Liputan6.com, Jakarta Pasca gempa bumi yang mengguncang Garut, sejumlah organisasi sosial Indonesia bergotong-royong membangun kembali dua sekolah yang terdampak, yakni SDN 3 Barusari dan SDN 4 Barusari di Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Kolaborasi ini dipimpin oleh Yayasan Bakti Barito (YBB), Yayasan Happy Hearts Indonesia, dan Kitabisa, dengan tujuan memperbaiki fasilitas pendidikan untuk 220 siswa yang membutuhkan lingkungan belajar yang aman dan berkelanjutan. Proyek rekonstruksi ini diharapkan selesai pada akhir tahun dan menjadi bagian dari upaya memperkuat ketahanan masyarakat setempat dalam jangka panjang.
Gempa yang melanda Garut meninggalkan dampak signifikan terhadap kedua sekolah tersebut, sehingga diperlukan intervensi segera. Studi tentang dampak gempa terhadap sektor pendidikan menunjukkan bahwa bencana serupa di Jawa pada tahun 2006 mengakibatkan para siswa kehilangan hampir satu tahun sekolah dan mengurangi peluang mereka untuk menyelesaikan pendidikan wajib. Oleh karena itu, penanggulangan yang efektif sangat penting untuk meminimalkan dampak lebih lanjut di sektor pendidikan.
Advertisement
Yayasan Bakti Barito, Happy Hearts Indonesia, dan Kitabisa meluncurkan kampanye penggalangan dana dengan target Rp 1,4 miliar guna membiayai rekonstruksi sekolah-sekolah ini. Dana tersebut akan digunakan untuk membangun gedung baru yang tahan gempa dengan menggunakan bahan daur ulang.
Batu bata dari plastik daur ulang seberat 9,4 ton akan digunakan dalam pembangunan ini, yang juga membantu mengurangi emisi karbon sebanyak 22 ton. Selain itu, Yayasan Bakti Barito juga mendukung kampanye digital di platform Kitabisa untuk mendorong partisipasi publik dalam upaya ini.
Pemulihan cepat untuk lingkungan belajar
"Kampanye ini membuktikan kekuatan inisiatif masyarakat. Dengan melibatkan seluruh Indonesia melalui platform kami, kami bertujuan membangun kembali sekolah yang lebih tangguh dan berkelanjutan," ungkap Edo Irfandi, Direktur Kitabisa.org.
"Kami sangat mengutamakan pemulihan cepat untuk menyediakan lingkungan belajar yang aman," tambah Fifi Pangestu, Direktur Eksekutif Yayasan Bakti Barito. “Terinspirasi oleh visi pendiri kami, Prajogo Pangestu, kami percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membangun masyarakat yang tangguh. Membangun sekolah dengan material tahan gempa akan memastikan stabilitas jangka panjang bagi siswa di Garut.”
"Kami fokus pada dampak jangka panjang melalui inovasi dan keberlanjutan," jelas Sylvia Beiwinkler, CEO Happy Hearts Indonesia. "Dengan menggunakan batu bata daur ulang, kami membangun kembali dengan lebih baik dan menetapkan standar baru untuk pemulihan bencana di masa depan. Sekolah ini mendukung 11 dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), menjamin masa depan yang lebih cerah bagi komunitas."
Advertisement
Sorotan Proyek:
- Konstruksi Berkelanjutan: Proses pembangunan menggunakan batu bata plastik daur ulang, yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga tahan lama dan siap menghadapi bencana di masa depan.
- Keterlibatan Komunitas: Kampanye penggalangan dana menggunakan platform Kitabisa berhasil menarik partisipasi masyarakat dari seluruh Indonesia, dengan Yayasan Bakti Barito menggandakan total pendanaan untuk dampak maksimal.
- Pendidikan Iklim: Melalui program Green Guardians, pelatihan bagi guru akan diadakan untuk mengintegrasikan pendidikan iklim ke dalam kurikulum baru sekolah, membekali siswa dengan pengetahuan penting untuk menjaga lingkungan.
Dukungan besar dari masyarakat dan sukarelawan juga semakin menguatkan proyek ini, yang diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk berkontribusi pada masa depan yang lebih tangguh dan berkelanjutan.