Sukses

Saksi Sebut Pesawat Jeju Air yang Kecelakaan Jatuh dan Tak Bisa Melambat

Pesawat Jeju Air tersebut jatuh tak lama setelah mendarat sekitar pukul 9:00 pagi waktu setempat pada hari Minggu

Liputan6.com, Jakarta Kecelakaan pesawat yang sangat parah di Bandara Internasional Muan di Korea Selatan telah mengakibatkan kematian sedikitnya 85 orang. Kecelakaan tersebut melibatkan penerbangan Jeju Air 7C2216, sebuah Boeing 737-800, yang membawa 181 penumpang dan awak pesawat dari Bangkok ke bandara di wilayah barat daya negara tersebut.

Pesawat Jeju Air tersebut jatuh tak lama setelah mendarat sekitar pukul 9:00 pagi waktu setempat pada hari Minggu, dengan pesawat tergelincir dari landasan pacu dan menghantam penghalang beton, menyebabkan kebakaran besar.

Dihimpun dari MBC, seorang saksi yang melihat kejadian tersebut menceritakan kejadiannya lewat sambungan telepon. Menurut saksi bernama Yoo Jung-pil, ia sedang berada di toko dan tidak tahu ada pesawat gagal mendarat. Namun begitu mendengar suara dentuman, ia bergegas keluar untuk mencari sumber suara.

"Ada ledakan merah di sisi kanan sayap. Saya menuju bandara setelah melihat hal itu. Saya khawatir dengan cara pesawat itu mendarat, tapi saya harus menyetir sampai ke sisi lain landasan pacu."

Pria yang mengaku tinggal tak jauh dari bandara itu kemudian membawa kendaraannya ke ujung landasan. Selama perjalanan yang singkat tersebut, menurutnya pesawat itu tak kunjung berhenti. Ia melihat Pesawat Jeju Air yang terus melaju dan terjadilah tabrakan dengan dinding beton pembatas hingga terjadi ledakan besar.

 

2 dari 4 halaman

Investigasi Awal dan Kemungkinan Penyebabnya

Sementara itu, kepala pemadam kebakaran Korea Selatan, Lee Jeong-hyun, berbicara dalam sebuah pengarahan dan menyatakan bahwa penyebab awal kecelakaan tersebut diyakini sebagai tabrakan burung, dikombinasikan dengan kondisi cuaca buruk, yang menyebabkan kerusakan pada roda pendaratan pesawat.

Ia berkata, "Penyebab kecelakaan tersebut diduga sebagai tabrakan burung yang dikombinasikan dengan kondisi cuaca buruk. Namun, penyebab pastinya akan diumumkan setelah investigasi bersama."

Pihak berwenang terus menyelidiki rangkaian kejadian yang menyebabkan kecelakaan tersebut, tetapi fokusnya tetap pada roda pendaratan yang tidak berfungsi, yang tampaknya rusak saat pesawat mendekati bandara. Tabrakan dengan burung diyakini menjadi faktor penyebab kerusakan roda pesawat.

 

3 dari 4 halaman

Rincian Kecelakaan dan Operasi Penyelamatan

Kecelakaan terjadi tepat setelah pesawat mendarat, dan rekaman visual dari tempat kejadian menunjukkan pesawat tergelincir di landasan pacu dengan roda pendaratannya yang tampaknya masih ditarik sebelum menabrak dinding. Pesawat langsung terbakar, dan asap hitam terlihat mengepul dari reruntuhan. Setidaknya 85 orang, termasuk 37 wanita dan 25 pria, dipastikan tewas, dan jumlah tersebut diperkirakan akan bertambah seiring pencarian yang terus dilakukan.

Badan Pemadam Kebakaran Nasional mengerahkan tim tanggap darurat, termasuk 32 mobil pemadam kebakaran dan beberapa helikopter, untuk memadamkan api dan membantu upaya penyelamatan. Dua orang, termasuk seorang penumpang dan seorang awak pesawat, berhasil diselamatkan dari reruntuhan. Tim penyelamat masih berupaya mengevakuasi orang lain dari pesawat.

Kecelakaan itu terjadi di tengah krisis politik di Korea Selatan, di mana penjabat Presiden Han Duck-soo dimakzulkan beberapa hari sebelumnya. Negara itu sekarang berada di bawah kepemimpinan Wakil Perdana Menteri Choi Sang-mok, yang telah dipercaya untuk mengelola respons negara terhadap krisis tersebut.

Choi memerintahkan operasi penyelamatan skala penuh, menginstruksikan para pejabat untuk "menggunakan semua sumber daya yang tersedia untuk menyelamatkan penumpang dan awak." Kantornya juga mengadakan rapat darurat pada hari Minggu untuk membahas respons terhadap kecelakaan itu.

Tindakan Choi sangat penting dalam memastikan mobilisasi sumber daya untuk membantu peristiwa tragis itu. Meskipun ketidakpastian politik yang sedang berlangsung, pemerintah Korea Selatan telah memprioritaskan upaya penyelamatan dan pemulihan.

 

4 dari 4 halaman

Permintaan Maaf dan Respons Jeju Air

Jeju Air, maskapai berbiaya rendah yang mengoperasikan penerbangan tersebut, mengeluarkan pernyataan permintaan maaf resmi setelah kecelakaan itu. Maskapai itu menyatakan kesedihannya dan menyatakan, "Kami di Jeju Air akan melakukan segala daya kami dalam menanggapi kecelakaan ini. Kami dengan tulus meminta maaf karena telah menimbulkan kekhawatiran."

Maskapai itu telah berjanji untuk membantu keluarga korban dan telah berkomitmen untuk memberikan dukungan yang diperlukan selama penyelidikan yang sedang berlangsung.

Kecelakaan tersebut mengundang belasungkawa dari seluruh dunia. Kecelakaan tragis ini menandai salah satu bencana udara paling mematikan dalam sejarah Korea Selatan. Bencana penerbangan besar terakhir di negara tersebut terjadi pada tahun 1997 ketika sebuah pesawat Korean Airlines jatuh di Guam, menewaskan 228 orang. Otoritas penerbangan Korea Selatan telah menekankan bahwa penyelidikan menyeluruh sedang dilakukan, dan rincian lebih lanjut akan dirilis setelah penyebab kecelakaan tersebut diketahui.

Kecelakaan di Bandara Internasional Muan telah menyatukan pemerintah Korea Selatan, layanan darurat, dan masyarakat internasional dalam upaya terkoordinasi untuk mendukung keluarga korban dan memastikan keselamatan perjalanan udara di wilayah tersebut.

Sementara penyelidikan terus berlanjut, pihak berwenang berupaya mengumpulkan berbagai peristiwa yang menyebabkan bencana tersebut, dan para ahli sedang memeriksa semua faktor potensial, termasuk tabrakan dengan burung, roda pendaratan yang tidak berfungsi dengan baik, dan kondisi cuaca yang buruk. Temuan penyelidikan ini akan memainkan peran penting dalam memahami penyebab tragedi tersebut dan mencegah insiden serupa di masa mendatang.