Sukses

Apa itu Tend and Befriend? Salah Satu Respons Stres yang Mungkin Anda Rasakan

Menanggapi ancaman merupakan naluri alami bagi setiap orang. Namun, respons fight or flight mungkin bukan satu-satunya pilihan.

Liputan6.com, Jakarta Anda mungkin pernah atau sudah sering mendengar tentang respons trauma yang terdiri dari fight, flight, freeze, atau fawn. Nah, respons flight atau fight sendiri merupakan reaksi darurat bawaan yang membuat Anda akan menghindari atau menghadapi pemicu stres.

Namun, tahukah Anda bahwa para ahli dan penelitian menunjukkan bahwa ada cara umum lain yang digunakan manusia untuk merespons rasa takut? Salah satunya adalah tend and befriend.

Menurut Psych Central, Senin (5/8/2024), teori tend and befriend menyatakan bahwa manusia juga mengandalkan pengasuhan anak-anak dan hubungan dengan orang lain selama situasi yang menegangkan. Istilah ini dicetuskan pada tahun 2000 oleh Shelley Taylor, seorang profesor psikologi di California University.

Teori tend and befriend menyatakan bahwa ketika menghadapi ancaman yang dirasakan, manusia akan merawat anak-anaknya dan mengandalkan orang lain untuk sebuah koneksi dan dukungan. Hal ini merupakan hasil pengamatan hewan di laboratorium dan pencatatan bagaimana ketika terkejut, mereka akan saling menyerang.

Taylor dan kelompok penelitinya mencatat bahwa ketika terancam atau stres, manusia biasanya berafiliasi satu sama lain alih-alih saling menyerang. Hal ini khususnya berlaku untuk wanita. Menurut Taylor, manusia memiliki sistem biologis yang mengatur perilaku sosial dengan cara yang sama seperti kebutuhan dasar seperti rasa lapar atau haus juga diatur.

Selain kebutuhan dasar kita untuk keberlanjutan fisik, Taylor mengamati bahwa manusia adalah makhluk sosial yang secara naluriah bergantung pada interaksi dengan orang lain. Terlebih bagi perempuan sering cenderung mengasuh dan melindungi keturunan.

Singkatnya, teori tend and befriend mengatakan bahwa manusia, khususnya perempuan, sering merespons gangguan kesehatan mental seperti stres, dengan merawat anak-anak dan dengan mencari koneksi atau berteman satu sama lain. Ketika interaksi sosial menenangkan, tingkat stres menurun. Jadi, ketika ada pemicu stres, orang secara naluriah akan mencari dukungan dari orang lain.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Pengaruh dari Biologi dan Hormon

Lalu, seperti apa penjelasan lebih lengkap tentang teori tend and befriend ini? Masih menurut penelitian Taylor, naluri untuk merawat keturunan berasal dari meningkatnya kadar oksitosin saat hubungan terancam.

Oksitosin adalah hormon yang berperan penting dalam persalinan dan menyusui. Hormon ini mungkin juga terkait dengan apa yang disebut Taylor sebagai "perilaku afiliatif," atau perilaku yang muncul karena kebutuhan untuk terhubung dengan orang lain.

Ia mengusulkan bahwa saat kita memiliki "kontak positif," oksitosin terhubung dengan sistem opioid tubuh. Sistem ini mengatur perilaku yang berhubungan dengan penghargaan dan rasa sakit. Saat diaktifkan, sistem opioid dianggap mengurangi respons stres yaitu fight atau flight.

3 dari 5 halaman

Apa Kata Penelitian

Pernahkah Anda mendengar frasa "mama bear" untuk menggambarkan bagaimana bahkan hewan yang paling lembut pun sering menanggapi ancaman yang dirasakan terhadap bayi mereka? Menurut penelitian Taylor, betina dari semua spesies lebih cenderung menanggapi dengan naluri untuk menjaga dan berteman, sementara jantan mungkin lebih cenderung menunjukkan perilaku agresif yang lebih umum dalam respons fight atau flight.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa respons ini merupakan adaptasi evolusi yang melindungi betina dan keturunannya dari serangan jantan. Karena betina tampaknya lebih rentan terhadap respons untuk menjaga dan berteman, beberapa orang bertanya-tanya apakah jantan dapat menjaga dan berteman sama sekali.

Mungkin saja manusia telah dikondisikan untuk menerima perilaku menjaga dan berteman dari betina lebih sering daripada dari jantan, tetapi jantan juga dapat menjaga dan berteman.

Menurut sebuah studi tahun 2020, pria mungkin cenderung tidak menunjukkan perasaan, luka, atau keinginan mereka. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh kebutuhan untuk menanggapi ekspektasi sosial, yang umumnya sejalan dengan apa yang dianggap maskulin dalam beberapa budaya.

4 dari 5 halaman

Perbedaan dan Persamaan Fight atau Flight dengan Tend and Befriend

Meskipun kita dapat belajar mengelola stres, respons sosial kita mungkin tidak sepenuhnya berada dalam kendali kita. Jadi, kapan kita merespons dengan cara tertentu?

Dengan respons fight atau flight terhadap stres, orang yang merasakan ancaman (baik nyata maupun yang dipersepsikan) memiliki respons biokimia. Hal ini menghasilkan perubahan dalam tubuh dan juga memotivasi perilaku.

Perubahan ini dapat mencakup:

  • Produksi adrenalin, noradrenalin, dan kortisol
  • Darah mengalir deras dari organ ke lengan dan kaki, mempersiapkan tubuh untuk bereaksi
  • Peningkatan detak jantung
  • Kemampuan berpikir kritis yang lebih rendah
  • Kewaspadaan berlebihan

Selama respons ini, Anda menghadapi pemicunya, freeze, atau menjauhkan diri dari situasi tersebut. Namun, tidak semua pemicu bersifat langsung dan sementara. Kehidupan saat ini secara konsisten dapat menawarkan tantangan jangka panjang atau berulang yang tidak dapat segera kita hindari.

Ketika merasakan banyak stres kronis, Anda mungkin cenderung mencari dukungan sosial atau mencari teman. Ini tidak berarti bahwa respons fight atau flight tidak diaktifkan juga. Anda mungkin masih mengalami aktivasi fisiologis yang dapat membuat Anda menjadi sangat waspada, misalnya.

5 dari 5 halaman

Respons Stres dan Kesehatan Mental

Tergantung pada respons stres utama Anda, Anda mungkin mengalami efek yang berbeda pada perilaku dan kesehatan mental Anda. Mengandalkan respons fight atau flight dapat menyebabkan perilaku yang lebih agresif atau menghindar.

Hal itu juga dapat berkontribusi pada perkembangan kondisi kesehatan mental seperti gangguan stres pascatrauma (PTSD) dan kecemasan. Di sisi lain, respons tend and befriend dapat berkontribusi pada kerja sama dan dukungan sosial.

Interaksi manusia telah terbukti mengurangi respons fight atau flight. Namun, hidup dengan kondisi kesehatan mental seperti kecemasan atau PTSD, atau mengalami trauma, juga dapat membuat Anda lebih rentan terhadap respons fight atau flight.

Dengan cara yang sama, jika Anda memiliki secure attachment style, daripada anxious atau insecure attachment, mungkin lebih mudah bagi Anda untuk beralih ke perawatan dan berteman di saat stres.

Menurut karya Taylor, tantangan terhadap respons tend and befriend terletak pada kebutuhan interaksi sosial yang bersifat transaksional. Artinya, jika semua orang tidak sependapat tentang perlunya dukungan, hasil dari berteman mungkin berbeda.

Selain itu, meskipun ada keuntungan dalam mencari koneksi sosial, tidak semua interaksi dapat bermanfaat. Akan tetapi, karena ini merupakan respons naluriah terhadap stres, adalah mungkin untuk merawat dan berteman dengan orang lain meskipun hasil akhirnya mungkin tidak menguntungkan Anda.

Misalnya, seseorang dapat bertahan dalam hubungan dengan pasangan yang kasar karena respons tend and befriend mereka, alih-alih meninggalkan situasi tersebut karena respons fight atau flight.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.