Sukses

Kenali Intoleransi Laktosa, Penyebab dan Alasan Dibalik Anak Sering Diare Setelah Mengkonsumsi Olahan Susu

Intoleransi laktosa dapat memicu gangguan pencernaan seperti diare dan kembung. Kenali jenis dan penyebabnya untuk solusi tepat.

Liputan6.com, Jakarta Intoleransi laktosa adalah kondisi yang sering terjadi tetapi sering kali diabaikan. Kondisi ini merujuk pada ketidakmampuan tubuh untuk mencerna laktosa, gula utama dalam susu, yang dapat memicu gangguan pencernaan. Salah satu gejala khasnya adalah diare, yang dapat berdampak serius, terutama pada anak-anak.

Jika tidak ditangani dengan tepat, intoleransi laktosa dapat mengakibatkan masalah nutrisi yang memengaruhi tumbuh kembang anak. Dilansir melalui beberapa sumber pada Jumat (22/11), berikut merupakan hal yang orang tua perlu pahami agar kondisi ini secara menyeluruh memberikan solusi terbaik bagi kesehatan keluarga.

2 dari 9 halaman

Ketidakcukupan Produksi Enzim Laktase

Intoleransi laktosa terjadi ketika usus kecil tidak menghasilkan cukup enzim laktase untuk mencerna laktosa. Dalam kondisi normal, enzim ini bertugas mengubah laktosa menjadi gula sederhana seperti glukosa dan galaktosa, yang kemudian diserap melalui aliran darah.

Ketika produksi laktase terganggu, laktosa yang tidak tercerna akan menuju usus besar dan berinteraksi dengan bakteri normal. Proses ini menghasilkan gejala seperti perut kembung, sakit perut, mual, hingga diare. Kekurangan laktase dapat terjadi karena berbagai faktor yang memengaruhi usus kecil.

3 dari 9 halaman

Intoleransi Laktosa Primer

Jenis ini adalah yang paling umum terjadi. Pada awalnya, tubuh memproduksi cukup banyak enzim laktase, terutama selama masa bayi, saat susu menjadi sumber nutrisi utama. Namun, seiring pertumbuhan dan penggantian susu dengan makanan lain, produksi laktase mulai menurun.

Pada orang dewasa dengan intoleransi laktosa primer, penurunan laktase menjadi signifikan, sehingga tubuh tidak mampu mencerna produk susu dengan baik. Akibatnya, konsumsi susu atau produk olahannya dapat memicu gejala seperti diare atau kembung.

4 dari 9 halaman

Intoleransi Laktosa Sekunder

Berbeda dengan intoleransi primer, intoleransi sekunder terjadi akibat gangguan pada usus kecil. Kondisi ini bisa disebabkan oleh penyakit seperti infeksi usus, penyakit Celiac, atau penyakit Crohn’s. Cedera atau operasi pada usus kecil juga dapat menyebabkan produksi laktase menurun drastis.

Jika faktor penyebab seperti infeksi atau cedera diatasi, produksi laktase dapat kembali normal, meskipun butuh waktu. Oleh karena itu, pengobatan terhadap kondisi mendasar menjadi kunci penting dalam menangani intoleransi jenis ini.

5 dari 9 halaman

Intoleransi Laktosa Bawaan (Kongenital)

Intoleransi ini terjadi sejak lahir akibat kelainan genetik yang menghambat produksi enzim laktase. Kondisi ini diwariskan melalui pola autosomal resesif, di mana kedua orang tua perlu membawa gen yang sama agar anak mengalami kondisi ini.

Bayi yang lahir dengan intoleransi bawaan harus mendapatkan perhatian medis khusus. Dalam banyak kasus, mereka membutuhkan formula susu bebas laktosa untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka tanpa memicu gejala.

6 dari 9 halaman

Pertanyaan dan Jawaban Seputar Intoleransi Laktosa

Apa saja gejala utama intoleransi laktosa?

Gejala utamanya meliputi diare, perut kembung, sakit perut, mual, dan muntah. Gejala ini biasanya muncul setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung laktosa.

7 dari 9 halaman

Bagaimana cara mengetahui apakah seseorang mengalami intoleransi laktosa?

Diagnosis dapat dilakukan melalui tes seperti hydrogen breath test atau tes toleransi laktosa. Konsultasikan ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

8 dari 9 halaman

Apakah intoleransi laktosa dapat disembuhkan?

Intoleransi laktosa biasanya tidak dapat disembuhkan, tetapi gejalanya dapat dikelola dengan menghindari makanan dan minuman yang mengandung laktosa atau dengan mengonsumsi enzim laktase tambahan.

9 dari 9 halaman

Apakah semua susu harus dihindari jika intoleransi laktosa?

Tidak semua susu harus dihindari. Ada susu bebas laktosa atau alternatif lain seperti susu almond, susu kedelai, atau susu oat yang dapat menjadi pilihan.