Liputan6.com, Jakarta - Di era yang terus berubah dan penuh ketidakpastian, muncul sebuah pendekatan baru yang bertujuan untuk membantu kita menghadapi tantangan kompleks dan menciptakan solusi transformatif.
Pendekatan tersebut dikenal dengan nama Teori U. Metode ini mengajak kita untuk melihat masalah secara lebih mendalam dan menawarkan cara-cara kreatif untuk menghadapinya, sehingga dapat membawa perubahan positif yang lebih berkelanjutan.
Baca Juga
Untuk itu, Yayasan Upaya Indonesia Damai (UID) menggelar acara peluncuran buku Intisari Teori U di Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI), pada 29 November 2024.
Advertisement
Acara ini menghadirkan kuliah umum oleh Otto Scharmer, pencetus Teori U yang juga merupakan dosen senior di Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan co-founder Presencing Institute.
“Teori U sangat relevan dalam menghadapi tantangan global saat ini karena menekankan pentingnya membuka hati dan pikiran untuk beradaptasi di tengah perubahan cepat, serta mendorong kepemimpinan inovatif dan kolaboratif guna mencapai tujuan bersama,” ujar Gubernur Lemhannas RI, B Ace Hasan Syadzily, dalam keterangannya, Minggu (1/12/2024).
Senada dengan Ace, Tantowi Yahya, Presiden UID, mengatakan teori U telah lama menjadi landasan program-program UID, di mana pihaknya mendorong kesadaran diri mendalam dan transformasi kolektif untuk mengatasi akar tantangan.
"Saya berharap acara ini dapat menginspirasi dan menjadi katalis dalam perjalanan kita bersama menuju masa depan yang lebih berkeadilan dan berkelanjutan," tambahnya.
Teori U: Mengubah Cara Kita Berpikir dan Bertindak
Dalam kuliah umum, Otto Scharmer memaparkan tiga transformasi kunci dalam pendekatan Teori U, di antaranya dari berpikir silo ke berpikir sistemik: Menghubungkan upaya-upaya terpisah menjadi pendekatan yang lebih sistemik.
Lalu dari "saya" ke "kita": Membangun kesadaran kolektif untuk bertindak sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar; dan dari reaktif ke ko-kreatif: Beralih dari sekadar merespons masalah menjadi menciptakan solusi secara kolaboratif.
Otto menekankan bahwa untuk mencapai tujuan seperti penyembuhan sosial dan regenerasi, diperlukan penumbuhan tanah atau ladang sosial yang subur, yakni kualitas hubungan yang mendalam dan bermakna.
Ia juga menyoroti pentingnya infrastruktur pembelajaran dan kepemimpinan dengan menyelaraskan perhatian (attention), niat (intention), dan keberdayaan (agency) baik secara individu maupun kolektif.
Advertisement
Membuka Peluang Tak Terbatas
Otto mengingatkan pentingnya menghadapi tantangan dengan kerendahan hati, ketenangan, dan keseimbangan batin, bahkan di tengah ketidakpastian.
“Inilah saatnya tanah atau ladang sosial—pondasi hubungan yang telah kita bangun—benar-benar memberikan dampak,” ujarnya.
Ia juga menekankan nilai hidup sepenuhnya dan menciptakan dampak yang berarti. “Hidup itu terbatas, tetapi menawarkan kemungkinan tak terbatas. Kini saatnya hadir dan membuat perubahan,” sambungnya.
Acara yang dihadiri oleh kurang lebih 200 peserta ini juga turut menyaksikan peluncuran buku "Intisari Teori U" yang merupakan terjemahan dari karya asli Otto Scharmer.
"Harapannya, buku ini dapat menjadi panduan bagi mereka yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang Teori U sekaligus menjadi inspirasi bagi para pemimpin dan pembuat kebijakan untuk menciptakan perubahan yang lebih baik," tutupnya.