Liputan6.com, Jakarta Di tengah perbincangan seputar ajaran agama, pentingnya melafazkan kalimat yang mampu mengantarkan kita kebahagiaan di akhirat menjadi sorotan. KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, menjelaskan mengenai makna dari melafazkan kalimat Lailahaillallah Muhammadarrasulullah.
Dalam sebuah tayangan video di kanal YouTube x@MT.ALFALAHJOMAS, Gus Baha menegaskan bahwa setiap orang yang mengucapkan kalimat tersebut suatu saat pasti akan masuk surga.
Baca Juga
Gus Baha mengungkapkan bahwa ia sering ditanya oleh banyak kiai mengenai kekuatan dari lafal tersebut.
Advertisement
"Kenapa si gus, masalah Lailahaillallah kok sampai Nabi sampai ngendika siapapun yang melafazkan ini itu suatu saat pasti masuk surga," ujarnya.
Simak penjelasan lebih lengkap yang dirangkum dari berbagai sumber pada Selasa (25/3/2025).
Puasa rajab berapa hari kerap menjadi pertanyaan umat Muslim. Rajab merupakan bulan mulia dalam kalender hijriyah. Pada bulan ini, peristiwa besar bersejarah dalam Islam yaitu Isra Miraj terjadi. Rajab adalah satu dari 4 bulan haram yang dimuliakan A...
Penjelasan Menurut Gus Baha
Penjelasan ini mengacu pada hadis yang diriwayatkan dalam kitab Bukhari dan Muslim, yang menekankan pentingnya kalimat ini dalam Islam.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun ada penegasan bahwa seseorang yang melafazkan kalimat tersebut akan masuk surga, Gus Baha menekankan bahwa hal ini bukan berarti Nabi Muhammad SAW melegalkan perbuatan dosa, seperti zina atau pencurian.
"Ini jelas, meskipun zina, ini bukan berarti Nabi melegalkan perzinaan," katanya. Gus Baha berusaha menjelaskan bahwa ada perbedaan antara perbuatan dosa dan pengakuan terhadap kebenaran mutlak dari Allah.
“Absolutisme kebenaran itu tidak terganggu oleh kesalehan dan kefasikan,” tambahnya. Dalam pandangannya, kebenaran yang absolut tetap berlaku tanpa dipengaruhi oleh tindakan baik atau buruk seseorang.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun manusia berbuat dosa, melafazkan kalimat syahadat tetap menjadi pengakuan terhadap kebenaran Allah.
Untuk mengilustrasikan pandangannya, Gus Baha memberikan contoh matematis. Ia menyebutkan bahwa rektor Al-Azhar, seorang koruptor, pelacur, dan bahkan KPK sekalipun akan sepakat dengan satu hal: 1 ditambah 1 sama dengan dua. “Karena absolutisme kebenaran,” ujarnya, menekankan bahwa kebenaran tidak bisa dipengaruhi oleh moralitas individu.
Gus Baha menjelaskan bahwa Allah sebagai Tuhan adalah kebenaran sejati yang tidak dapat disangkal. "Siapa pun yang melafazkan, itu sah," katanya. Dengan kata lain, meskipun ada berbagai tindakan yang salah, pengakuan terhadap keesaan Allah tetaplah valid.
Pentingnya melafazkan kalimat syahadat tidak hanya sebagai formalitas, tetapi sebagai pengakuan yang mendalam terhadap keesaan Tuhan. Dengan melafazkan kalimat ini, seseorang menunjukkan keimanannya meskipun pernah melakukan dosa. Ini menjadi harapan bagi banyak umat Muslim yang merasa terpuruk dalam kesalahan.
Dalam pengajian tersebut, Gus Baha menegaskan bahwa agama tidak semata-mata tentang tindakan yang baik atau buruk, tetapi juga tentang pengakuan yang tulus kepada Allah.
"Ini adalah bagian dari perjalanan spiritual yang tidak terputus," katanya, memberikan motivasi kepada orang-orang untuk terus berusaha mendekatkan diri kepada Allah.
Kesadaran akan makna kalimat syahadat diharapkan dapat mendorong umat Islam untuk lebih aktif dalam beribadah dan tidak berputus asa. "Jangan merasa bahwa dosa yang pernah kita lakukan menghalangi kita untuk kembali kepada Allah," imbuhnya.
Melalui penjelasan ini, Gus Baha berharap agar semua umat Islam memahami pentingnya melafazkan kalimat Lailahaillallah Muhammadarrasulullah sebagai langkah awal menuju ampunan dan rahmat Allah.
Advertisement
Kunci Masuk Surga
1. Pertama, iman yang dilandasi ilmu (agama)
Mengutip dari laman muslim.or.id, seorang muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu agama, terutama ilmu yang berkaitan dengan tata cara beribadah kepada Allah dan mengesakan-Nya, juga ilmu yang terkait prinsip syariat-syariat islam, muamalah, halal haram dan sebagainya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلىَ كُلِّ مَسْلَمٍ
”Menuntut ilmu (agama) wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah no. 224)
Tanpa ilmu, seseorang tidak akan tahu bagaimana amalan-amalan agar bisa masuk ke dalam surga dan hal-hal yang menjerumuskannya ke dalam api neraka.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunjawabannya.” (QS. Al-Isra’: 36)
2. Kedua, amal (menerapkan ilmu)
Setelah seseorang mempunyai dan mengetahui ilmu, maka ia harus bersunggung-sungguh untuk mengamalkannya. Allah Ta’ala berfirman,
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۖ لَّهُمْ فِيهَآ أَزْوَٰجٌ مُّطَهَّرَةٌ ۖ وَنُدْخِلُهُمْ ظِلًّا ظَلِيلًا
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Mereka di dalamnya mempunyai istri-istri yang suci. Dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.” (QS. An-Nisa’: 57)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لاَ تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتىَّ يَسْأَلَ عَنْ عِلْمِهِ مَا فَعَلَ بِهِ
“Seorang hamba tidak akan beranjak dari tempatnya pada hari kiamat nanti hingga dia ditanya tentang ilmunya, apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu tersebut.” (HR. Ad-Darimi no. 537)
3. Ketiga, dakwah (membagikan/mengajarkan ilmu)
Orang yang pertama kali wajib kita dakwahi dan tularkan ilmu yang sudah didapat adalah keluarga, baru kemudian orang lain. Allah Ta’ala berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At-Tahrim: 6)
Dalam firman-Nya yang lain,
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh?” (QS. Fushshilat : 33)
Sungguh, masih dalam keadaan merugi orang yang telah mengetahui ilmu agama (kebenaran), akan tetapi ia tidak berusaha menyelamatkan saudaranya dengan mengajak mereka untuk memahami dan melaksanakan Islam dengan benar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidak sempurna keimanan salah seorang di antara kalian, hingga ia senang apabila saudaranya memperoleh sesuatu yang juga ia senangi.” (HR. Bukhari)