Liputan6.com, Jakarta - Area kewanitaan adalah bagian tubuh wanita yang paling sensitif dan memerlukan perhatian khusus. Merawat kesehatan organ intim serta menjaga kestabilan pH dan kelembapan di area tersebut tidaklah mudah.
Banyak wanita mengalami ketidaknyamanan, seperti rasa gatal yang seringkali muncul tanpa penjelasan yang jelas. Hal ini dapat menimbulkan kebingungan dan frustrasi, terutama ketika penyebabnya tidak diketahui—apakah itu infeksi, jamur, atau bahkan penyakit menular seksual.
Menurut Dr. Alyssa Dweck, seorang dokter spesialis kebidanan dan ginekologi di Westchester County, New York, gatal pada vagina adalah masalah umum yang bisa dialami oleh banyak wanita.
Advertisement
“Faktanya, gatal di bawah sana bisa menjadi tanda infeksi vagina, seperti infeksi jamur atau bacterial vaginosis. Jangan khawatir, itu tidak selalu merupakan prognosis yang serius. Malah terkadang area bokong dapat teriritasi oleh residu detergen pada pakaian dalam, atau oleh pembalut dan pelumas,” ujar Dr. Katharine O’Connell White, profesor ob-gyn dan associate professor di department kebidanan dan ginekologi di Universitas Boston, kepada Women’s health.
Meskipun mungkin dianggap sepele, gatal pada vagina bisa menjadi sinyal adanya masalah kesehatan yang lebih serius. Berikut beberapa penyebab yang bisa menyebabkan organ intim Anda terasa gatal:
1. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang dapat menyebabkan nyeri panggul, keinginan untuk kencing yang mendesak, serta sensasi terbakar saat kencing.
Selain itu, ISK juga dapat menyebabkan rasa gatal di area genital. Jika Anda mengalami gejala ini, penting untuk mendapatkan perawatan medis agar menghindari komplikasi lebih lanjut.
2. Waxing
Prosedur kecantikan seperti Brazilian waxing seringkali dihubungkan dengan iritasi dan infeksi pada area intim.
Dr. Mary Jane Minkin dari Universitas Yale menyarankan agar wanita berhati-hati dengan perawatan ini, karena dapat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan pada kulit yang sensitif.
"Jika Anda mengalami gatal setelah waxing, pertimbangkan untuk menghentikan prosedur tersebut atau mencari metode yang lebih aman," ucap Dr Minkin.
3. Infeksi jamur
Infeksi jamur, khususnya oleh jamur Candida, dapat menyebabkan gejala yang mengganggu. Ciri-ciri infeksi ini termasuk keputihan yang menyerupai keju cottage, kemerahan di sekitar labia, dan rasa gatal yang kuat.
Dr. Minkin memperingatkan bahwa jika Anda mengalami gejala ini, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter untuk diagnosis dan pengobatan yang sesuai.
Advertisement
4. Kutu kemaluan
Kutu kemaluan adalah serangga kecil yang dapat menyebabkan gatal parah di area genital. Gigitan dan telur kutu yang menempel pada kulit dapat menyebabkan iritasi yang signifikan.
Kutu ini biasanya ditularkan melalui kontak langsung atau melalui seprai dan pakaian yang terkontaminasi. Jika Anda mencurigai adanya kutu kemaluan, segera lakukan perawatan yang sesuai.
5. Eksim dan psoriasis
Eksim dan psoriasis adalah kondisi kulit yang dapat menyebabkan gatal pada area intim. Dr Natasha Chinn, dari Brescia dan Migliaccio Women’s Health di New York Jersey menjelaskan bahwa kondisi ini seringkali berkaitan dengan alergi atau masalah autoimun.
"Gatal dapat muncul tidak hanya di sekitar vagina, tetapi juga di celah-celah lengan, lipatan tubuh, dan daerah selangkangan. Pengobatan dapat meliputi krim topikal atau obat oral untuk mengurangi peradangan," jelas Dr Chinn.
Advertisement
6. Penyakit menular seksual (PMS)
Gatal yang disebabkan oleh penyakit menular seksual (PMS) seringkali disertai dengan gejala lain, seperti nyeri saat kencing, keluarnya cairan yang tidak normal, atau luka pada alat kelamin.
Beberapa PMS yang dapat menyebabkan gatal antara lain kutil kelamin, herpes, klamidia, gonorea, dan trikomoniasis. Jika Anda mengalami gejala-gejala ini, penting untuk melakukan pemeriksaan medis untuk diagnosis dan penanganan yang tepat.
7. Vaginosis bakterial
Vaginosis bakterial terjadi ketika terdapat pertumbuhan bakteri yang tidak seimbang di dalam vagina. Gejala yang umum meliputi keputihan yang encer dengan bau amis.
Penelitian menunjukkan bahwa kondisi ini lebih umum terjadi pada wanita kulit hitam. Dr. Minkin menyarankan agar wanita yang mengalami gejala ini berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat, yang biasanya melibatkan penggunaan antibiotik untuk menyeimbangkan flora bakteri di vagina.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
Advertisement