Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa obesitas berdampak negatif pada kesuburan pria dengan mengubah sirkuit otak yang bertanggung jawab untuk reproduksi. Penelitian tersebut menghubungkan obesitas dengan kadar testosteron yang rendah, jumlah sperma yang lebih sedikit, dan libido yang menurun, yang mengungkap potensi penyebab masalah kesuburan pada pria obesitas.
Masalah reproduksi terkait obesitas pada pria menjadi lebih umum, dengan semakin banyak bukti yang menghubungkan obesitas pria dengan testosteron yang rendah, jumlah sperma yang lebih rendah, dan libido yang menurun. Sebuah studi yang diterbitkan dalam The Journal of Neuroscience menjelaskan bagaimana obesitas berdampak negatif pada kesuburan pria dengan memengaruhi sirkuit otak yang terlibat dalam reproduksi dan makan.
Baca Juga
Menurut laporan Times Now News, penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan tikus yang diberi makanan berlemak tinggi untuk meniru obesitas manusia. Temuan tersebut mengungkapkan bahwa obesitas menyebabkan perubahan kronis pada koneksi otak, yang melemahkan komunikasi antara sirkuit otak yang mengatur fungsi makan dan reproduksi.
Advertisement
Hubungan ini dapat menjelaskan mengapa obesitas berkontribusi pada masalah kesuburan pada pria. Sudah lama diketahui bahwa obesitas mengurangi kadar testosteron pada pria, yang memengaruhi fungsi-fungsi seperti massa otot, kognisi, dan kesehatan reproduksi. Akan tetapi, mekanisme pasti yang menyebabkan obesitas menyebabkan perubahan-perubahan ini masih belum jelas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi bagaimana obesitas kronis memengaruhi sirkuit otak dan berkontribusi terhadap testosteron rendah, jumlah sperma berkurang, dan kualitas sperma buruk pada pria obesitas.
Â
Temuan penelitian
Salah satu temuan utama penelitian ini adalah bahwa obesitas mengubah sirkuit reproduksi otak secara signifikan. Pada tikus obesitas, frekuensi denyut LH—yang penting untuk menjaga kadar testosteron yang sehat—berkurang.
Hal ini menyebabkan penurunan produksi testosteron dan penurunan jumlah sperma. Menariknya, sistem reproduksi mempertahankan kemampuannya untuk berfungsi secara normal ketika dirangsang secara langsung, yang menunjukkan bahwa obesitas terutama mengganggu kontrol regulasi otak atas fungsi reproduksi.
Penelitian ini juga mengidentifikasi area otak tertentu yang terdampak oleh obesitas—neuron kisspeptin. Neuron-neuron ini sangat penting untuk memicu pelepasan hormon pelepas gonadotropin (GnRH) dan hormon luteinisasi (LH), yang sangat penting untuk menjaga kadar testosteron dan produksi sperma yang sehat. Obesitas kronis menekan aktivitas neuron-neuron ini, yang dapat menjelaskan hubungan antara obesitas dan masalah reproduksi.
Â
Advertisement
Relevan bagi individu yang tidak subur
Djurdjica Coss, penulis korespondensi penelitian dan profesor ilmu biomedis di University of California, Riverside School of Medicine, menekankan signifikansi yang lebih luas dari temuan-temuan ini.
"Tujuan jangka panjang penelitian saya adalah untuk mengidentifikasi mekanisme molekuler dan seluler yang mengatur fungsi reproduksi, yang diperlukan untuk kelangsungan hidup spesies," kata Coss.
Ia menambahkan bahwa penelitian ini sangat relevan bagi individu yang menghadapi infertilitas yang tidak dapat dijelaskan, karena 1 dari 8 pasangan mengalami infertilitas. Masalah ini juga memengaruhi spesies yang terancam punah dan hewan pertanian, di mana infertilitas menjadi lebih umum karena praktik pertanian modern. Penelitian Coss dapat membuka jalan bagi perawatan dan strategi baru untuk mengatasi meningkatnya angka infertilitas pada manusia dan hewan.
Gibran Minta Kurikulum Olahraga di Sekolah Diperbaiki, Fokus Pola Hidup Sehat Anak hingga Cegah Obesitas
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka meminta agar kurikulum pendidikan olahraga di sekolah diubah agar berfokus pada pola hidup sehat anak, termasuk mencegah obesitas.Â
"Perlu perbaikan kurikulum pendidikan olahraga sehingga bisa membentuk pola hidup sehat. Misalnya, untuk mencegah obesitas pada anak usia sekolah," kata Gibran saat memimpin rapat perdana Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) di Gedung Wisma Kementerian Pemuda dan Olahraga, Jakarta, Rabu, (4/12/2024).
Gibran meminta jajaran menteri dan wakil menteri untuk memperkuat pelaksanaan DBON yang salah satunya dapat dimulai dengan mengembangkan kurikulum olahraga serta mewujudkan fasilitas penunjang olahraga di sekolah-sekolah.
Menurut dia, perbaikan kurikulum untuk membentuk pola hidup sehat di sekolah penting karena gaya hidup saat ini yang serba cepat dan instan, sehingga banyak generasi muda mengalami penurunan ketahanan tubuh akibat gaya hidup tersebut.
Advertisement