Liputan6.com, Jakarta Tantrum pada anak sering kali membuat orang tua cemas, namun perlu diketahui bahwa perilaku ini umumnya merupakan bagian dari perkembangan emosi anak. Tantrum merupakan luapan emosi anak dalam bentuk ledakan marah atau frustrasi yang tidak terkendali, seperti teriakan, tendangan, hingga tangisan yang intens. Anak-anak, khususnya balita, sering menggunakan tantrum sebagai bentuk komunikasi untuk menunjukkan perasaan tidak nyaman atau frustrasi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Dilansir dari Cleveland Clinic, tantrum bisa muncul dalam bentuk fisik, verbal, atau kombinasi keduanya. Perilaku ini biasanya terjadi karena anak menginginkan sesuatu yang sulit diungkapkan atau sedang mencari perhatian dari orang di sekitarnya. Meskipun biasanya akan berkurang seiring pertambahan usia, tantrum pada anak perlu diperhatikan apabila menjadi terlalu intens atau berkepanjangan.
Memahami Penyebab Tantrum pada Anak
Dilansir melalui beberapa sumber pada Jumat (1/11), berikut adalah beberapa alasan yang menjadi penyebab anak dalam masa balita mudah tantrum.Â
Advertisement
Frustrasi Akibat Keterbatasan Komunikasi
Anak-anak terutama balita kerap merasa frustrasi karena belum memiliki kemampuan bahasa yang memadai untuk mengekspresikan keinginan mereka. Kondisi ini sering menjadi penyebab utama tantrum, di mana anak merasa kecewa dan frustrasi ketika keinginannya tidak dipahami oleh orang dewasa.
Selain itu, seiring perkembangan, anak mulai menginginkan lebih banyak kebebasan dan kemampuan untuk melakukan hal-hal sendiri. Ketika keinginan ini tidak tercapai, tantrum bisa menjadi bentuk reaksi terhadap batasan yang dirasakannya.
Mencari Perhatian dari Orang Tua atau Pengasuh
Tantrum sering kali menjadi cara anak untuk mendapatkan perhatian dari orang tua. Saat anak merasa kurang diperhatikan, ledakan emosi seperti tantrum bisa menjadi cara efektif, meskipun negatif, untuk menarik perhatian orang dewasa di sekitarnya. Dalam tahap perkembangan ini, anak-anak memang secara alami ingin diperhatikan lebih intensif.
Menarik perhatian ini dapat dilakukan anak secara berulang, terutama apabila tantrum sebelumnya berhasil membuat orang tua atau pengasuh memenuhi keinginannya. Oleh karena itu, orang tua perlu memahami pola ini dan merespons secara bijak agar tidak membentuk kebiasaan yang sulit dikendalikan.
Advertisement
Menghindari Kewajiban atau Kegiatan yang Tidak Disukai
Pada usia dini, anak-anak masih belajar menyesuaikan diri dengan rutinitas atau tanggung jawab tertentu, seperti membersihkan mainan atau tidur siang. Ketika dihadapkan pada aktivitas yang tidak disukai, mereka cenderung menggunakan tantrum sebagai cara untuk menghindar.
Selain itu, beberapa anak mungkin mengalami tantrum karena merasa terbebani atau kewalahan oleh aktivitas tersebut. Hal ini bisa terjadi apabila mereka merasa kegiatan yang diminta terlalu sulit atau mereka sedang tidak dalam kondisi fisik yang optimal untuk melaksanakannya.
Faktor Fisik Seperti Kelaparan dan Kelelahan
Kelaparan dan kelelahan sering menjadi pemicu tantrum pada anak-anak, khususnya balita. Tubuh yang lelah atau perut yang lapar dapat mempengaruhi kestabilan emosi anak, sehingga membuat mereka lebih mudah marah atau frustrasi.
Ketika anak merasa lapar atau terlalu lelah, mereka lebih rentan terhadap perasaan tidak nyaman yang bisa memicu tantrum. Oleh karena itu, menjaga jadwal makan dan istirahat anak sangat penting dalam mencegah terjadinya tantrum yang berlebihan.
Advertisement
Tanda Tantrum Anak yang Memerlukan Bantuan Profesional
Beberapa tanda tantrum memerlukan perhatian lebih lanjut, terutama apabila tantrum anak terjadi dengan intensitas tinggi atau bertahan hingga usia di mana anak seharusnya sudah bisa mengendalikan emosinya dengan lebih baik. Dilansir dari Hopkins Medicine, tantrum yang berkepanjangan atau disertai gejala tertentu bisa menjadi indikator adanya masalah yang lebih serius pada perkembangan emosional anak.
Ciri-ciri tantrum yang memerlukan konsultasi profesional meliputi:
- Tantrum yang tidak berkurang atau semakin parah setelah usia 4 tahun.
- Ledakan emosi yang terjadi berkali-kali dalam sehari dan sulit diredakan.
- Anak melakukan tindakan membahayakan diri sendiri atau orang lain saat tantrum.
- Perilaku agresif atau penahanan napas sampai kehilangan kesadaran.
- Anak menunjukkan keluhan fisik seperti sakit kepala atau perut saat tantrum.
- Kesulitan terus-menerus dalam mengelola emosi yang mengganggu aktivitas sosial, belajar, atau keseharian.
Pertanyaan dan Jawaban Seputar Penyebab Anak Tantrum
Apakah tantrum pada anak itu normal?
Ya, tantrum adalah bagian dari perkembangan emosi pada anak, terutama di usia 1-4 tahun. Seiring bertambahnya usia, intensitas tantrum biasanya akan berkurang.
Advertisement
Kapan sebaiknya orang tua mengkhawatirkan tantrum anak?
Orang tua perlu memperhatikan jika tantrum pada anak berlangsung lebih dari 15 menit, terjadi berulang dalam sehari, atau jika tantrum tetap intens setelah anak berusia 4 tahun.
Bagaimana cara mengatasi tantrum pada anak?
Orang tua bisa mencoba teknik menenangkan seperti memberi pelukan, mengalihkan perhatian, atau memberikan jeda waktu untuk menenangkan diri.
Advertisement