Liputan6.com, Jakarta Dikenal sebagai penyerang pasir atau cacing bobbit, makhluk ini menyimpan misteri di kedalaman perairan tropis di seluruh dunia. Dengan panjang mencapai 10 kaki, cacing bobbit mampu memikat perhatian para peneliti melalui kecantikan dan kebrutalannya yang unik.
Namun, daya tarik utamanya terletak pada rahangnya yang setajam silet ini menjadi senjata utama dalam menangkap mangsa tanpa disadari. Keahlian unik cacing ini terletak pada kemampuannya membelah mangsa menjadi beberapa bagian, merupakan adaptasi luar biasa yang mendukung regenerasi tubuhnya.
Baca Juga
Dengan keindahan dan unsur ketidakdugaan, cacing bobbit menjadi makhluk menarik dan misterius di dalam perairan tropis yang dalam. Baca selengkapnya di sini!
Advertisement
1. Memiliki Kerangka Luar yang Memukau
Penyerang pasir (Eunice aphroditois), juga dikenal sebagai cacing bobbit, merupakan makhluk menakjubkan yang dapat ditemui di perairan dangkal tropis di seluruh dunia. Walaupun membawa nama ilmiah yang merujuk pada Aphrodite, dewi cinta dan kecantikan Yunani, penyerang pasir bukan hanya cacing laut yang berkilauan dan menawan, tetapi juga predator penyergap yang menakutkan.
Cacing ini menjadi makhluk bentik di perairan laut hangat, terutama di Samudera Atlantik dan Indo-Pasifik, dengan panjang berkisar dari kurang dari 10 cm hingga 3 m. Cacing Bobbit memiliki penampilan luar yang memukau, menampilkan beragam warna dari hitam hingga ungu.
Sebagai predator penyergap handal, cacing ini berburu dengan cara menanamkan seluruh tubuhnya dalam sedimen lunak di dasar laut, menanti antenanya mendeteksi mangsa, lalu menyerang dengan mulutnya yang tajam. Walaupun keindahannya mirip dengan dewi cinta, kebrutalan penyerang pasir menjadikannya salah satu makhluk laut yang paling menakutkan di antara terumbu karang.
Advertisement
2. Habitat Eunice Aphroditois
Spesies ini sering terlihat berkeliaran di lingkungan terumbu karang yang kaya akan mangsa, menampilkan keelokan warna yang memukau. Kemampuan warnanya untuk menyatu dengan lingkungan dan tubuhnya yang ramping memungkinkannya berburu dengan lincah di tempat yang sempit, membentuk citra makhluk yang gesit dan cekatan dalam mengejar mangsa.
Selain mendiami terumbu karang, spesies ini juga menyesuaikan diri dengan berbagai habitat, termasuk sedimen berpasir, lumpur, serta sekitar bebatuan dan spons. Hal ini menciptakan adaptasi yang luas dalam menjelajahi lingkungan yang beragam. Catatan penelitian mencatat keberadaannya hingga kedalaman mencapai 95 meter, mengungkapkan narasi tentang kelangsungan hidupnya di lapisan perairan yang lebih dalam.
3. Cara Menyerang Mangsa
Pada malam hari, cacing bobbit menunjukkan keberanian dengan berburu mangsa di sekitar liangnya. Dengan rahang tajam yang bisa ditarik, ia bahkan mungkin menggunakan racun untuk menaklukkan atau membunuh mangsa yang lebih besar. Dengan kemampuan unik ini, ia mampu memangsa dan mencerna hewan yang melebihi ukurannya sendiri. Meski begitu, beberapa ikan tidak tinggal diam dan memilih untuk bersatu, mengepung cacing bobbit dengan semburan air agar mundur ke dalam liangnya.
Pada siang hari, cacing bobbit mengubur tubuh panjangnya di dasar laut, memanfaatkan antenanya untuk menarik perhatian mangsa yang tak curiga. Meskipun tanpa penglihatan, kelima antenanya dilengkapi dengan reseptor cahaya dan bahan kimia untuk mendeteksi mangsa di sekitarnya.
Setelah berhasil menangkap mangsa dengan mulut mematikannya, cacing bobbit menyeretnya ke dalam liang, menjalankan siklus perburuan yang efisien. Untuk mengurangi risiko pemangsaan, sekelompok ikan terkadang melakukan perilaku mobbing dengan menyemprotkan air ke dalam liang penyerang pasir untuk mengacaukan orientasinya.
Advertisement
4. Pemangsa Apapun
Cacing Bobbit menunjukkan perilaku karnivora dengan memangsa berbagai spesies ikan, sambil memiliki kecenderungan herbivora dan omnivora dengan kegemaran memakan alga serta berperan sebagai pengurai yang mengonsumsi benda mati dan membusuk. Kelompok ini telah mengadopsi perilaku berburu yang serupa dengan nenek moyangnya, yang tercatat melalui catatan fosil hingga dua puluh juta tahun yang lalu.
Keberadaan cacing bobbit dapat menimbulkan kekacauan di dalam akuarium jika tanpa sengaja masuk saat batu ditambahkan ke dalam tangki. Sebagai predator yang tangkas, cacing bobbit perlahan-lahan akan memangsa ikan yang berhasil ditangkapnya, berhasil tetap tidak terdeteksi selama bertahun-tahun berkat kemampuannya untuk bersembunyi dengan sempurna.
Bahkan lebih menarik, jika terganggu atau ditangani, cacing ini dapat memecah diri menjadi berkeping-keping, sebagian tubuhnya dapat bertahan dan tumbuh kembali, menunjukkan tingkat regenerasi yang luar biasa dalam kelompok ini.
5. Panjangnya Mencapai 3 Meter!
Predator yang mengerikan ini dapat mencapai panjang yang sangat besar, sebagaimana terungkap dalam penemuan tahun 2009 di Jepang. Satu individu cacing bobbit ditemukan tersembunyi di dalam rakit tambatan dengan panjang hampir mencapai 10 kaki (3 meter).
Meskipun umumnya dipercayai bahwa cacing bobbit tidak memiliki otak, ternyata kenyataannya berbeda. Mereka sebenarnya dilengkapi dengan ganglion serebral, suatu kelompok sel dalam sistem saraf otonom.
Walaupun otaknya berbeda jauh dengan manusia, keberadaan otak pada penyerang pasir menunjukkan bahwa, meskipun mungkin tidak sebanding dengan otak manusia, otak tersebut tetap memiliki peran yang signifikan dalam fungsi tubuhnya.
Advertisement
Question and Answer
1. Apa saja cacing yang berbahaya?
Jenis-jenis cacing berbahaya meliputi cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dua spesies cacing tambang (Ancylostoma duodenela dan Necator americanus), dan cacing kremi (Enterobius vermicularis).
Â
2. Apakah cacing martil berbahaya?
Cacing kepala martil mengandung racun berupa neurotoxin dan tetrodotoxin, menjadikannya predator yang mematikan dalam mencari mangsa.
Â
Advertisement
3. Apakah cacing pita akan mati jika dimasak?
Untuk membunuh telur atau larva cacing pita, masaklah daging pada suhu minimal 63 derajat Celsius.
Â
4. Dengan apa cacing bisa mati?
Meskipun cacing tidak mati jika dibelah, cacing dapat tewas jika terpapar garam. Garam berperan sebagai agen pengganggu yang merusak keseimbangan tubuh cacing, menyebabkan kematian.
Advertisement