Citizen6, Bandung: Aktivitas perajut terlihat sibuk pada Rabu (15/5/2013) di Saung Rajut milik Asep Surahwan (44), pengusaha rajutan asal Sentra Rajut Binong Jati, Bandung yang memulai usahanya sejak 1999.
Berbagai permasalahan buruh menjadi perhatian khusus saat ini. Di antaranya belum lama ini terdengar kasus buruh yang disekap di sebuah tempat usaha kuali di Tangerang. Masalah lain yang menyangkut perburuhan, yakni sistem outsourching atau sistem kontrak bagi kaum buruh ditambah dengan gaji minim yang tidak sesuai Upah Minimum Kabupaten (UMK).
Ada peluang bisnis yang dapat dimanfaatkan oleh mantan buruh, mereka bisa berwirausaha seperti masyarakat Binong Jati, Bandung untuk merajut rezeki di kampung sendiri, yakni usaha rajutan.
Ketertarikan Asep pada rajutan membuatnya saat ini menggeluti usaha rajutan bersama para warga sekitar. Ragam produk rajutan seperti baju anak, sweater, syal, dan hasil rajutan lainnya terpajang di depan rumahnya yang menjadi Saung Rajut Binong Jati.
Dalam perjalanan usahanya, Asep sempat bermitra dengan KIRBI (Koperasi Industri Rajut Binong Jati), namun kenyataan di lapangan tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan. Semula Asep memutuskan untuk menjadi anggota koperasi agar koperasi mampu memasarkan produk rajut buatannya dan para perajut lainnya.
Kenyataan lain yang dirasakan para perajut bahwa KIRBI berpihak pada pengurus. "Pemasaran produk lebih diprioritaskan untuk produk pengurus koperasi, akibatnya, penjualan produk anggota koperasi tidak laku dijual," ujarnya.
Akhirnya mereka memutuskan untuk menjualkan produk sendiri tanpa campur tangan koperasi dan usaha mereka membuahkan hasil. "Seharusnya koperasi itu sebagai media keuntungan dari anggota untuk anggota," lanjutnya.
Produk rajut Binong mulai dikenal masyarakat luas akhir-akhir ini, dan omzet perajut meningkat seiring berkembangnya waktu. (Deden Rochman Saputro, Indra Irawan, Wati Pitrianingsih/kw)
*Deden Rochman Saputro, Indra Irawan, Wati Pitrianingsih adalah pewarta warga
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke citizen6@liputan6.com
Berbagai permasalahan buruh menjadi perhatian khusus saat ini. Di antaranya belum lama ini terdengar kasus buruh yang disekap di sebuah tempat usaha kuali di Tangerang. Masalah lain yang menyangkut perburuhan, yakni sistem outsourching atau sistem kontrak bagi kaum buruh ditambah dengan gaji minim yang tidak sesuai Upah Minimum Kabupaten (UMK).
Ada peluang bisnis yang dapat dimanfaatkan oleh mantan buruh, mereka bisa berwirausaha seperti masyarakat Binong Jati, Bandung untuk merajut rezeki di kampung sendiri, yakni usaha rajutan.
Ketertarikan Asep pada rajutan membuatnya saat ini menggeluti usaha rajutan bersama para warga sekitar. Ragam produk rajutan seperti baju anak, sweater, syal, dan hasil rajutan lainnya terpajang di depan rumahnya yang menjadi Saung Rajut Binong Jati.
Dalam perjalanan usahanya, Asep sempat bermitra dengan KIRBI (Koperasi Industri Rajut Binong Jati), namun kenyataan di lapangan tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan. Semula Asep memutuskan untuk menjadi anggota koperasi agar koperasi mampu memasarkan produk rajut buatannya dan para perajut lainnya.
Kenyataan lain yang dirasakan para perajut bahwa KIRBI berpihak pada pengurus. "Pemasaran produk lebih diprioritaskan untuk produk pengurus koperasi, akibatnya, penjualan produk anggota koperasi tidak laku dijual," ujarnya.
Akhirnya mereka memutuskan untuk menjualkan produk sendiri tanpa campur tangan koperasi dan usaha mereka membuahkan hasil. "Seharusnya koperasi itu sebagai media keuntungan dari anggota untuk anggota," lanjutnya.
Produk rajut Binong mulai dikenal masyarakat luas akhir-akhir ini, dan omzet perajut meningkat seiring berkembangnya waktu. (Deden Rochman Saputro, Indra Irawan, Wati Pitrianingsih/kw)
*Deden Rochman Saputro, Indra Irawan, Wati Pitrianingsih adalah pewarta warga
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke citizen6@liputan6.com