Liputan6.com, Jakarta Gluten adalah jenis protein yang ditemukan dalam gandum, jelai, dan barli. Protein ini memiliki sifat lengket yang penting dalam pembuatan adonan roti dan memberikan tekstur yang kenyal pada produk roti.
Selain ditemukan dalam banyak biji-bijian dan produk roti, gluten juga ditambahkan ke berbagai makanan dan minuman seperti saus tomat, es krim, dan kecap.
Bagi sebagian besar orang, mengonsumsi gluten tidak menimbulkan masalah kesehatan. Namun, bagi orang dengan sensitivitas gluten atau penyakit celiac, mengonsumsi gluten dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Advertisement
Penyakit celiac adalah kondisi autoimun di mana konsumsi gluten menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang lapisan usus halus. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan usus dan mengganggu penyerapan nutrisi penting. Penderita celiac dapat mengalami berbagai gejala seperti diare kronis, kelelahan, anemia, penurunan berat badan, dan gangguan penyerapan nutrisi lainnya.
Di sisi lain seseorang yang memiliki intoleransi (sensitif) terhadap gluten adalah kondisi di mana seseorang mengalami gejala yang tidak mengenakkan setelah mengonsumsi gluten, meskipun mereka tidak memiliki penyakit celiac.
Gejala sensitivitas gluten bisa berupa perut kembung, diare, kelelahan, dan gangguan pencernaan lainnya. Meskipun gejalanya tidak seberat celiac, sensitivitas gluten tetap dapat mengganggu kesehatan seseorang.
Gluten juga terkadang dikenal sebagai pembunuh diam-diam karena dapat menyebabkan kerusakan kronis pada seluruh tubuh. Kadang-kadang pasien yang sensitif terhadap gluten bahkan tidak menyadari konsekuensi mengonsumsi gluten ini.
Jadi, periksalah apakah tubuh Anda memiliki intoleransi gluten atau tidak dengan 9 tanda berikut, melansir dari Brightside.me, Senin (18/03/2024).
1. Gejala penyakit saluran pencernaan
Gejala-gejalanya terutama berhubungan dengan usus: mual, kembung, diare, sakit perut, dan bahkan sembelit.
Orang sering mengaitkan gejala-gejala ini dengan penyakit lain. Dan pasien secara keliru didiagnosis dengan Irritable Bowel Syndrome (IBS) atau yang kita kenal dengan sindrom iritasi usus.
Penelitian mengonfirmasi bahwa 10-15% populasi dunia menderita IBS. Tetapi diagnosis ini dapat menyebabkan orang dengan sensitivitas gluten tidak menerima perawatan yang tepat sehingga gejalanya tidak hilang.
Advertisement
2. Perubahan berat badan yang tak lazim
Intoleransi gluten dapat menyebabkan penurunan berat badan dan kenaikan berat badan tanpa alasan yang jelas. Hal ini terjadi karena proses inflamasi pada tingkat sel dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
Perubahan berat badan secara tiba-tiba pula dapat mendatangkan penyakit lainnya yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Tetapi hal ini dapat dikaitkan dengan intoleransi gluten jika disertai dengan gejala malabsorpsi lainnya yang dimana tubuh akan sulit untuk menyerap nutrisi yang baik.
3. Ketidakseimbangan hormon
Hal ini dikarenakan adanya hubungan antara intoleransi gluten dan gangguan hormonal yang dapat terjadi seperti siklus menstruasi yang tidak teratur, perubahan berat badan secara tiba-tiba, dan gangguan tidur.
Gangguan hormon yang disebabkan oleh intoleransi gluten dapat meningkat berkali-kali lipat selama masa pubertas, kehamilan, dan menopause. Perlu diingat bahwa gejala-gejala ini terutama akan dialami oleh para wanita.
Advertisement
4. Mengganggu sistem saraf pusat
Gluten meningkatkan peradangan dan permeabilitas usus. Akibatnya, gejala sensitivitas gluten dapat mencakup masalah konsentrasi, depresi, kecemasan, insomnia, dan kelelahan.
Beberapa orang dengan intoleransi gluten mengalami iritabilitas dan perasaan bahwa mereka mudah kehilangan arah dan memiliki konsentrasi yang buruk.
Menurut informasi yang dikumpulkan dari sebuah penelitian, orang dengan intoleransi gluten lebih rentan mengalami migrain daripada orang lain.
Tentunya penyebab sakit kepala itu berbeda, tetapi seseorang yang alergi terhadap gluten dapat mengalami sakit kepala 30-60 menit setelah makan.
5. Adanya masalah terhadap kulit dan kuku
Keratosis Pilaris pada rambut dan Dermatitis Herpetiformis adalah 2 kondisi kulit yang dialami oleh orang yang mengidap intoleransi gluten.
Gejalanya meliputi gatal-gatal dan ruam yang dapat muncul di tangan, badan, wajah, siku, dan garis rambut.
Gejala lainnya adalah kuku yang lemah dan rapuh. Iritasi kulit lainnya seperti eksim tiruan dapat menandakan penyumbatan yang disebabkan oleh gluten.
Advertisement
6. ADHD
Gangguan lain yang mungkin terkait dengan intoleransi gluten adalah  ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).
Masalah kesehatan ini merupakan kondisi yang membuat anak mengalami gangguan psikiatrik yang ditunjukkan dengan gangguan memfokuskan perhatian secara berlebihan dan hiperaktivitas
Tak hanya pada anak-anak, ADHD pun dapat bermanifestasi pada orang dewasa. Orang dengan gangguan ini memiliki masalah dengan pengendalian diri. Diet bebas gluten dapat membantu mengurangi gejala ADHD.
7. Kondisi mulut dan gigi yang buruk
Seseorang dengan intoleransi gluten mengalami gangguan pada penyerapan nutrisi dan mineral yang diperlukan dalam usus.
Ini juga berlaku untuk kalsium. Hasilnya bisa berupa masalah pada gigi dan rongga mulut: sensitifitas pada enamel, kerusakan gigi, gigi berlubang, dan sariawan atau bercak putih pada rongga mukosa.
Jika Anda merawat gigi dengan baik, tetapi masih mengalami beberapa masalah, penyebabnya mungkin disebabkan oleh konsumsi gluten Anda.
Advertisement
8. Anemia
Seringkali, penyakit celiac didiagnosis karena anemia. Gejalanya meliputi berkurangnya volume darah, kelelahan, sesak napas, sakit kepala, pucat pada kulit, dan bahkan radang sendi.
Zat besi tidak dapat dicerna dengan baik karena intoleransi gluten, menjadi akibat dari gangguan penyerapan zat besi dalam usus.
9. Gangguan terhadap autoimun dalam tubuh
Banyak orang dengan penyakit autoimun memiliki intoleransi gluten. Penyakit celiac adalah penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel ususnya sendiri setelah gluten masuk ke dalamnya.
Masalahnya diperparah dengan fakta bahwa penyakit autoimun ini meningkatkan risiko pengembangan penyakit autoimun lainnya, seperti penyakit diabetes, vitiligo, artritis rematoid, dan multiple sclerosis.
Advertisement