Liputan6.com, Jakarta Kebanyakan dari kita mungkin berpikir kalau jerawat hormonal hanya timbul saat masa pubertas. Namun yang sebenarnya terjadi adalah jerawat pun bisa muncul hingga masa dewasa atau dikenal juga dengan adult acne.Â
Nah, jerawat dewasa atau jerawat hormonal ini tidak ada hubungannya dengan usia. Sebab, jerawat ini memiliki hubungan yang erat dengan kadar hormon dalam tubuh dan bisa sangat membandel.
Baca Juga
Apalagi, tidak semua jerawat disebabkan oleh fluktuasi hormon. Oleh karena itu, jika Anda berjuang melawan jerawat yang tidak dapat dijelaskan, penting untuk memahami apakah jerawat tersebut disebabkan oleh hormon atau bukan. Ini membantu menentukan pengobatan yang tepat.
Advertisement
Dilansir dari Stylecraze, Selasa (10/9/2024), teruslah membaca untuk memahami segala hal tentang jerawat dewasa dan pengobatannya.
Apa Itu Jerawat Hormonal?
Ketika kadar hormon Anda berfluktuasi, Anda akan mengalami jerawat hormonal. Jerawat hormonal lebih umum terjadi pada orang dewasa daripada pada remaja.
Dibandingkan dengan pria, jerawat ini lebih umum terjadi pada wanita karena beberapa faktor, seperti siklus menstruasi dan menopause, memengaruhi kadar hormon pada wanita. Masalah hormonal yang terkait dengan kondisi medis yang mendasarinya (seperti PCOS atau Polycystic Ovarian Syndrome) juga dapat menyebabkan jerawat hormonal.
Gejala jerawat yang paling umum meliputi:
- Cysts
- Nodules
Baik cysts maupun nodules umumnya terlihat pada orang dewasa. Gejala lain yang kurang umum meliputi:
- Papules
- Pustules
- Whiteheads
- Blackheads
Wanita mungkin mengalami jerawat hormonal selama kehamilan dan menopause. Perubahan kadar hormon menyebabkan jerawat muncul.
Penyebab Jerawat Hormonal
Lalu, apa saja penyebab jerawat hormonal bisa terjadi? Setidaknya ada beberapa hal yang bisa mendasarinya, antara lain:
1. Stres
Saat Anda stres, tubuh Anda meningkatkan produksi androgen (sekelompok hormon). Hormon-hormon ini merangsang sebaceous glands dan folikel rambut Anda, yang menyebabkan jerawat. Oleh karena itu, sangat penting untuk mencari cara mengelola stres.
2. Produk perawatan rambut dan kulit
Bahan kimia dalam produk-produk ini dapat menyumbat pori-pori kulit Anda, mengatasi jerawat, dan menyebabkan jerawat. Jadi, sebelum Anda membeli produk perawatan rambut atau kulit apa pun, pastikan produk tersebut non-comedogenic dan oil-free.
3. Efek samping obat-obatan tertentu
Obat-obatan tertentu dapat memicu jerawat (seperti lithium atau anticonvulsant). Jika Anda merasa obat-obatan tersebut menyebabkan jerawat, segera konsultasikan dengan dokter Anda. Apabila obat-obatan tersebut tidak dapat diganti, konsultasikan dengan dokter kulit untuk mengendalikan jerawat Anda.
Menurut survei pasien internasional yang dilakukan terhadap 2.436 peserta tanpa jerawat dan 1.746 dengan jerawat, penggunaan kontrasepsi oral, obat anabolik, dan antidepresan menyebabkan jerawat. Berdasarkan data, 39% orang dengan jerawat melaporkan penggunaan kontrasepsi oral, 12% melaporkan penggunaan obat anabolik, dan 16,7% melaporkan penggunaan antidepresan.
4. Kondisi medis yang mendasari
Kondisi medis yang mendasari (seperti PCOS) juga dapat memicu jerawat. Sering kali, mendiagnosis dan mengobati kondisi tersebut dapat menghilangkan jerawat.
Anda dapat mengonsumsi obat-obatan, suplemen zinc, suplemen vitamin A, atau mengikuti pengobatan alami untuk memperbaiki kondisi Anda.
Advertisement
Cara Mengatasi Jerawat Hormonal
Ada beberapa cara untuk mengobati jerawat hormonal, seperti mengonsumsi obat-obatan untuk mengatasinya seperti:
1. Pil KB
Pil KB bukan sekadar alat kontrasepsi hormonal – pil ini juga dapat membantu mengurangi munculnya jerawat. Sebuah studi yang dilakukan oleh Cochrane Group meneliti 31 uji coba yang melibatkan 12.579 wanita. Penulis studi tersebut menyimpulkan bahwa semua pil kontrasepsi kombinasi efektif dalam mengatasi jerawat inflamasi dan non-inflamasi.
Studi lain menemukan bahwa kontrasepsi yang mengandung drospirenone kurang efektif dalam mengatasi jerawat dibandingkan pil yang mengandung norgestimate.
Namun, pil KB harus dikonsumsi dengan hati-hati. Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi pil apa pun.
2. Retinoid
Salah satu perawatan topikal terbaik untuk mengurangi jerawat hormonal adalah retinoid. Jika Anda memiliki jerawat hormonal ringan, Anda dapat menggunakan retinoid topikal untuk memperbaiki kondisi Anda.
Retinoid adalah turunan vitamin A dan sangat efektif dalam mengatasi jerawat. Retinoid sebagian besar tersedia dalam bentuk krim, losion, dan gel.
Namun, kekuatan formula yang dibutuhkan untuk mengatasi jerawat Anda harus ditentukan oleh dokter. Oleh karena itu, hindari pengobatan sendiri dan jangan memulai pengobatan retinoid tanpa berkonsultasi dengan dokter.
3. Androgen receptor blockers atau obat anti-androgen
Baik pria maupun wanita memiliki androgen (hormon pria) dalam tubuh mereka, tetapi kelebihan androgen dapat menyebabkan jerawat. Ini karena androgen meningkatkan produksi sebum di kulit Anda.
Beberapa penghambat reseptor androgen telah digunakan untuk mengendalikan produksi sebum dan jerawat yang disebabkan oleh androgen. Namun, lebih baik tidak menggunakan penghambat reseptor androgen pada pria karena dapat menyebabkan disfungsi ereksi dan ginekomastia.
4. Benzoil peroksida
Benzoil peroksida telah digunakan untuk mengobati jerawat selama beberapa dekade. Benzoil peroksida merupakan salah satu pilihan paling populer untuk mengobati jerawat karena sifat antibakterinya (dapat membunuh bakteri P. acnes dan S. aureus). Benzoil peroksida bersifat comedolytic (mencegah komedo) dan keratolytic (mengobati kutil dan lesi).
Pengobatan Alami untuk Jerawat Hormonal
Selain menggunakan obat-obatan, ada beberapa cara alami yang bisa Anda lakukan dalam mengatasi jerawat hormonal. Berikut ini cara yang bisa dilakukan:
1. Pakai tea tree oil
Tea tree oil memiliki efek antiperadangan, yang bermanfaat dalam mengatasi jerawat, terutama jerawat ringan hingga sedang. Sebuah studi acak, tersamar ganda, terkontrol plasebo yang melibatkan 60 pasien menemukan bahwa tea tree oil topikal 5% efektif dalam mengurangi peradangan jerawat hingga 43,64% (setelah enam minggu pengobatan).
2. Teh hijau (green tea)
Teh hijau mengandung polifenol, yang jika diminum atau dioleskan, membantu mengurangi produksi sebum dan mengobati jerawat. Dalam uji coba acak tersamar tunggal, peneliti menggunakan losion teh 2% untuk mengobati jerawat. 85% subjek mengalami pengurangan jerawat yang signifikan (berkurang hingga 50%), sementara 15% tidak merespons pengobatan.
Perawatan diri sama pentingnya untuk mengatasi jerawat. Jika Anda tidak merawat kulit dengan benar dan mengabaikannya, tidak ada pengobatan yang dapat membantu.
3. Ubah pola makan
Pola makan Anda juga terkait dengan kondisi jerawat Anda. Meskipun pola makan mungkin tidak menyebabkan jerawat hormonal, pola makan tersebut dapat memperburuknya. Lemak dan karbohidrat dari makanan dapat meningkatkan produksi sebum Anda. Ditemukan bahwa orang yang mengikuti pola makan rendah glikemik tidak menderita jerawat.
4. Tips lainnya
Berikut ini beberapa kiat yang dapat Anda ikuti untuk merawat kulit Anda:
- Gunakan pembersih yang lembut untuk membersihkan kulit Anda dua kali sehari. Jangan berlebihan karena dapat memperparah iritasi kulit Anda.
- Selalu gunakan air hangat untuk membersihkan wajah atau area yang terkena. Jangan pernah gunakan air panas.
- Kurangi penggunaan scrub pada wajah karena gesekan dapat memperburuk peradangan.
- Jangan menyentuh, jangan memencet jerawat karena hal itu memperlambat penyembuhan.
- Hindari penggunaan makeup pada kulit Anda. Namun, jika Anda menggunakan makeup, carilah produk yang nonkomedogenik. Selain itu, coba tidak terlalu menggunakan produk terlalu banyak.
Advertisement
Makanan yang Harus Dihindari
Setelah mengetahui cara merawat kulit berjerawat karena hormonal, ini dia beberapa makanan yang harus dihindari agar wajah Anda kembali sehat:
1. Refined grains
Ditemukan bahwa orang yang mengonsumsi karbohidrat olahan menderita jerawat dibandingkan dengan mereka yang tidak. Mengonsumsi gula tambahan juga membuat Anda berisiko mengalami jerawat.
Sebaiknya hindari makanan berikut:
- Pasta (terbuat dari tepung putih)
- Sereal
- Roti (terbuat dari tepung putih)
- Minuman berkarbonasi, soda, dan minuman manis lainnya
- Pemanis seperti sirup maple, madu, dan gula tebu
2. Produk susu
Ada hubungan antara susu dan jerawat. Meskipun susu mungkin tidak menyebabkan jerawat, susu dapat memperburuk jerawat yang sudah ada. Susu juga meningkatkan kadar insulin. Hal ini dapat memperburuk jerawat Anda.
Hindari susu dan produk susu lainnya seperti keju dan es krim.
3. Makanan cepat saji
Diet Barat dicirikan dengan asupan tinggi kalori, lemak, dan makanan dengan indeks glikemik tinggi. Dalam sebuah penelitian yang melibatkan 2.300 pria, ditemukan bahwa mengonsumsi kue, pastri, burger, dan sosis secara sering dapat meningkatkan risiko timbulnya jerawat.
4. Cokelat
Ada perdebatan yang sedang berlangsung mengenai apakah cokelat memicu jerawat atau tidak. Namun, sebuah penelitian yang melibatkan 25 pria yang rentan berjerawat menemukan bahwa mengonsumsi dark chocolate dalam jumlah normal selama empat minggu dapat menyebabkan jerawat kambuh.
Merawat kulit yang rentan berjerawat adalah komitmen jangka panjang, terutama jika Anda memiliki jerawat hormonal. Bahkan jika Anda melihat adanya perbaikan setelah menggunakan perawatan yang diresepkan dokter, gaya hidup, dan perubahan pola makan, Anda harus tetap menjalankan rutinitas Anda.
Perubahan pola makan dan perubahan gaya hidup pasti akan terbukti bermanfaat. Menjalani gaya hidup sehat dan rutinitas perawatan kulit sangat membantu dalam mencegah timbulnya jerawat dan kambuhnya jerawat di masa mendatang.