5 Tanda Ternyata Diam-diam Rekan Kerja Tidak Lagi Menyukaimu, Perhatikan Perubahannya

Sebagai manusia, terutama dalam dunia kerja, memang sudah seharusnya terbuka dalam menerima berbagai masukan dan kritik baik dari atasan maupun rekan kerja. Namun, perlu diperhatikan betul apakah kritik yang disampaikan termasuk membangun dan bagaimana cara penyampaiannya.

Jika dalam kritiknya terlalu banyak poin yang merendahkan dan membuatmu meragukan kualitas diri, maka kamu perlu waspada. Bisa jadi ia tidak menyukai dan ingin menjatuhkan mentalitas di lingkungan kerja.

Ketika rekan kerja, baik secara langsung ataupun tidak, selalu mengungkit-ungkit kesalahan, ini bisa menjadi indikasi bahwa ia kurang menyukaimu. Dengan selalu membahas kesalahan yang pernah kamu lakukan, bisa jadi ia sedang mencoba memprovokasi rekan kerja yang lain, sehingga membuat posisimu dalam pekerjaan menjadi kurang aman.

Meskipun tidak selalu, tetapi nada bicara yang ketus dan cuek yang ditunjukkan rekan kerja menunjukkan ketidaktertarikannya untuk berkomunikasi denganmu. Selain itu, ucapan yang selalu to the point tanpa basa-basi juga bisa menjadi pertanda bahwa rekan kerjamu sedang membatasi interaksinya denganmu. 

Dilansir dari businessinsider.com, seorang penulis, Lynn Taylor, mengungkapkan bahwa selalu menghindari kontak mata menjadi salah satu indikasi bahwa rekan kerja tidak menyukaimu. Mereka khawatir jika kamu akan dapat mendeteksi “kebenciannya” terhadapmu ketika terjadi kontak mata. 

Menurut Kerr dalam laman businessinsider.com, bahasa tubuh rekan kerja menggambarkan perasaannya terhadapmu. Misalnya, ketika rekan kerja memandangmu dengan serius dan terlalu intens, atau sebaliknya, tidak mau melihatmu bahkan saat kamu berada di dekatnya menandakan bahwa mungkin mereka tidak menyukaimu.

Lingkungan kerja yang tidak menghargai karyawan adalah lingkungan kerja yang toxic.

Salah satu langkah dalam menghadapi lingkungan kerja yang toxic adalah dengan menetapkan batas yang tegas antara kehidupan pribadi dan profesional, dengan memberikan prioritas pada prinsip keseimbangan antara kerja dan kehidupan. Hal ini penting agar kesehatan mental tidak terganggu karena kurangnya pembatasan yang jelas.

Sikap superioritas adalah ketika seseorang merasa lebih baik dari yang lain, meskipun pada kenyataannya, mereka tidak memiliki prestasi yang signifikan.

Kelelahan hati dan pikiran timbul akibat kebencian, menyebabkan dampak buruk pada emosi. Ketika seseorang membenci, pikirannya terus-menerus dipenuhi dengan pemikiran negatif tentang orang lain.

Karyawan beracun cenderung mengelak dari tanggung jawab dan sering mencari alasan untuk menghindari pekerjaan yang rumit atau mengganggu. Mereka mungkin terus menyalahkan orang lain atau situasi eksternal atas ketidakmampuan mereka menuntaskan tugas.