Liputan6.com, Jakarta Dikutip dari a-z Animal, hiu tidak menghasilkan suara seperti banyak hewan lainnya melainkan menggunakan sistem komunikasi yang sangat rumit. Mereka berkomunikasi satu sama lain melalui bahasa tubuh dan pola berenang.
Sebagai contoh, punggung yang melengkung menjadi isyarat "pergi", sedangkan tamparan ekor menjadi kode untuk menyatakan "Aku akan mencuri makananmu".
Baca Juga
Keunikan terletak pada postur yang saling melengkapi, di mana hiu sering menggabungkan beberapa elemen untuk menyampaikan pesan yang lebih rumit. Sebagai contoh, hiu bisa melepaskan sirip dada, melengkungkan punggung, dan menggunakan pola berenang tertentu sebagai bagian dari tampilan agonistik.
Advertisement
Ketika hiu ingin sesuatu yang mengejar mereka mundur, seringkali mereka menggunakan kombinasi ketiga elemen ini. Melalui eksplorasi cara hiu berkomunikasi, kita akan membuka pintu menuju dunia yang menakjubkan di bawah laut.
1. Menganga
Hiu memiliki cara komunikasi yang unik, salah satunya melalui perilaku menganga. Tindakan ini dapat berfungsi sebagai isyarat ancaman atau ekspresi kekesalan. Meskipun hiu putih besar terkenal dengan kebiasaan ini, bukan hanya mereka yang melakukannya. Spesies lain seperti hiu karang di Karibia juga kerap mengamalkan perilaku menganga.
Menganga melibatkan lebih dari sekadar membuka rahang; kadang-kadang hiu bahkan berguling miring dan berenang perlahan di permukaan air. Rahang mereka tidak selalu terbuka secara konstan, terlihat dari beberapa hiu putih di Australia yang suka membuka dan menutup mulutnya, menciptakan celah sebagian saat sedang berenang. Melalui gerakan ini, hiu menyampaikan pesan dan membuka jendela ke kehidupan misterius di bawah laut.
Advertisement
2. Tamparan Ekor
Hiu mempunyai cara yang unik dalam berkomunikasi, termasuk di antaranya adalah dengan menggunakan tindakan menampar ekornya. Kelakuan ini seringkali terjadi ketika hiu berkompetisi untuk mendapatkan makanan atau menjaga porsi makanannya.
Aksi menampar ekor dapat diartikan sebagai pesan yang jelas, seperti "Mundur, ini adalah makananku!" atau "Aku datang untuk merebut makananmu!". Intensitas dari perilaku ini sepenuhnya bergantung pada kekuatan individu hiu, dan hal ini merupakan contoh bagaimana hiu dapat berkomunikasi melalui suara permukaan, sebuah fenomena yang juga teramati pada paus.
Melalui kelakuan seperti menampar ekor, hiu menciptakan dinamika komunikasi yang membantu mereka dalam berinteraksi dan bersaing di dalam lingkungan laut mereka. Hal ini mencerminkan kemampuan adaptasi yang luar biasa di dalam dunia laut yang penuh dengan persaingan dan perburuan makanan.
3. Menggigit Sirip
Hiu menunjukkan perilaku yang khas saat berpacaran, yang melibatkan tindakan saling menggigit walaupun dalam hal ini bukan pertanda agresi. Sebaliknya, tingkah aneh ini merupakan bagian dari ritual kencan hiu.
Hiu jantan menggunakan gigitan sebagai cara untuk menarik perhatian hiu betina. Meskipun bekas luka seringkali terlihat pada betina setelah pertemuan ini, gigitan tersebut tidak separah bekas gigitan saat makan. Beberapa jenis, seperti hiu macan betina, sudah beradaptasi dengan mengembangkan kulit yang lebih tebal untuk melindungi diri dari gigitan hiu jantan.
Di dunia hiu, perilaku ini menciptakan dinamika khas dalam upaya mereka untuk berkembang biak. Adaptasi seperti kulit yang lebih tebal menunjukkan kemampuan hiu untuk menyesuaikan diri dengan tantangan dan tekanan lingkungan mereka, memastikan kelangsungan hidup dan reproduksi spesies di dalam lingkungan laut yang penuh dengan berbagai tantangan.
Advertisement
4. Tetesan Sirip Dada
Hiu menyampaikan rasa terancam dengan cara unik, yakni dengan menjatuhkan sirip dada. Ketika sirip ini diturunkan, hiu cenderung melengkungkan punggung dan berenang dalam gerakan berputar-putar, suatu tindakan yang berfungsi sebagai bahasa tubuh untuk menyiratkan, "Pergi".
Selain sebagai bentuk ekspresi kekesalan, sirip dada juga memainkan peran yang signifikan dalam membantu hiu menjalankan berbagai tugas. Sirip-sirip ini turut berperan dalam mengarahkan, mempercepat, dan memberikan rem, memungkinkan hiu untuk dengan cepat mengubah arah dan kecepatannya. Tak hanya itu, sirip dada juga berfungsi sebagai alat transportasi bagi hiu, membantu mereka dalam perjalanan melintasi perairan laut yang luas.
Dengan menggunakan sirip dada yang memiliki banyak fungsi ini, hiu memperlihatkan tingkat kecerdasan dan kemampuan adaptasinya yang luar biasa saat berinteraksi dengan lingkungan laut. Keahlian dalam menggunakan bahasa tubuh dan perangkat fisik ini memiliki peran sentral dalam menjaga kelangsungan hidup dan fungsi ekologis hiu di dalam ekosistem laut yang dinamis.
5. Punggung Melengkung atau Punggung Bungkuk
Hiu menggunakan kelengkungan atau pembungkukkan punggungnya sebagai pesan yang jelas: "Jauhkan diri dari saya." Ini adalah cara hiu mengomunikasikan kebutuhan mereka akan ruang. Jika makhluk yang mengejar hiu merespons dengan menjauh, situasinya kemungkinan akan aman. Namun, bila pengejar terus mendekat, kemungkinan besar hiu akan merespon dengan serangan.
Perlu diingat bahwa serangan ini umumnya bersifat defensif, di mana hiu tidak mencoba memakan manusia, melainkan menggunakan giginya untuk mengusir penyelam yang dianggap sebagai ancaman. Sebelum melancarkan serangan defensif, hiu sering menampilkan pola berenang khusus yang dikenal sebagai tampilan agonistik. Hiu karang abu-abu kerap menggunakan tampilan ini ketika dihadapkan dengan penyelam yang mengejar, melakukan gerakan tajam, cepat, membungkukkan tubuh, dan berenang dalam jalur lebar serta berombak.
Melalui perilaku yang kompleks ini, hiu memperlihatkan kecerdasan mereka dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Kemampuan untuk memberikan peringatan melalui pola berenang khusus dan bahasa tubuh menjadi strategi penting bagi hiu dalam menjaga diri mereka di dalam ekosistem laut yang penuh tantangan.
Advertisement
Question and Answer
1. Apakah aman mengonsumsi ikan hiu?
Ikan hiu sebaiknya dihindari untuk dikonsumsi karena tinggi kandungan merkuri. Menyantap daging atau sirip hiu dapat menimbulkan risiko gangguan kesehatan, seperti masalah neurologis, kebutaan, bahkan dapat berujung pada kematian. Lebih dari itu, mengonsumsi ikan hiu juga dapat merugikan ekosistem laut, karena hiu berperan sebagai predator puncak di lautan.
2. Apakah ikan hiu dapat ditemukan di Indonesia?
Di perairan Indonesia, ikan hiu tersebar luas di berbagai wilayah, mulai dari taman hiburan, pantai, hingga laut dalam. Berbagai jenis hiu dapat ditemui dengan mudah di perairan Indonesia.
Advertisement
3. Hiu mana yang dianggap paling menakutkan?
Hiu banteng sering diakui sebagai jenis hiu yang paling menakutkan di dunia.
4. Hiu mana yang bersifat ramah dan tidak berbahaya?
Hiu paus dianggap sebagai jenis hiu yang sangat jinak dan tidak menimbulkan bahaya bagi manusia. Mereka sering terlihat berinteraksi dengan ramah terhadap penyelam dan wisatawan di perairan laut. Beberapa lokasi di Indonesia, seperti Whale Shark Botubarani di Gorontalo dan Teluk Saleh di Sumbawa, terkenal sebagai tempat untuk berinteraksi dengan hiu paus.
Advertisement