Liputan6.com, Hong Kong - Menimba ilmu di negeri orang jadi impian banyak orang. Bukan hanya sekadar angan-angan, ada banyak jalan untuk mewujudkannya. Ada jalur beasiswa dan pertukaran pelajar. Bahkan para tenaga kerja Indonesia (TKI) juga bisa bekerja di luar negeri sambil kuliah online.
Kesempatan mendapatkan beasiswa terbuka lebar untuk mahasiswa Indonesia melalui Belt and Road Scholarship di Hong Kong. Apalagi pada 2024, Pemerintah Hong Kong menaikkan kuota beasiswa 50 persen bagi mahasiswa asing.
Baca Juga
Ada 5 universitas terbaik di Hong Kong berdasarkan Quacquarelli Symonds World University Rankings (QS WUR) 2025. Kelimanya adalah The University of Hong Kong (HKU), The Chinese University of Hong Kong (CUHK), Hong Kong University of Science and Technology (HKUST), The Hong Kong Polytechnic University (PolyU), dan City University of Hong Kong (CityU).
Advertisement
QS WUR 2025 menempatkan HKU di peringkat 17 dunia dan 4 Asia. CUHK di peringkat 36 dunia dan 8 Asia. HKUST di peringkat 47 dunia dan 12 Asia. PolyU di peringkat 57 dunia. CityU di peringkat 62 dunia.
"Tahun lalu ada 20 orang dapat beasiswa. Tahun ini kuota beasiswa dinaikkan 50 persen, sudah kita informasikan, tapi Indonesia malah enggak dapat. Lebih banyak mandiri, biaya sendiri, ada 700 mahasiswa," kata Konsul Jenderal (Konjen) RI Hong Kong Yul Edison.
Kesempatan Emas
Agar kesempatan emas tidak terbuang begitu saja, Yul mengajak pelajar Indonesia mengikuti program beasiswa ini. Apalagi negara lain seperti Kazakhstan mendapat kuota beasiswa untuk 500 mahasiswa dalam beberapa tahun ke depan. Upaya sosialisasi pun dilakukan dengan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak.
"Hong Kong sangat generous. Banyak peluang beasiswa, tapi belum kita manfaatkan maksimal. Kita berkolaborasi menyampaikan ini untuk mendorong siswa mempersiapkan diri dengan baik agar mendapatkan beasiswa ini," kata Yul dalam acara Binus Media Partnership Program (BMPP) di Hotel Dorsett Tsuen Wan, Hong Kong, 28 Juni 2024.
Yul memaparkan biaya pendidikan di Hong Kong lebih murah setengah atau sepertiga daripada di Amerika. Sementara kualitas pendidikan tidak kalah bagus. Dia pun sudah menemui para pimpinan kelima perguruan tinggi terbaik di Hong Kong.
"Saya melihat sangat luar biasa sebenarnya. Tadinya kita mungkin berpikir ngapain studi di Hong Kong, bahasanya nanti Kanton. Ternyata 100 persen bahasa Inggris, british english, bukan bahasa Inggris melayu. Ada juga yang punya program magang di perusahaan dan dibayar seperti halnya karyawan," tutur Yul.
Peningkatan daya saing sumber daya manusia (SDM), jelas Yul, menjadi salah satu satu sasaran utama program Indonesia Emas 2045. Langkah yang dilakukan antara lain pembangunan pendidikan dengan meningkatkan kualitas pendidikan tinggi, skill, serta kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), diikuti dengan penciptaan lapangan kerja.
Selain lewat program Belt and Road Scholarship di Hong Kong, lanjut dia, mahasiswa Indonesia juga bisa meraih beasiswa melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di bawah Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI.
"Banyak anak Indonesia lulusan sekolah di Hong Kong bisa bekerja sebagai profesional dan berprestasi di perusahaan-perusahaan besar. Mudah-mudahan ini bisa memotivasi untuk mengambil beasiswa di Hong Kong," harap Yul.
Advertisement
Belajar di Luar Negeri Lewat Pertukaran Pelajar BINUS University
Vice President of Binus Higher Education Prof Harjanto Prabowo mengemukakan Bina Nusantara (Binus) University memiliki Program Study Abroad/Student Exchange atau belajar di luar negeri lewat pertukaran pelajar melalui 2 jalur. Pertama, via Partner Universities yang melibatkan sekitar 80 partner di 23 negara. Kedua, via International Student Exchange Program (ISEP) yang melibatkan 328 anggota di 54 negara.
Di Hong Kong, lanjut dia, Binus sudah 3 tahun menjalin kerja sama pertukaran pelajar dengan beberapa universitas, antara lain HKUST, PolyU, dan CityU.
"Nama programnya Study Abroad 3 + 1. Jadi mahasiswa di tahun ketiga bisa belajar 1-2 semester di kampus-kampus di Hong Kong dengan skema kredit transfer. Nilai yang diperoleh di universitas tujuan akan ditransfer ke mata kuliah yang sudah dipetakan di Binus," tutur pria yang akrab disapa Prof Har ini.
Melalui program ini, sambung dia, mahasiswa diharapkan memiliki pengalaman internasional, keunggulan kompetitif, dan pengayaan soft skills. Setelah program berakhir, mahasiswa kembali ke Binus dan menjadi Binus Star (Student Transnational Ambassador), yaitu Duta Internasional BINUS University. Berkontribusi aktif dalam Binus Star Community untuk mempromosikan program Study Abroad/Student Exchange.
"Alumni Binus yang bekerja di Hong Kong ada 20 ribuan. Banyak dari mereka bekerja sebagai profesional di perusahaan-perusahaan besar," ujar Prof Har.
Kolaborasi Sekolah, Tantangan, dan Siasat
Berdasarkan QS WUR 2025, BINUS University menempati ranking 10 kampus terbaik di Indonesia. Secara berurutan ranking 1-10 yakni Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Airlangga (Unair), Institut Pertanian Bogor (IPB University), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS Surabaya), Universitas Padjajaran (Unpad), Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Brawijaya (UB), Bina Nusantara University (BINUS).
"Ini menjadikan BINUS University sebagai kampus swasta ranking pertama terbaik di Indonesia, sebab sembilan lainnya adalah kampus negeri," kata Vice President of BINUS Higher Education George Wijaya Hadipoespito.
BINUS University pun berkolaborasi dengan para pendidik dari berbagai sekolah menengah atas (SMA) melalui Program School Executive Excursion (SEE). Tujuannya untuk memajukan pendidikan Tanah Air dan mendorong kualitas sumber daya manusia (SDM) sehingga bisa bersaing secara global. Tahun ini digelar pada 25-29 Juni 2024 di Hong Kong. Ada 75 perwakilan sekolah dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang turut serta.
Rektor BINUS University Dr Nelly menuturkan, melalui program SEE, pihak sekolah dan kampus bisa sharing, berbagi pengalaman, dan mencari solusi atas berbagai persoalan dan tantangan dalam dunia pendidikan. Sehingga bisa didapatkan siasat untuk memajukan pendidikan.
"Anak di-educate untuk menguasai dan memanfaatkan teknologi, bukan malah sebaliknya anak dikuasai dan dimanfaatkan teknologi. Anak IP 3 koma lebih diterima kerja ketimbang IP 4. Kenapa? Ternyata butuh skill dan soft skill di luar kompetensi akademik. Ini beberapa tantangannya," urai Nelly.
Vice President of Binus Higher Education Prof Harjanto Prabowo menambahkan, untuk menghadapi tantangan dalam dunia pendidikan, para pendidik ditekankan untuk melek teknologi, mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, dan ancaman. Kemudian mengambil langkah strategis.
"Sekolah dan kampus harus bisa mengatasi tantangan dan meningkatkan kualitas SDM dengan menguasai teknologi. Contoh saja para pelajar itu pas kita cek hasil tugas dan ujiannya ternyata pakai ChatGPT. Ini ancaman terhadap kualitas SDM nantinya yang harus bisa diatasi dengan mengikuti perkembangan teknologi," kata Prof Har.
Advertisement
Potensi TKI Bekerja Sambil Belajar dan Kuliah di Hong Kong
Mayoritas warga Indonesia yang berada di Hong Kong adalah pekerja migran Indonesia (PMI) atau tenaga kerja Indonesia (TKI). Ini menjadi perhatian Konsul Jenderal (Konjen) RI Hong Kong Yul Edison untuk meningkatkan skill atau keahlian mereka agar kualitas SDM menjadi lebih kompetitif lagi di dunia global.
"Mereka ini sangat kreatif, punya Facebook, Instagram, TikTok. Banyak yang jadi YouTuber dan Blogger. Ada yang sudah kembali ke Indonesia jadi Food Blogger. Dan yang membanggakan, awal tahun ini ada 25 pekerja migran kita lulus Universitas Terbuka, tiga orang dari mereka lulus dengan predikat cumlaude," kata Yul.
Dia melihat para PMI yang berbakat bisa diberi berbagai pelatihan sesuai minat dan bakat yang dimiliki. KJRI Hong Kong kerap memberikan pelatihan seperti membuat kue, masakan, dan terkait kesehatan.
"Itu bekal bagi mereka. Saya sampaikan ke mereka, jangan kalian di sini bekerja terus hanya sebagai pekerja migran. Tingkatkan kemampuan. Begitu juga yang kuliah di Universitas Terbuka. Itu tidak mudah karena mereka bekerja untuk majikan dari pagi sampai malam. Bayangkan pukul berapa mereka belajar. Tapi mereka bisa. Jadi ini hal yang luar biasa," tutur Yul.
Mengenai peluang PMI mendapat beasiswa melalui Belt and Road Scholarship maupun jalur Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di bawah Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI di Hong Kong, Yul menjelaskan pihaknya sudah menyampaikan ke beberapa perguruan tinggi supaya ada program khusus maupun program online.
"Ini mengingat kesibukan mereka yang bekerja kan. Yang kita lakukan sekarang adalah pelan-pelan kita coba meningkatkan skill-nya. Jadi ada kelas bahasa Inggris. Kita melatih mereka belajar bahasa Inggris. Cepat itu 6 bulan, yang tadinya nggak bisa, mereka udah bisa ngomong bahasa Inggris. Itulah kelebihan pekerja migran kita. Mereka menguasai bahasa Kanton itu juga cepat," urai Yul.
Pihaknya, lanjut Yul, terus berupa meng-upgrade kemampuan PMI dengan menggandeng beberapa organisasi. Setiap Selasa selama 2 jam di Hall KJRI ada Welcoming Program untuk menyosialisasikan hidup di Hong Kong dengan peserta maksimal 150 orang.
TKI Hong Kong Kuliah Online dan Pelatihan Bersama BINUS University
Peran meningkatkan kemampuan PMI atau TKI di Hong Kong dilakukan BINUS University melalui Massive Open Online Courses (MOOC). Ini merupakan program pembelajaran jarak jauh yang menawarkan akses terbuka melalui internet secara gratis atau dengan biaya kecil. Alias kuliah online.
Program MOCC terbuka bagi siapa pun dan di mana pun, dengan beraneka ragam jenis perkuliahan. Mulai dari ekonomi, biologi, matematika, bahasa Inggris, akuntasi, hingga kecerdasan buatan, videografi, boga, desain multimedia, dan lainnya.
"Ada kurang dari 20 PMI di Hong Kong ikut Binus MOCC. Mereka ambil Manajemen, Bisnis, karena diajari jadi enterpreneur, dan Sistem Informasi. Kuliah online itu murah kok. Tapi harus diketahui dulu tujuan kuliah online untuk apa dan ambil apa, punya kesempatan apa, biar bisa bermanfaat," kata Vice President of Binus Higher Education Prof Harjanto Prabowo.
Pelatihan
Dilansir dari situs Binus, kegiatan pelatihan untuk PMI diselenggarakan pada 30 Juni 2024 oleh Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik BINUS University Jakarta. Acara digelar di Gallery BNI Hong Kong Admiralty yang dihadiri sekitar 150 PMI. Pelatihan bertema "Strategi Membangun Industri Kecil di Tanah Air" ini merupakan bagian dari program Pengabdian Kepada Masyarakat.
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM, khususnya PMI dalam persiapan membuka industri kecil saat kembali ke Tanah Air. Para dosen Binus menyampaikan materi pengendalian kualitas produk UMKM, aspek kualitas dalam membangun industri kecil, sertifikasi dan perizinan UMKM, teknik digital marketing untuk UMKM melalui marketplace dan media sosial, serta strategi membangun usaha di Tanah Air.
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi bekal berharga bagi PMI dalam mengembangkan usaha kecil dan menengah. Sehingga PMI dapat berkontribusi pada perekonomian Indonesia saat kembali ke Tanah Air.
Advertisement