Liputan6.com, Jakarta Dalam perjalanan ilmiah yang mendebarkan, sebuah kapal selam yang dioperasikan dari jarak jauh telah menyelam ke kedalaman laut yang belum pernah dijelajahi sebelumnya, membawa pulang temuan yang tak terduga. Operasi ini mengumpulkan sampel gunung laut dalam dan mengungkapkan keberadaan gigi megalodon yang langka, memberikan wawasan unik tentang kehidupan laut di kedalaman yang tersembunyi.
Gigi yang berkilau emas dengan panjang mencapai 2,7 inci (6,8 sentimeter) ini ditemukan lebih dari 10.000 kaki (3.090 meter) di bawah permukaan laut, mendekati Atol Johnston di Monumen Nasional Kelautan Kepulauan Terpencil Pasifik, sekitar 800 mil (1.300 kilometer) selatan dari Kepulauan Hawaii.
Baca Juga
Penemuan megah ini menjadi fokus penelitian yang mendalam, dengan para peneliti menjelajahi potensi cerita di balik gigi megalodon tersebut. Rincian penemuan ini telah diungkap dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada 14 Desember di jurnal Historical Biology. Para peneliti memberikan gambaran tentang proses eksplorasi laut dalam dan kegembiraan menemukan sesuatu yang tampaknya berasal dari masa purba yang jauh.
Advertisement
Organisasi Ocean Exploration Trust, yang memimpin ekspedisi tahun 2022 yang berhasil menemukan gigi tersebut, tidak hanya memberikan kontribusi signifikan terhadap penelitian ilmiah tetapi juga telah merilis video yang mendetailkan kejadian menarik ini, mempersembahkan pengalaman penemuan ini kepada khalayak yang lebih luas.
Dirangkum dari livescience.com, artikel ini akan membahas penemuan fosil gigi megalodon yang langka!
1. Penemuan Fosil di Wilayah Laut Dalam yang Terpencil
Penemuan gigi megalodon ini memiliki nilai luar biasa karena merupakan observasi in-situ pertama dan pengambilan sampel langsung dari habitat aslinya di laut dalam. Hal ini menunjukkan bahwa peneliti berhasil menemukan fosil tersebut di tempat peristirahatan asli gigi megalodon.
Metode tradisional pengumpulan fosil laut dalam melibatkan menyeret jaring di sepanjang dasar laut, yang seringkali mengakibatkan kehilangan informasi krusial seperti lokasi penemuan. Namun, pendekatan yang digunakan dalam penemuan ini memberikan kesempatan langka untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang konteks alami gigi megalodon ini, menggambarkan perbedaan signifikan dalam penelitian fosil laut dalam.
Rekan penulis studi, Nicolas Straube, seorang profesor di Museum Universitas Bergen di Norwegia, memberikan apresiasi yang tinggi terhadap temuan ini dengan menyebutnya sebagai "penemuan yang luar biasa." Menurutnya, keunikan temuan ini terletak pada lokasi penemuan yang sangat terpencil di wilayah laut dalam.
“Fosil ini ditemukan di wilayah laut dalam yang sangat terpencil sehingga fosil megalodon jarang terdokumentasi,” kata Straube.
Advertisement
2. Megalodon Dinyatakan Punah Sejak 3,6 Juta Tahun yang Lalu
Megalodon (Otodus megalodon) pernah menjadi raja lautan sebagai hiu terbesar yang pernah hidup, dengan panjang mencapai setidaknya 49 kaki (15 m) dan berpotensi mencapai panjang 65 kaki (20 m). Sebagai predator raksasa, megalodon mendominasi rantai makanan laut selama jutaan tahun, hingga akhirnya punah sekitar 3,6 juta tahun yang lalu. Keberadaannya dan kekuatan sebagai predator puncak mengukir sejarah lautan pada masa tersebut, dan gigi-giginya yang besar dan kuat menjadi saksi bisu dari era yang telah berlalu.
Meskipun gigi megalodon relatif umum dalam catatan fosil, kebanyakan dari mereka ditemukan di daratan dekat garis pantai atau sungai. Temuan gigi megalodon di laut dalam, seperti yang dilakukan oleh kapal selam jarak jauh dalam penelitian terbaru, menambah dimensi baru dalam pemahaman kita tentang kehidupan dan keberadaan megalodon di kedalaman samudra yang sebelumnya jarang terjamah. Informasi ini memberikan wawasan tentang habitat asli megalodon dan dapat mengungkapkan lebih banyak tentang cara hidup dan dinamika ekosistem laut selama masa kejayaannya.
Dengan keberhasilan pengumpulan sampel gigi megalodon in-situ di laut dalam, para peneliti mendekati tantangan dalam menjelajahi dan memahami lautan yang luas dan dalam. Temuan ini menyoroti potensi besar penelitian laut dalam dalam membuka misteri tentang kehidupan purba yang pernah mendominasi lautan bumi. Sebagai salah satu predator laut paling ikonik dalam sejarah, megalodon terus memikat imajinasi kita, dan penelitian terkini memberikan kesempatan langka untuk menyelidiki lebih jauh tentang keberadaan dan peranannya dalam ekosistem lautan pada masa lalu.
3. Ekspedisi Atol Johnston
Pada bulan Juni 2022, para peneliti di kapal eksplorasi Nautilus, yang dimiliki oleh Ocean Exploration Trust, meluncurkan ekspedisi di sekitar Atol Johnston untuk menggali lebih dalam tentang geologi dan biologi laut dalam. Mereka menggunakan kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh (ROV) bernama Hercules, yang dilengkapi dengan kemampuan pengambilan sampel dan perekaman video untuk eksplorasi di kedalaman laut yang sulit dijangkau. Sampel-sampel yang dikumpulkan selama ekspedisi tersebut diangkut kembali ke Universitas Rhode Island untuk diproses dan dianalisis.
Dalam serangkaian pengujian dan analisis di laboratorium, peneliti menemukan sesuatu yang mengejutkan: sepotong gigi yang diduga berasal dari megalodon. Dave Ebert, seorang peneliti di Moss Landing Marine Laboratories di California, kemudian memainkan peran penting dalam mengkonfirmasi keaslian gigi tersebut sebagai milik megalodon. Temuan ini memberikan bukti konkret dari keberadaan megalodon di perairan sekitar Atol Johnston, mengungkap sisi misterius dari kehidupan laut dalam yang masih menyimpan rahasia besar.
Temuan gigi megalodon ini melibatkan proses dan kerjasama yang cermat antara teknologi eksplorasi laut terkini, penelitian ilmiah, dan identifikasi ahli. Keberhasilan ini bukan hanya mencerminkan pencapaian dalam penelitian kelautan, tetapi juga membuka peluang baru untuk lebih memahami sejarah dan evolusi makhluk purba yang pernah menguasai lautan. Dengan pengetahuan yang terus berkembang tentang kehidupan laut dalam, temuan-temuan seperti ini menandai bab baru dalam eksplorasi samudra yang menyimpan banyak misteri yang menanti untuk diungkap.
Advertisement
4. Pengetahuan Baru Mengenai Distribusi Megalodon
Ketika para peneliti meninjau rekaman video yang diambil oleh ROV Hercules, mereka menemukan detail menarik terkait penemuan gigi megalodon. Gigi tersebut tidak hanya ditemukan di dalam sampel yang diangkut ke permukaan, tetapi juga terlihat mencuat dari pasir di gunung bawah laut sebelum ROV menyekopnya. Temuan in-situ seperti ini memberikan dimensi baru dalam pemahaman keberadaan megalodon, membuka kesempatan untuk mempelajari lebih lanjut tentang kebiasaan dan perilaku hiu raksasa ini di habitat laut dalam. Proses menyekop gigi tersebut secara langsung dari gunung laut memberikan pandangan yang langka dan berharga tentang konteks alami fosil tersebut.
“Fosil ini memberi kita wawasan penting mengenai distribusi megalodon,” kata penulis pertama studi Jürgen Pollerspöck, seorang peneliti di Bavarian State Collection of Zoology di Jerman, dalam pernyataannya.
“Sampel tersebut menunjukkan bahwa megalodon bukan hanya spesies pesisir dan spesies ini bermigrasi melintasi cekungan lautan mirip dengan banyak spesies modern seperti hiu putih besar.”
Megalodon ditemukan di mana?
Megalodon tersebar di berbagai belahan dunia; fosil-fosilnya telah ditemukan di Eropa, Afrika, Amerika, dan Australia. Hewan ini paling sering muncul di wilayah subtropis hingga wilayah dengan iklim sedang.
Advertisement
Kapan megalodon ditemukan?
Live Science mencatat hewan dengan nama ilmiah Otodus Megalodon itu pernah hidup di lautan pada 20 juta hingga 3,6 juta tahun lalu. Megalodon memiliki panjang hingga 18 meter dan memiliki ukuran gigi tiga kali lebih besar dari hiu putih raksasa.
Apakah megalodon pernah ada di Indonesia?
Penemuan fosil gigi Megalodon di Sukabumi ini menjadi bukti bahwa hiu raksasa tersebut pernah hidup di wilayah Indonesia.
Advertisement
Apakah megalodon masih ada di dunia ini?
Desas desus keberadaan Megalodon disebarkan oleh sejumlah video di TikTok maupun YouTube. Namun, seorang mahasiswa doktoral Universitas Swansea, Jack Cooper memastikan hewan tersebut sudah punah.
Megalodon mati karena apa?
Di mana populasi jenis-jenis makanan yang menjadi sumber makanan megalodon, seperti mamalia laut, mungkin menjadi langka, yang menyebabkan kematian megalodon.
Advertisement