Liputan6.com, Jakarta Sudah bukan rahasia lagi jika media sosial TikTok masih cukup populer untuk dijadikan sebagai sarana mengeskpresikan diri atau mencari informasi. Rasanya hampir semua orang pasti memilki aplikasinya di ponsel mereka.
Apalagi bisa dibilang, TikTok sangat praktis karena berisi video-video dalam rentang durasi yang cukup pendek, tapi bisa merangkum semua informasinya.
Baca Juga
Namun, di balik itu semua, adanya TikTok membawa istilah baru, yaitu 'TikTok Brain'. Ya, bisa dibilang fenomena ini mirip sebagai short attention span, atau rentang perhatian yang cukup pendek. Jadi, bisa dibilang terlalu sering mengonsumsi video-video dengan durasi pendek bisa memengaruhi kinerja otak, seperti kehilangan konsentrasi, fokus, dan kualitas tidur.
Advertisement
Dilansir dari PureWow, Senin (5/2/2024), Dr. Patrick Porter yang merupakan pakar ilmu saraf dan pendiri 'BrainTap'. Ia sendiri pun telah mempelajari otak selama lebih dari 30 tahun, dan mengintegrasikan bidang psikologi, kesehatan mental, dan teknologi gelombang otak yang berkaitan dengan penguatan fungsi kognitif dan mengatasi stres, akan menjelaskan lebih detail terkait hal ini.
Apa Itu TikTok Brain?
Menurut Dr. Patrick Porter, TikTok brain adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan kognitif dan neurologis yang diamati pada individu yang sering menggunakan platform tersebut.
“Hal ini ditandai dengan berkurangnya rentang perhatian, yang sering dibandingkan oleh para ahli saraf dengan rentang perhatian yang singkat, sekitar lima detik seperti ikan mas. Fenomena ini bermanifestasi sebagai meningkatnya kebutuhan akan kepuasan instan dan berkurangnya kesabaran untuk tugas-tugas yang lebih panjang dan kompleks,” kata Dr. Porter.
Apa yang Sebenarnya Terjadi di Otak?
Anggap saja ada banyak informasi yang dapat diserap oleh otak Anda dengan cepat. Mulai dari telinga yang menangkap rangsangan pendengaran yang dikirim ke korteks pendengaran otak, lalu mata menyerap energi fototik dari layar dan mengirimkan rangkaian rangsangan yang cepat ke korteks visual.
Kemudian otak Anda memompa dopamin di area yang disebut nucleus accumbens sebagai respons terhadap elemen hiburan dari setiap TikTok yang ditonton.
Ternyata, otak Anda menyukai aliran dopamin—itulah istilah populer untuk pelepasan hormon perasaan senang secara tiba-tiba ke dalam aliran darah—sedemikian rupa sehingga kini Anda terprogram untuk menerima lebih banyak video TikTok untuk mendapatkan efek yang sama.
Dan ini tidak terbatas pada dopamin, TikTok menginspirasi otak Anda untuk melepaskan hormon berikut:
- Epinephrine (adrenalin) dan norepinephrine (noradrenalin)
Pada dasarnya setiap video TikTok (alias konten yang menggairahkan atau memicu kecemasan) mungkin mempersiapkan tubuh untuk merespons dengan cepat, meningkatkan kewaspadaan dan tingkat energi. Lalu, bisa menyebabkan otak Anda memancarkan neurotransmitter yang dapat menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan detak jantung
- Serotonin
Video yang menyenangkan—misalnya #gardentok—dapat menyebabkan pelepasan hormon yang dikenal karena efeknya yang menstabilkan suasana hati
- Oksitosin
Jika Anda pernah melihat TikTok yang menampilkan seekor singa dipertemukan kembali dengan orang yang menyelamatkannya saat masih kecil, kemungkinan besar Anda melepaskan hormon ini. Hormon ini sering dikaitkan dengan perasaan terikat dan percaya.
Advertisement
Apakah Proses Ini Menyakiti atau Membantu Kita?
“Respon biomekanik TikTok brain, terutama gangguan pola tidur akibat penyerapan energi dari layar (photic energy absorption), mungkin berkontribusi pada meningkatnya kekhawatiran terhadap kualitas tidur yang buruk,” kata Dr. Porter.
Secara keseluruhan, ia mengatakan bahwa paparan terhadap TikTok memang dapat memperkuat jalur saraf yang terkait dengan pemrosesan informasi yang cepat dan multitasking. Meskipun begitu, peningkatan dalam hal apa pun memang seperti “pedang bermata dua.”
Pemrosesan yang cepat mungkin dipertajam. Akan tetapi, kapasitas untuk fokus yang dalam dan perhatian yang berkelanjutan menurun. Sebab, neural circuits yang bertanggung jawab untuk tugas-tugas kognitif yang lebih lambat dan disengaja justru melemah seiring waktu yang dihabiskan untuk melihat TikTok.
Jadi, Apakah TikTok Bisa Mengganggu Konsentrasi?
“Otak remaja, yang masih dalam tahap perkembangan, lebih rentan terhadap efek TikTok,” kata Dr. Porter.
Dampaknya mungkin tampak pada rentang perhatian yang lebih pendek dan kecenderungan mencari imbalan. Sebaliknya, otak orang dewasa sudah terbentuk sempurna sehingga jalur sarafnya sudah tertanam kuat, sehingga otaknya mungkin kurang mudah dipengaruhi.
Selain itu, sebuah penelitian pada tahun 2021 terhadap siswa sekolah menengah menunjukkan bahwa TikTok Use Disorder dikaitkan dengan kehilangan ingatan, depresi, stres, dan kecemasan.
Tidak hanya itu, Dr. Porter memandang TikTok mengubah hakikat kesadaran.
“Tidak seperti generasi sebelumnya, yang cenderung menyimpan informasi tertentu dalam memori, generasi muda saat ini semakin memperlakukan otak mereka lebih seperti mesin pencari dibandingkan sistem pengambilan fakta tradisional,” katanya.
“Pergeseran ini disebabkan oleh pengetahuan bahwa informasi tersedia dan disimpan di web. Akibatnya, otak mereka menjadi lebih mahir dalam mengingat cara mengakses informasi (yaitu di mana atau bagaimana menemukannya) dibandingkan detail spesifik dari informasi itu sendiri.”
Advertisement