalian ilmiah yang terbatas telah dilakukan hingga saat ini.
Pada musim panas 2023, para arkeolog memulai penggalian yang menarik dan seiring berlanjutnya penggalian ke lapisan yang lebih dalam pada tahun 2024. Harapan utamanya adalah penemuan sejumlah besar prasasti baru, mengingat keberhasilan serupa di benteng Romawi Vindolanda yang memiliki 780 prasasti yang terjaga dengan baik.Dukungan finansial yang kuat dari National Lottery Heritage Fund, yang memberikan dana sebesar 1,625 juta poundsterling Inggris (lebih dari $2 juta), mencerminkan antusiasme pihak berwenang Inggris terhadap proyek penggalian ini.
5. Non-Homo Sapiens Menguburkan Orang Mati
Tahun 2023 menyoroti perdebatan mengenai apakah hominid selain Homo sapiens melibatkan diri dalam praktik penguburan jenazah. Sebuah makalah pracetak yang diterbitkan menyatakan bahwa Homo naledi, hominid yang hidup 300.000 tahun lalu di Afrika Selatan, mungkin terlibat dalam upacara penguburan.
Namun, argumen tersebut diperdebatkan oleh tim ilmiah lain. Penelitian pada tahun 2023 mengenai 'penguburan bunga' Neanderthal di Gua Shanidar, Irak, juga menimbulkan kontroversi, dengan klaim bahwa serbuk sari yang disimpan oleh lebah mungkin menjadi penyebabnya, bukan tindakan penguburan oleh H. neanderthalensis. Diskusi ini telah menjadi sorotan media, termasuk dalam film dokumenter Netflix.
Pada tahun 2024, harapan tinggi untuk penemuan lebih lanjut yang dapat memberikan data yang lebih meyakinkan dan memperdalam pemahaman mengenai apakah hominid lain juga memiliki praktek penguburan jenazah.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan metode penelitian yang lebih canggih, tahun 2024 dapat membawa penemuan-penemuan baru yang signifikan, membantu mengakhiri perdebatan dan memberikan pandangan yang lebih jelas tentang perilaku hominid terkait penguburan jenazah. Antisipasi publik terhadap perkembangan ini dapat menciptakan dampak yang besar dalam ilmu arkeologi dan antropologi, sambil meningkatkan pemahaman kita terhadap aspek-aspek unik dalam sejarah evolusi manusia.
Advertisement
Question and Answer
1. Sebutkan empat perubahan dalam kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh penemuan?
Listrik, sebagai komponen vital dalam berbagai sektor seperti perindustrian, perkantoran, pemerintahan, dan pendidikan, menjadi indikator kemajuan suatu peradaban. Kehadirannya mencerminkan tingkat kemajuan suatu masyarakat.
Mobil, yang kini dimiliki oleh hampir semua orang, menandai perbedaan yang signifikan dengan masa lalu di mana hanya segelintir orang yang mampu memiliki kendaraan pribadi.
Meskipun evolusinya dari penggunaan kabel hingga nirkabel, telepon tetap menjadi perubahan dalam cara manusia berkomunikasi, menghilangkan keterlambatan dalam menerima surat dari kerabat.
Internet, sebagai inovasi terbaru yang merubah cara global komunikasi, akses informasi, dan bisnis berlangsung, menciptakan masyarakat digital dengan dampak yang mendalam pada budaya, ekonomi, dan interaksi sosial.
Â
2. Sebutkan tiga ilmuwan Indonesia dan penemuan mereka?
Prof. Dr. Bacharuddin Jusuf Habibie, mantan Presiden Indonesia dan ilmuwan penerbangan, dikenal atas kontribusinya dalam pengembangan pesawat terbang dan teknologi penerbangan. Salah satu pencapaian utamanya adalah peran sebagai tokoh utama dalam pengembangan pesawat N-250, yang dikenal sebagai Gatotkaca.
Prof. Dr. Emil Salim, seorang ekonom dan ilmuwan lingkungan, aktif dalam mengatasi isu-isu lingkungan di Indonesia dan berperan penting dalam pembentukan Kementerian Negara Lingkungan Hidup pada tahun 1983.
Muhammad Nurhuda, seorang dosen di Fakultas MIPA Universitas Brawijaya, berhasil menciptakan kompor ramah lingkungan yang, setelah diuji, menghasilkan limbah di bawah batas minimum yang ditetapkan oleh WHO. Kompor ini telah menarik perhatian negara-negara di Asia Pasifik dan Amerika.
Advertisement