Sukses

Rayakan Natal yang Bermakna, Simak Cerita Inspiratif Romo Yustinus Hilman Pujiatmoko

Menurut Rm.Hilman, dalam masa mempersiapkan hingga merayakan Natal maka sebaiknya seseorang fokus pada kandang natal. “

Liputan6.com, Jakarta Natal biasanya identik dengan hiasan pohon Natal, pesta, dan tukar kado. Namun ternyata Natal di dalam Gereja Katolik punya makna yang lebih dari sekedar perayaan entertainment belaka.  Tahun ini tema natal yang diusung adalah ‘Marilah Kita Pergi ke Betlehem.’ Disampaikan oleh Mgr. Antonius Subianto Bunjamin bahwa tema itu menandakan simbol akan harapan, keadilan dan kesejahteraan.

Romo Hilman Pujiatmoko, Pr atau yang akrab disapa Rm. Hilman, pernah menjabat selama 10 tahun sebagai Vikaris Jenderal Keuskupan Bandung. Pernah bertugas sebagai Wakil dari Uskup Mgr. Antonius tentu Rm. Hilman punya segudang pengalaman dan karya positif.  Berikut berbagai tips inspiratif dan aksi kegiatan positif yang patut ditiru dari sosok Romo Hilman.

Menurut Rm.Hilman, dalam masa mempersiapkan hingga merayakan Natal maka sebaiknya seseorang fokus pada kandang natal. “Peristiwa kandang natal ini bagus untuk keluarga, yang penting itu kebersamaan, bukan hotel yang mewah, karena kedatangan Yesus, lahir di tempat yang sangat sederhana,” ungkap Imam dari Keuskupan Bandung ini.

1. Melakukan Survey dan Bertemu Para Pemulung

Dalam karyanya, Rm. Hilman memiliki berbagai kegiatan sosial bersama dengan timnya. Salah satunya menyapa orang-orang yang membutuhkan. Contohnya, menemui para pemulung. Berdasarkan pengalamannya, Rm. Hilman bersama dengan timnya, turut melibatkan anak muda, pernah mengunjungi tempat para pemulung dan mencari tahu kebutuhan mereka.

“Tentu nggak kasihnya kartu natal, ya tapi apa yang jadi kebutuhan mereka,” ungkapnya. Rm. Hilman mengajak setiap orang untuk menjadi contoh yang baik, sehingga nanti perilakunya ditiru oleh masyarakat sekitar.

“Ketika saya di paroki, kita bina anak muda, kita bina kepekaan, jangan berhenti dengan peka saja tapi harus ada aksinya. Pergi ke tempat pemulung, lalu mencari tahu apa yang dibutuhkan. Di Leuwigajah, Jawa Barat, memberi makanan, susu, dan berbagai hal yang menjadi kebutuhan pemulung di area sana. Kepekaan. Anak-anak muda juga diajak bersuka cita dengan pemulung,” jelas Rm. Hilman.

 

2 dari 4 halaman

2. Mendengarkan Para Lansia dan Tahanan di Penjara

Dikutip dari teori psikososial Erik Erikson, lansia memasuki tahap generativity versus stagnation. Dalam penelitian Erikson, salah satu masalah utama yang dapat dialami oleh seorang lansia adalah kesepiaan. Terlebih jika mereka tidak lagi memiliki keluarga. Sosok Romo yang aktif dalam kegiatan sosial ini juga pernah mengajak timnya pergi mengunjungi para lansia, tidak terbatas pada agama tertentu saja. “Mengajak anak-anak muda untuk punya kepeduliaan terlebih dahulu,” ungkapnya.

 

3 dari 4 halaman

3. Berpikir Positif

Dalam hal ini, aksi yang dapat dilakukan adalah menyapa teman komunitas dan berbaur. Rm. Hilman menyarankan ketika di dalam suatu komunitas ada orang-orang tertentu yang hanya berkelompok dalam kelompok kecil, tanpa berbaur dengan orang lain, maka perlu ada orang yang bergerak untuk menjadi contoh dan mengajak mereka untuk saling mengenal. Kemudian, ketika ada masalah, sebaiknya ditelusuri dulu, survey terlebih dahulu dan tidak langsung menghakimi dengan dugaan yang belum tentu benar.

 

4 dari 4 halaman

4. Pesan Natal

Rm. Hilman dalam wawancaranya berpesan untuk para umat dalam merayakan natal. “Tidak hanya pesta-pesta, tapi hidup baru dan berharap,” pesan Rm. Hilman. Pertobatan, menjadi lebih baik, dan memaafkan. Kuncinya dalam masa ini berubah menjadi lebih baik dari dalam diri sendiri.

“Persoalan seseorang berubah jadi lebih baik atau tidak, apakah orang itu memaafkan atau tidak itu urusan dia. Kita memaafkan supaya kita merasa damai. Yesus punya banyak musuh, tapi apa Yesus membenci? Yesus tidak membenci, kita memaafkan dan damai jadi kita enak,” tutup Rm. Hilman.

 

Penulis: Patricia Astrid Nadia