Liputan6.com, Jakarta Setelah meninggalkan rumah orang tua, beberapa orang dewasa muda memilih untuk tetap melajang sementara yang lain segera menjalin hubungan romantis. Namun, ketika melihat mereka yang akhirnya menjadi pasangan romantis dan kemudian berpisah, kita dapat melihat seberapa sulitnya proses ini.
Pria muda yang masih lajang (atau sering dikenal sebagai single) seringkali dihadapkan pada tekanan untuk menikah, terutama dalam budaya di mana pernikahan dianggap sebagai langkah penting dalam kehidupan.
Baca Juga
Namun, ada dampak yang seringkali terabaikan dari pernikahan dini yang kemudian berujung pada perceraian. Pernikahan dini, terutama pada usia muda, dapat meningkatkan risiko perceraian di kemudian hari.
Advertisement
Salah satu alasan utama di balik perceraian ini adalah bahwa pria muda mungkin belum siap secara emosional dan mental untuk menghadapi komitmen pernikahan.
Mereka mungkin belum memiliki pemahaman yang cukup tentang diri mereka sendiri, tujuan hidup, atau kesiapan untuk membina hubungan yang sehat dan berkelanjutan. Hal ini dapat menyebabkan konflik dan ketidakcocokan di antara pasangan, yang akhirnya dapat berujung pada perceraian.
Dengan demikian, penting bagi pria muda untuk memahami bahwa pernikahan bukanlah sekadar langkah yang harus diambil karena tekanan dari luar, tetapi sebagai pilihan yang matang dan dipertimbangkan dengan baik.
Pernikahan yang dilakukan pada usia yang tepat, dengan kesiapan emosional, mental, dan finansial yang matang, dapat membawa kebahagiaan dan keberlanjutan yang lebih besar dalam hubungan pernikahan.
Bella DePaulo Ph.D adalah seorang psikolog sosial dan Majalah Atlantic menggambarkan dia sebagai "pemikir dan penulis terkemuka di Amerika tentang pengalaman lajang (single)" memberikan beberapa alasan mengapa pria muda yang memilih untuk single dahulu adalah pilihan yang tepat, melansir dari Psychology Today, Selasa (07/05/2024)
Manfaat yang bisa dirasakan di waktu-waktu melajang, khususnya bagi pria
Menurut Bella, pria yang memilih untuk tetap melajang sementara waktu setelah meninggalkan rumah orang tua cenderung lebih stabil secara emosional saat menghadapi perpisahan dari hubungan romantis.
Hal ini berbeda dengan pria yang langsung meninggalkan rumah orang tua untuk menjalin hubungan romantis atau pernikahan, yang mungkin lebih rentan terhadap dampak emosional dari perpisahan atau perceraian.
Terlebih lagi, semakin lama para pria melajang sebelum menjalin hubungan romantis, semakin sedikit mereka akan terpengaruh secara emosional oleh perpisahan yang diakibatkan putus cinta tersebut.
Advertisement
Alasan mengapa untuk melajang sementara waktu itu baik, bahkan jika Anda merasa ingin berpasangan secara romantis
Ilmuwan sosial Belanda, Lonneke van den Berg dan Ellen Verbakel, dalam artikel mereka yang baru saja diterbitkan di Journal of Marriage and Family, mengatakan bahwa ada tiga penjelasan mengapa pria muda yang melajang untuk sementara waktu itu baik:
Pertama, pria muda yang telah mengalami masa melajang mungkin telah mengasah keterampilan yang berguna dalam masa kehidupan lajang (single) mereka, seperti belajar melakukan pekerjaan rumah tangga. Wanita mungkin sudah familiar dengan hal ini sebelum meninggalkan rumah orang tua, sehingga pengalaman melajang setelahnya mungkin tidak memberikan tambahan nilai yang signifikan dalam hal keterampilan rumah tangga.
Kedua, mereka mungkin telah berinvestasi lebih banyak dalam karier mereka, atau mereka mungkin telah mengembangkan lingkaran sosial mereka sendiri - sesuatu yang sangat baik dilakukan oleh para pria yang sedang melajang. Oleh karena itu, memiliki pengalaman menjadi lajang dan mengembangkan jaringan sosial Anda sendiri adalah sesuatu yang dapat menguntungkan, dan mempersiapkan diri lebih matang untuk berkomitmen dengan seorang wanita di kemudian hari.
Ketiga, biasanya pria muda yang melajang akan lebih percaya diri terhadap kemampuan atau skill yang mereka miliki.
Keempat yang ditambahkan oleh Bella adalah adanya kemungkinan bahwa beberapa orang dewasa muda yang memilih untuk tetap melajang sementara waktu setelah meninggalkan rumah orang tua menemukan bahwa mereka menikmati kehidupan lajang.
Budaya umumnya menekankan pentingnya memiliki pasangan romantis, namun tidak semua orang merasa hal ini adalah keharusan. Sebagai hasilnya, mereka yang menikmati kehidupan lajang mungkin akan terus membuka diri terhadap hubungan romantis, terutama saat mereka masih muda dan sedang mencari jati diri.