Liputan6.com, Jakarta Studi baru mengungkapkan bahwa ubur-ubur ternyata jauh lebih pintar dari yang diperkirakan sebelumnya dan ini bisa mengajari kita banyak hal tentang otak manusia.
Para peneliti dalam jurnal Current Biology menemukan ubur-ubur kotak Karibia yang beracun mempelajari hal-hal baru pada tingkat yang lebih kompleks daripada yang pernah kita pahami – meskipun mereka tidak memiliki otak yang terpusat. Para ilmuwan berpendapat bahwa hal ini secara mendasar dapat mengubah cara kita memahami otak manusia.
Diwartakan oleh Mirror, ubur-ubur umumnya dipandang sederhana dan terbatas dalam kemampuan belajarnya. Para ilmuwan percaya bahwa sistem saraf yang lebih maju akan menghasilkan potensi pembelajaran yang lebih maju. Namun dengan hanya 1.000 sel saraf, ubur-ubur kini menantang konsensus tersebut.
Advertisement
Cnidaria – istilah umum untuk ubur-ubur dan sepupunya – diyakini sebagai hewan paling awal yang mengembangkan sistem saraf. Profesor Anders Garm, ahli neurobiologi di Universitas Kopenhagen, mengatakan: "Dulu ada anggapan bahwa ubur-ubur hanya dapat mengelola bentuk pembelajaran yang paling sederhana, termasuk pembiasaan – kemampuan untuk terbiasa dengan rangsangan tertentu, seperti suara yang konstan atau konstan. sentuhan. Sekarang, kita melihat bahwa ubur-ubur memiliki kemampuan belajar yang jauh lebih baik, dan mereka sebenarnya dapat belajar dari kesalahan mereka. Dan dengan melakukan hal tersebut, mereka dapat mengubah perilaku mereka."
Penelitian menunjukkan bahwa ubur-ubur dapat menilai jarak dan mengambil keputusan. “Percobaan kami menunjukkan bahwa kontras – seberapa gelap akar dibandingkan dengan air – digunakan oleh ubur-ubur untuk menilai jarak ke akar, yang memungkinkan mereka berenang menjauh pada saat yang tepat,” jelas Prof. Garm menurut The Sun.
“Yang lebih menarik lagi adalah hubungan antara jarak dan kontras berubah setiap hari akibat air hujan, ganggang, dan gelombang.”
Ditemukan bahwa ubur-ubur kotak – salah satu hewan paling beracun di dunia – ternyata dapat belajar secepat hewan yang lebih ‘canggih’ seperti tikus. Prof Garm menambahkan bahwa salah satu ciri utama sistem saraf tingkat lanjut adalah kemampuan untuk mengubah perilaku berdasarkan pengalaman, misalnya mengingat dan belajar.
Berita besar di dunia ilmu saraf
Prof Garm, yang telah mempelajari ubur-ubur kotak selama lebih dari satu dekade, menggambarkan temuan ini sebagai “berita yang cukup besar” dalam dunia ilmu saraf, karena “memberikan perspektif baru tentang apa yang dapat dilakukan dengan sistem saraf sederhana”.
Dia yakin penelitian ini menunjukkan pembelajaran tingkat lanjut mungkin merupakan “salah satu manfaat evolusioner paling penting dari sistem saraf sejak awal”.
Penelitian baru ini akan memberikan peluang baru untuk mempelajari perubahan dalam sel saraf yang terlibat dalam pembelajaran tingkat lanjut, dan akan membantu “menentukan dengan tepat sel mana yang terlibat dalam pembelajaran dan pembentukan memori,” menurut Prof Garm.
“Dengan melakukan hal ini, kita akan dapat melihat dan melihat perubahan struktural dan fisiologis apa yang terjadi di dalam sel saat pembelajaran berlangsung,” tutupnya.
Advertisement
9 hewan laut tertua di dunia ini masih hidup sampai sekarang
Kehidupan di dasar laut telah menyimpan sejuta rahasia prasejarah. Menurut laporan dari situs Oldest.com, kehidupan di lautan telah memulai perjalanan panjangnya miliaran tahun yang lalu, menghadirkan keanekaragaman yang melimpah dan menjadi bagian integral dari ekosistem global kita.
Meskipun banyak hewan laut prasejarah telah punah akibat evolusi, beberapa spesies tetap menjadi saksi perubahan zaman yang tak terelakkan. Melalui penelitian fosil, para ilmuwan telah memastikan bahwa sembilan hewan laut ini bertahan selama jutaan tahun menghadapi perubahan lingkungan.
Mari kita gali lebih dalam dan kenali dekat sembilan hewan laut tertua yang terus melangkah melintasi waktu, menghadirkan kisah hidup yang menginspirasi dan memukau.
Kelahiran Hewan Langka dan Hampir Punah di Kebun Binatang Cincinnati
Dari informasi yang dilaporkan oleh 9news.com, pada tanggal 17 Desember yang lalu sebuah Kebun Binatang dan Kebun Raya Cincinnati merayakan kelahiran okapi jantan yang menambah prestasi dalam pelestarian spesies langka.
Sang bayi dilahirkan dari pasangan induk, yaitu Kuvua sebagai betina, dan Kiloro sebagai jantan, yang dijaga dengan sangat hati-hati. Okapi, spesies endemik asal hutan hujan Kongo, sering disebut sebagai 'jerapah hutan' karena memiliki leher yang panjang dan bercak-bercak serupa jerapah.
Dengan kelahiran okapi ini, Kebun Binatang Cincinnati turut serta dalam peran penting dalam upaya konservasi dan perlindungan spesies langka yang terancam punah.
Advertisement