Sukses

Inovasi Produk Biologi Berbasis AI, Mahasiswa UB Juara Samsung Solve for Tommorow 2024

SOLYD IAS TIM yang merupakan mahasiswa Universitas Brawijaya berhasil memenangkan kompetisi Samsung Solve for Tommorow 2024 dengan kategori pengembangan medis berbasis AI.

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki tahun kedua penyelenggaraan kompetisi Samsung Solve for Tomorrow (STF), Samsung Indonesia kembali memberikan wadah bagi anak muda untuk menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, kompetisi tahun ini membuka kesempatan bagi peserta dari kalangan pelajar hingga mahasiswa.

“Program ini sudah berjalan selama dua tahun, ini menunjukan komitmen dan konsistensi dari Samsung dalam mendukung program pendidikan Indonesia. Tahun ini ditambah kategori universitas,” ujar Head of Corporate Citizenship Samsung Electronics Indonesia, Ennita Pramono, dalam acara Media Interview Samsung Solve For Tomorrow di Jakarta, Jumat (1/11/2024).

Peserta STF tahun ini didorong untuk mengaplikasikan kecerdasan buatan (AI) dalam inovasi mereka, yang didukung dengan pelatihan khusus dari Samsung, yaitu "AI for Designer."

Setelah melewati proses penjurian yang ketat, tim SOLYD IAS dari Universitas Brawijaya berhasil meraih juara pertama. Tim yang terdiri dari tiga mahasiswa, Safina Amelia Khansa, Nisrina Nur Syarafina, dan Nurul Khornin Ilmi, mengembangkan produk biologi berbasis AI.

Inovasi mereka mencakup produk fisik dan aplikasi mobile yang dapat menganalisis penyebab kematian mendadak akibat penyakit kardiovaskular.

Latar belakang inovasi ini terinspirasi dari kasus kematian mendadak yang menimpa mendiang suami penyanyi BCL. Tim ini melakukan riset mendalam untuk memahami penyebab kematian mendadak tersebut, yang diduga terkait dengan serangan jantung. Mereka menggunakan alat deteksi berbasis Kit D-dimer untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

“Kami telah melakukan penelitian sejak 2020 saat tergabung dalam organsasi riset di Semarang, dengan melakukan uji sampel menggunakan saliva (air liur) atau urin (air kencing) sehingga praktis dan dapat digunakan oleh siapapun,” jelas Safina Amelia Khansa.

Sebelum mengikuti STF, SOLYD IAS TIM mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data dari rumah sakit terkait pasien dengan penyakit kardiovaskular. Namun, berkat pelatihan AI dari Samsung, tim ini berhasil mengelola data sebanyak 11.000 sampel, yang dibagi ke dalam berbagai variabel dan memperoleh akurasi data sebesar 94,7%.

“Sebagai dukungan Samsung meyeiapkan satu metode desain dalam pengmbangan produk. Sehingga, mereka dapat memproses inovasi yang baik dengan bantuan alat dan solusi yang diberikan kepada para peserta,” ungkap Head of MX B2B Inovastion Lab, Samsung R&B Intstitude Indonesia, Banu Pribadi.

Salah satunya melakukan mentoring terkait pelatihan pengembanga AI dengan bantuan organisasi Samsung Elektronik Indonesia dan Samsung R&D Indonesia.

Dalam kompetisi SFT, Samsung memberi tiga kategori topik yang dapat diangkat mulai dari kesehatan, pendidikan, dan social impact. Dalam proses penjuriannya membutuhkan tim juri mengatakan cukup sulit hingga menjadikan SOLYD IAS TIM sebagai pemenang pertama.

“Tim ini bisa mendapatkan data yang valid dan akurat dengan bantuan AI. Mereka mampu menemukan inovasi yang dibutuhkan oleh masyarakat dan menjawab permasalahan penting tentang kematian mendadak di Indonesia,” sambungnya.

2 dari 3 halaman

Mengenal Inovasi Produk D-Dimer Karya SOLYD IAS TIM, Mahasiswa UB

Pengujiannya sampel dari produk ini tidak menggunakan darah, melainkan menggunakan saliva (air liur) atau urin (air kencing). Dengan melibatkan 40 sampel yang dikembangkan menjadi 11.000 sampel dan menghasilkan data yang akurat yang tinggi yaitu sebesar 94,7%.

Pengujian dari Kit D-dimer ini hanya membutuhkan waktu 21,3 menit. Hal ini dapat dikatakan pengujian dengan waktu tercepat dan tersingkat.

Keunggulan dari inovasi ini adalah dapat bertahan di suhu ruang selama lebih dari delapan hari dan masa simpan yang cukup panjang selama 30 hari.

Selain itu, penggunaan kit D-dimer ini dapat dilakukan sendiri tanpa melalui bantuan tenaga medis, serta harganya yang murah dan akurasinya yang tinggi membuat 30 responden dari penelitian ini memiliki minat untuk mencoba Kit D-dimer yang dibuat oleh tim.

Dalam proses pengembangannya, Kit D-dimer memiliki dua inovasi berupa alat ukur pengujian dan alat untuk mendeteksi & menganalisis dalam bentuk aplikasi mobile yang telah diintegrasi.

Prosesnya pertama yang dilakukan yaitu melakukan uji sampel saliva atau urin ke dalam wadah kosong yang diteteskan Kit D-dimer. Untuk melakukan uji sampel ini membutuhkan waktu 20 menit.

Kemudian, langkah kedua yaitu melakukan deteksi dan analisis dengan bantuan aplikasi pengembangan yang dibuat dengan cara melakukan memfoto hasil uji sampel.

3 dari 3 halaman

Tantangan, Dukungan dan Harapan dalam Pengembangan Inovasi D-Dimer

Produk Kit D-dimer memiliki visi dan misi untuk dapat digunakan oleh siapapun, kapanpun dan di manapun. Terutama bagi daerah-daerah yang suit menjangkau akses kesehatan. Namun, perlu diadakannya pengkajian lebih lanjut untuk dapat diproduksi.

“Kami masih memproduksi secara terbatas dan sudah melewati tahap trial and eror. Butuh waktu satu hingga dua tahun untuk dapat disebarluaskan secara masif melalui apotek terdekat,” ucap Safina.

Inovasi ini masih membutuhkan pengembangan, data sebanyak 11.000 ini belum cukup untuk dapat disebarluaskan secara masif. Untuk mencegah trial and eror masih membutuhkan 25.000 hingga 50.000 sampel untuk meningkatkan akurasinya.

Dari pihak Samsung sudah membantu sampai pada tahap prototype, tetapi tidak sampai pada tahap pengembangan. Namun, pihak Samsung percaya bahwa pemenang memiliki potensi untuk dapat mengembangkanya lebih lanjut.

“Kita harus memerkuat skill maupun kemampuan artificial untuk menghemat biaya dibandingkan dengan alat lainnya,” tutup Banu.