Liputan6.com, Jakarta - Resiliensi adalah kemampuan seseorang atau suatu sistem untuk tetap bertahan dan pulih dari tekanan, tantangan, atau situasi sulit. Ini sering dikaitkan dengan cara seseorang mengatasi stres, trauma, atau peristiwa yang mengganggu, baik secara emosional maupun fisik.
Resiliensi bukanlah tentang tidak pernah merasakan tekanan atau terpukul oleh peristiwa buruk, tetapi lebih mengenai bagaimana seseorang bisa pulih dan tumbuh lebih kuat setelah melewati masa sulit.
Meskipun keinginan kita seringkali adalah untuk membesarkan anak-anak yang bahagia, penting untuk menyadari bahwa baik kebahagiaan maupun kesedihan bersifat sementara.
Advertisement
Penelitian menyarankan bahwa orang tua dapat mendukung perkembangan anak dengan lebih baik dengan menanamkan ketangguhan (resiliensi) daripada hanya fokus pada tujuan untuk menjadikan anak-anak bahagia.
Ketangguhan tidak hanya mencakup kemampuan untuk kembali ke keadaan yang stabil setelah menghadapi kesulitan, tetapi juga meliputi proses pertumbuhan, pembelajaran, dan transformasi dari pengalaman-pengalaman yang menantang.
Dengan memiliki dukungan sosial yang kuat, kemampuan untuk mengelola emosi, pola pikir yang positif, serta kemampuan untuk mencari makna dari pengalaman-pengalaman sulit, anak-anak dapat membangun tingkat ketangguhan yang tinggi.
Ini akan membantu mereka tetap kuat dan optimis menghadapi segala rintangan yang mungkin mereka hadapi dalam hidup.
Oleh karena itu, ketahui beberapa cara untuk mengembangkan ketangguhan pada anak-anak, seperti dilansir dari Psychology Today, Kamis (11/7/2024).
Â
1. Mendorong komunikasi yang efektif
"Resiliensi pada dasarnya bertumpu pada hubungan," kata peneliti Suniya Luther, yang telah mengkaji kerentanan dan resiliensi selama lebih dari tiga dekade.
Ketika kita mengajarkan anak-anak tentang pentingnya komunikasi yang sehat sejak usia dini, mereka lebih mudah mengembangkan keterampilan komunikasi yang kuat. Ini memungkinkan mereka untuk mengekspresikan diri dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain sepanjang masa pertumbuhan mereka.
Anda dapat memberdayakan anak-anak Anda untuk menjadi komunikator yang handal dengan membimbing mereka dalam memahami dan mengelola perasaan mereka sendiri secara emosional.
Seringkali, kita cenderung menempatkan kebahagiaan sebagai satu-satunya tujuan hidup, sehingga menghadapi stres, kesedihan, atau emosi negatif lainnya dapat menjadi hal yang membingungkan dan membuat kita merasa tidak berdaya.
Dengan rutin bertanya kepada anak-anak Anda tentang perasaan mereka dan membimbing mereka untuk mengenali serta mengatasi rasa frustasi mereka, Anda membantu mereka membangun keterampilan dalam mengelola emosi dan berkomunikasi secara sehat.
Pemahaman ini tidak hanya akan memupuk empati, tetapi juga membantu mereka dalam membangun hubungan yang berarti dan menghadapi topik-topik penting dengan percakapan yang produktif. Ini akan membantu mereka mendapatkan dukungan sosial yang kuat dan mengembangkan ketangguhan dalam menghadapi tantangan hidup.
Advertisement
2. Kembangkan fleksibilitas dan rutinitas
Struktur dan fleksibilitas adalah dua pondasi penting dalam kehidupan. Struktur, melalui rutinitas yang konsisten, memberikan rasa aman dan nyaman, sementara fleksibilitas memungkinkan adaptasi yang lancar terhadap perubahan, yang penting bagi perkembangan anak-anak.
Anda dapat membangun rutinitas dengan melibatkan anak Anda, membedakan waktu untuk bermain dan belajar di sekolah. Namun, dalam situasi sulit atau saat terjadi perubahan, penting untuk bisa menyesuaikan beberapa bagian dari rutinitas tersebut, sambil tetap menjaga jadwal dan konsistensi yang mendukung stabilitas dan kesejahteraan anak secara keseluruhan.
Sangat penting untuk membantu anak memahami bahwa perubahan adalah hal yang alami dalam kehidupan, dan bahwa tujuan baru dapat menggantikan yang lama yang mungkin tidak dapat dicapai lagi.
Mendorong anak untuk mengevaluasi keberhasilan dan kegagalan mereka, serta membantu mereka merencanakan cara untuk bangkit dari kegagalan, akan membantu menanamkan pola pikir yang positif dan optimis.
Dengan begitu, mereka tidak akan takut untuk melakukan perubahan ketika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan harapan atau keinginan mereka.
3. Menanamkan fokus pada hal yang mereka dapat kontrol
Advertisement