Sukses

Sejarah dan Resep Bubur Asyura: Sajian Istimewa pada Tanggal 10 Muharram

Bubur Asyura adalah hidangan tradisional yang sarat dengan sejarah dan makna religius, terutama di kalangan masyarakat Muslim. Dengan campuran berbagai bahan yang melambangkan kebersamaan dan keberagaman, bubur ini menjadi simbol solidaritas dan perayaan.

Liputan6.com, Jakarta Hari Asyura, yang jatuh pada tanggal 10 Muharram dalam kalender Hijriyah, adalah hari yang sarat dengan makna religius dan sejarah bagi umat Islam. Di berbagai belahan dunia, Hari Asyura diperingati dengan berbagai cara, salah satunya adalah melalui tradisi kuliner dengan menyajikan Bubur Asyura. Artikel ini akan mengulas sejarah dan resep Bubur Asyura, serta mengapa hidangan ini menjadi sajian istimewa pada hari yang bersejarah ini.

Sejarah Hari Asyura

Hari Asyura memiliki makna penting bagi umat Islam baik dari kalangan Sunni maupun Syiah. Bagi umat Sunni, Hari Asyura adalah hari di mana Nabi Musa AS dan pengikutnya diselamatkan dari kejaran Firaun dengan mukjizat pembelahan Laut Merah. Pada hari ini, banyak umat Sunni yang menjalankan puasa sunnah sebagai bentuk syukur dan penghormatan terhadap peristiwa bersejarah tersebut.

Sementara itu, bagi umat Syiah, Hari Asyura memiliki makna yang lebih mendalam sebagai hari berkabung untuk mengenang syahidnya Imam Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW, dalam pertempuran Karbala pada tahun 680 M. Peristiwa tragis ini diperingati dengan berbagai ritual dan prosesi yang penuh khidmat dan refleksi.

Bubur Asyura: Simbol Kebersamaan dan Solidaritas

Bubur Asyura adalah salah satu tradisi kuliner yang kerap disajikan pada tanggal 10 Muharram. Hidangan ini tidak hanya lezat, tetapi juga sarat dengan makna kebersamaan dan solidaritas. Bubur Asyura biasanya dibuat dalam jumlah besar dan dibagikan kepada tetangga, kerabat, dan orang-orang yang membutuhkan sebagai simbol berbagi rezeki dan mempererat tali persaudaraan.

 

2 dari 4 halaman

Resep Bubur Asyura

Berikut adalah resep sederhana untuk membuat Bubur Asyura yang lezat dan penuh makna:

Bahan-bahan:

  • 200 gram beras
  • 1 liter air
  • 200 ml santan kental
  • 100 gram gula merah (disisir halus)
  • 1 batang serai (memarkan)
  • 2 lembar daun pandan
  • 1 sendok teh garam
  • 1 sendok makan minyak sayur

Bahan pelengkap:

kacang tanah goreng, irisan pisang, irisan kelapa muda, dan irisan kolang-kaling

Cara Membuat:

  • Cuci beras hingga bersih, lalu rendam selama 30 menit.
  • Rebus air dalam panci besar, masukkan beras yang sudah direndam.
  • Masak dengan api sedang hingga beras mulai empuk.
  • Tambahkan santan, gula merah, serai, daun pandan, dan garam. Aduk rata.
  • Masak dengan api kecil sambil terus diaduk agar santan tidak pecah dan beras menjadi bubur yang lembut.
  • Panaskan minyak sayur dalam wajan kecil, lalu tuangkan ke dalam bubur.
  • Aduk rata dan masak hingga semua bahan tercampur sempurna.
  • Angkat dan sajikan bubur dengan bahan pelengkap sesuai selera.
3 dari 4 halaman

Acara Penyajian

Bubur Asyura biasanya disajikan pada peringatan Hari Asyura, yang memiliki makna penting dalam sejarah Islam. Hari ini diperingati oleh berbagai komunitas Muslim untuk mengenang peristiwa penting, seperti penyelamatan Nabi Musa dari kejaran Firaun dan peristiwa Karbala. Selain itu, bubur Asyura juga disajikan dalam acara-acara keagamaan lainnya sebagai simbol kebersamaan dan berbagi rezeki.

Tradisi dan Ritual Hari Asyura

Puasa: Sebagaimana disebutkan, banyak Muslim Sunni menjalankan puasa pada hari ini, sementara sebagian juga menambah puasa sehari sebelum atau sesudahnya (pada tanggal 9 dan 11 Muharram).

Majelis Ta'ziyah: Bagi komunitas Syiah, diadakan majelis-majelis duka cita, pembacaan syair-syair kesedihan (marsiyah dan nauha), serta reenactment (tazia) pertempuran Karbala.

Pemberian Sedekah: Banyak umat Muslim yang memanfaatkan hari ini untuk bersedekah, memberikan makanan kepada yang membutuhkan, serta mempererat tali persaudaraan dan kebersamaan.

4 dari 4 halaman

Filosofi dan Pesan Moral

  • Hari Asyura mengajarkan berbagai nilai dan pesan moral, di antaranya:
  • Kesabaran dan Keikhlasan: Mengambil pelajaran dari kesabaran dan pengorbanan Imam Husain dan pengikutnya.
  • Keberanian dan Keteguhan: Belajar dari keberanian Nabi Musa dalam menghadapi kezaliman.
  • Kebersamaan dan Solidaritas: Melalui tradisi berbagi makanan seperti bubur Asyura, diharapkan umat Muslim dapat memperkuat tali persaudaraan dan solidaritas sosial.

 

Kesimpulan

Bubur Asyura bukan hanya sekadar hidangan tradisional, tetapi juga sebuah simbol solidaritas dan kebersamaan yang mencerminkan nilai-nilai penting dalam Islam. Dengan memahami sejarah dan resep Bubur Asyura, kita tidak hanya dapat menikmati kelezatan kuliner ini, tetapi juga mengambil pelajaran berharga dari peristiwa-peristiwa bersejarah yang diperingati pada Hari Asyura.

Apakah Anda tertarik untuk mencoba membuat Bubur Asyura di rumah? Semoga resep di atas dapat membantu Anda untuk menikmati sajian istimewa ini bersama keluarga dan teman-teman pada tanggal 10 Muharram.

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence