Sukses

Waspada, Konsumsi Gula Berlebih Bisa Sebabkan 5 Penyakit Ini

Sangat penting untuk memperhatikan pola konsumsi gula agar berat badan tetap terjaga dan kesehatan terhindar dari berbagai risiko penyakit.

Liputan6.com, Jakarta - Makanan dan minuman manis memang bisa menggoda selera. Rasa manis yang berasal dari gula memang mampu meningkatkan cita rasa dan memuaskan lidah. Namun, di balik kenikmatan tersebut, konsumsi gula yang berlebihan ternyata dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, terutama bagi berat badan dan risiko penyakit.

Konsumsi gula berlebihan dapat berkontribusi terhadap peningkatan kalori dalam tubuh. Kalori berlebih inilah yang menjadi salah satu penyebab utama kenaikan berat badan atau bahkan obesitas. Dan, obesitas sendiri merupakan faktor pemicu timbulnya berbagai penyakit serius.

Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan pola konsumsi gula agar berat badan tetap terjaga dan kesehatan terhindar dari berbagai risiko penyakit.

Berikut beberapa risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat konsumsi gula berlebihan, seperti melansir dari Heart Beats, Senin (30/12/2024).

1. Kenaikan Berat Badan

Salah satu efek langsung dari konsumsi gula berlebihan adalah kenaikan berat badan. Gula mengandung fruktosa, yang dapat meningkatkan rasa lapar dan dorongan untuk terus makan. Selain itu, kandungan glukosa dalam gula juga memperburuk situasi karena meningkatkan keinginan untuk makan lebih banyak.

Tidak hanya itu, konsumsi fruktosa yang berlebihan juga dapat mengganggu kerja hormon penting di dalam tubuh, yaitu leptin. Leptin memiliki peran utama dalam mengatur rasa lapar dan memberi sinyal pada tubuh untuk berhenti makan setelah cukup makan.

Namun, ketika hormon leptin terganggu, tubuh akan terus merasa lapar, sehingga kalori terus masuk tanpa kendali, berujung pada penambahan berat badan yang signifikan.

2 dari 5 halaman

2. Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung

Pola makan yang kaya akan gula tak hanya menggoda lidah, tetapi juga dapat meningkatkan berbagai risiko penyakit serius. Salah satunya adalah penyakit jantung, yang masih menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia.

Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi gula berlebihan berkontribusi pada sejumlah masalah kesehatan yang memicu munculnya penyakit jantung.

Pola makan tinggi gula dapat menyebabkan tubuh mengalami obesitas, peradangan, dan peningkatan kadar trigliserida, gula darah, serta tekanan darah tinggi. Semua faktor ini saling berhubungan dan dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit jantung. Bahkan, lebih jauh lagi, konsumsi gula berlebih bisa memperburuk kondisi pembuluh darah dan jantung.

3 dari 5 halaman

3. Timbulnya Jerawat

Mengonsumsi makanan yang tinggi karbohidrat dan gula tidak hanya berisiko bagi kesehatan tubuh, tetapi juga dapat mempengaruhi penampilan kulit, khususnya meningkatkan risiko timbulnya jerawat.

Makanan dengan indeks glikemik tinggi, seperti makanan manis, dapat dengan cepat meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh.

Kenaikan gula darah yang cepat ini berpengaruh pada produksi hormon insulin, yang pada gilirannya meningkatkan kadar androgen, memicu produksi minyak berlebih, serta peradangan—semua faktor ini berkontribusi pada munculnya jerawat.

Makanan dengan indeks glikemik tinggi, seperti makanan manis dan olahan, menyebabkan lonjakan kadar gula darah yang tajam. Ketika gula darah meningkat, tubuh merespons dengan melepaskan insulin dalam jumlah besar.

Kelebihan insulin ini tidak hanya berhubungan dengan peningkatan produksi minyak pada kulit, tetapi juga merangsang peningkatan hormon androgen. Hormon androgen ini memicu kelenjar sebaceous (kelenjar minyak) untuk memproduksi lebih banyak minyak, yang jika terperangkap di dalam pori-pori kulit, dapat menyebabkan jerawat.

Selain itu, lonjakan gula darah ini juga memicu peradangan di seluruh tubuh, termasuk di kulit. Peradangan ini memperburuk kondisi kulit dan berpotensi mempercepat perkembangan jerawat.

4 dari 5 halaman

4. Meningkatkan Risiko Diabetes Tipe 2

Diabetes tipe 2, salah satu penyakit kronis yang semakin umum di masyarakat, seringkali disebabkan oleh kebiasaan mengonsumsi makanan yang tinggi gula. Meskipun banyak faktor lain yang turut memengaruhi, gula berlebih dalam pola makan menjadi pemicu utama yang meningkatkan risiko seseorang menderita penyakit ini.

Gula yang masuk ke dalam tubuh, terutama dalam jumlah berlebih, dapat menyebabkan peningkatan berat badan atau obesitas. Kondisi ini sangat berisiko karena obesitas dikenal sebagai salah satu faktor utama yang memicu timbulnya diabetes tipe 2.

Ketika tubuh menyimpan lebih banyak lemak, terutama di sekitar perut, sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin, hormon yang berfungsi mengatur kadar gula darah.

Obesitas memperburuk sensitivitas tubuh terhadap insulin, sehingga tubuh harus memproduksi lebih banyak insulin untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil. Namun, seiring waktu, pankreas akan kesulitan memenuhi kebutuhan insulin yang lebih tinggi, dan kadar gula darah pun menjadi sulit dikendalikan, yang akhirnya memicu diabetes tipe 2.

5 dari 5 halaman

5. Meningkatkan Risiko Kanker

Mengonsumsi gula dalam jumlah berlebihan ternyata tidak hanya berdampak buruk pada berat badan, tetapi juga meningkatkan risiko terkena penyakit serius lainnya, termasuk kanker.

Sama seperti pada diabetes atau penyakit jantung, konsumsi gula yang berlebihan dapat menyebabkan obesitas, yang pada gilirannya memicu serangkaian masalah kesehatan, termasuk kanker.

Gula yang berlebihan dalam tubuh menyebabkan peradangan kronis. Peradangan ini menjadi faktor utama yang dapat merusak jaringan tubuh dan mempercepat perkembangan penyakit serius, salah satunya kanker.

Lebih jauh lagi, peradangan ini dapat menyebabkan resistensi insulin, yang memperburuk kemampuan tubuh untuk mengatur kadar gula darah. Kondisi ini, pada akhirnya, meningkatkan risiko berkembangnya kanker.

Selain itu, resistensi insulin dapat merangsang produksi hormon tertentu yang dapat mempercepat pertumbuhan sel-sel kanker. Sebagai contoh, kadar insulin yang tinggi dalam tubuh diketahui dapat meningkatkan produksi estrogen, yang berhubungan dengan risiko kanker payudara pada wanita.