Sukses

Menuju Era Baru Pelestarian Budaya Indonesia dengan Indonesian Heritage Agency

Pelestarian budaya berkontribusi pada pembangunan inklusif dan berkelanjutan, memperkaya masyarakat secara luas.

Liputan6.com, Jakarta - UNESCO menyoroti pelestarian warisan budaya sebagai kunci identitas nasional dan keberlanjutan, mendukung ekspresi budaya, dan mengatasi tantangan global. Ini esensial untuk Sustainable Development Goals (SDGs), memajukan ekonomi kreatif dan inovasi sosial, serta memperkuat komunitas.

Pelestarian budaya berkontribusi pada pembangunan inklusif dan berkelanjutan, memperkaya masyarakat secara luas. 

Dalam upaya mempertahankan kekayaan budaya sebagai aspek vital pembangunan berkelanjutan dan identitas bangsa, Indonesian Heritage Agency (IHA), sebuah badan layanan umum yang beroperasi di bawah naungan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berinisiatif memperkuat warisan budaya untuk menginspirasi generasi sekarang dan mendatang.

Mengakui peran warisan budaya dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), (Plt.) Kepala BLU Museum dan Cagar Budaya (MCB), Ahmad Mahendra, menyatakan bahwa IHA berkomitmen mengelola museum dan ruang publik untuk meningkatkan apresiasi publik.

"Upaya ini mencerminkan tanggung jawab dan peluang IHA dalam menjaga nilai sejarah dan budaya, dengan tujuan membangun fondasi budaya yang kuat untuk masa depan Indonesia," ucap Mahendra, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (20/3/2024).

Lebih lanjut ia mengatakan transformasi menyeluruh dalam mengelola ruang publik di museum dan cagar budaya, yang mencakup narasi, lokasi, peninggalan, tata letak pameran, dan program-program yang ditawarkan merupakan proses yang sangat krusial.

"Transformasi ini diarahkan untuk lebih dari sekadar pemeliharaan artefak; ini tentang reimajinasi museum dan situs warisan sebagai ruang komunal di mana pengalaman dapat dibagi dan narasi sejarah serta warisan budaya Indonesia dapat diperkaya dan diperluas," sambungnya.

 

2 dari 4 halaman

Reimajinasi Warisan Budaya punya 3 aspek utama

Mahendra menjelaskan bahwa Reimajinasi Warisan Budaya melibatkan tiga aspek utama: reprogramming, redesigning, dan reinvigorating. Reprogramming fokus pada pembaruan kuratorial dan koleksi untuk mengubah narasi besar yang disampaikan oleh museum dan situs warisan.

Lalu redesigning bertujuan untuk merenovasi bangunan dan ruang agar tidak hanya estetis tetapi juga aman dan nyaman, mematuhi standar keselamatan untuk melindungi koleksi berharga serta meningkatkan pengalaman pengunjung.

Sementara reinvigorating berfokus pada penguatan kelembagaan melalui profesionalisme dan peningkatan kompetensi individu, memastikan bahwa setiap aspek pengelolaan museum dan situs warisan berjalan dengan standar tertinggi.

Untuk mewujudkan visi reimajinasi ini, dalam tahapan pilar reprogramming telah dilakukan pemaknaan yang menyeluruh dari sisi narasi yang dapat disampaikan oleh masing-masing museum, baik dari sisi lokasi, peninggalannya, tata pamer hingga programnya.

 

3 dari 4 halaman

5 klasifikasi museum

Saat ini IHA mengklasifikasikan unit museum yang berada di bawah pengelolaannya menjadi lima klasifikasi museum yakni:

1. Museum Prasejarah

Menyimpan fosil manusia, artefak, dan fosil fauna dari zaman prasejarah, seperti fosil manusia purba Homo erectus dari Jawa, Homo sapiens awal, fosil gajah purba kerdil (Stegodon pygmy semedonensis), artefak batu, artefak tulang, dan artefak logam, yang ditemukan di berbagai lokasi di dalam Kawasan Sangiran, Semedo, dan Song Terus.

Museum-museum ini mengangkat kisah mengenai kehidupan masa prasejarah di Indonesia dan memberikan wawasan tentang peradaban awal Nusantara.

2. Museum Sejarah Nasional

Menampilkan perjalanan sejarah bangsa Indonesia, dari semangat kebangkitan nasional di Gedung Museum Kebangkitan Nasional, perjuangan pemuda di Museum Sumpah Pemuda, perumusan naskah proklamasi kemerdekaan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, hingga perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia di Museum Perjuangan dan Museum Benteng Vredeburg di D.I. Yogyakarta.

Museum ini menghubungkan benang merah sejarah bangsa Indonesia melalui perjuangannya melawan kolonialisme.

3. Museum dan Galeri Seni

Seperti Galeri Nasional Indonesia, Museum Batik Indonesia dan Museum Basoeki Abdullah, klasifikasi ini difokuskan pada ruang inspirasi seni untuk publik. Dengan berbagai program dan kegiatan kolaborasi, museum-museum ini berupaya melestarikan dan mengedukasi tentang warisan budaya nusantara melalui seni.

4. Museum Tokoh Bangsa

Mendedikasikan koleksinya untuk memperingati tokoh-tokoh penting dalam sejarah Indonesia, seperti Museum Kepresidenan RI Balai Kirti dan Museum Islam Indonesia K.H. Hasyim Asy’ari.

Museum-museum ini mengingatkan pengunjung akan pentingnya memahami sejarah melalui peran individu-individu yang telah membentuk bangsa.

5. Museum Representasi dan Etalase Budaya Nusantara

Museum Nasional Indonesia berdiri sebagai "rumah" dari ribuan artefak bersejarah dari berbagai era di Nusantara, mewakili budaya dan warisan bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Museum ini menjadi etalase utama dari kekayaan dan keberagaman budaya bangsa Indonesia serta sejarah peradaban Nusantara.

 

4 dari 4 halaman

Punya misi khusus dalam edukasi mengenai kekyaan sejarah dan budaya Indonesia

Ketua Tim Kuratorial dan Pameran, Indonesian Heritage Agency, Zamrud Setya Negara menegaskan, “Setiap klasifikasi museum ini membawa misi khusus dalam mengedukasi dan menginspirasi publik mengenai kekayaan sejarah dan budaya Indonesia, sejalan dengan visi IHA untuk mereimajinasikan museum dan cagar budaya sebagai ruang komunal yang dinamis dan interaktif bagi pengunjung.”

Dalam mengarah ke masa depan yang inklusif dan berkelanjutan, IHA menetapkan standar baru dalam pelestarian warisan budaya. Visi dan komitmen untuk menginspirasi generasi mendatang telah mengubah museum dan situs warisan menjadi ruang komunal yang interaktif dan dinamis.

Pendekatan reprogramming, redesigning, dan reinvigorating akan memperkaya pengalaman publik, memastikan kekayaan budaya Indonesia tetap relevan dan berkembang.