Sukses

Richard Berry, Angkat Budaya Batak dengan Batik Gorga

Di usianya yang tergolong muda, Richard Berry telah meraih kesuksesan. Selain fotografi, ia juga merintis bisnis clothing bertema batik

Citizen6, Medan: Muda, kreatif dan berbakat. Ketiga kata ini sangat tepat menggambarkan seorang Richard Berry Ginting. Di usianya yang masih tergolong muda, Richard Berry telah meraih kesuksesan.

Hobinya di bidang fotografi telah mengantarkannya menjadi seorang fotografer yang handal. Trotoa Photography adalah usaha fotografi yang khusus menangani foto pre-wed yang dirintisnya bersama rekannya dengan dibantu asistennya, Wilma Prima.  

Pria lulusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sumatera Utara (USU) ini mengaku selama menjalani usaha fotografinya, hampir tidak pernah mengalami yang namanya duka. Hanya suka yang terus menghampirinya, karena dia menjalaninya dengan enjoy dan sering mendapat keuntungan. Untuk pemotretan luar kota misalnya, dia tidak perlu mengeluarkan ongkos, karena ada yang biayai.

Sebelum melakukan pemotretan, Richard dan asistennya menggambarkan konsep apa yang akan mereka gunakan. Di sini Wilma sangat ahli menggambar, jadi ide yang terbentuk dapat dituangkan ke dalam gambar agar klien lebih mengerti akan konsepnya. Selain itu mereka juga menerima konsep yang diberikan oleh klien.

Dengan kecakapannya "memainkan" kamera, Richard dapat menghasilkan foto-foto yang unik dan manis. Hobinya dalam mendesain juga telah menjadi hoki tersendiri. Sekarang ini, Richard dibantu ketiga temannya telah merintis bisnis clothing bertema batik gorga. Bisnis ini bermula dari kecintaan mereka terhadap Danau Toba, khususnya Tuk-Tuk di Pulau Samosir.

Kekayaan pemandangan alam yang dimiliki Danau Toba telah menginspirasi mereka untuk menciptakan sesuatu yang mampu menarik turis dari mancanegara. Gorga yaitu ukiran yang terdapat pada bagian luar rumah adat Batak Toba. Ukiran ini biasanya berwarna merah, hitam, dan putih.

Bentuknya yang unik dan complicated menggugah jiwa seni dan hobi mendesain yang dimiliki pemuda kelahiran 14 Oktober 1983 ini. Dari situ, lalu muncullah ide untuk mengaplikasikan gorga ini menjadi corak pada kaos. Mengapa harus kaos? Karena sasaran utama batik gorga ini adalah pemuda yang senang travelling, backpacker dan turis dari mancanegara.

Batik gorga dalam desain clothing "Moro-Moro Toba" memiliki konsep bohemian dan etnik. Nama "Moro-Moro" sendiri berasal dari bahasa Finlandia, yang artinya "hai", "halo" atau "horas" dalam bahasa Batak Toba. Hal ini didasarkan atas pengamatan mereka, karena selama ini kebanyakan turis yang berkunjung ke Tuk-Tuk, adalah wisatawan dari Finlandia. Mereka menganggap Tuk-Tuk sudah seperti negara kedua bagi mereka. Tuk-tuk adalah pinggiran Danau Toba yang masih menyimpan keindahan alam yang asri. Di kawasan ini Anda akan menemui masyarakat Batak yang ramah dengan logatnya yang khas.
 
Berkat bakat dan kreativitas yang dimiliki Richard, desain batik gorganya telah hadir dalam berbagai bentuk. Tidak hanya itu saja, desain batik gorganya yang unik, jenis kain yang digunakan juga turut mendukung kesuksesan Moro-Moro Toba. Untuk ke depannya, Richard berharap Moro-Moro Toba dapat menjadi ikon dan cenderamata khas dari Indonesia yang paling diminati turis dari mancanegara, serta menjadikan Tuk-Tuk sebagai salah satu destinasi wisata yang utama.

Kisah sukses Richard Berry ini mengingatkan kita untuk jangan menganggap remeh hobi kita. Siapa tahu dari hobi, bisa menjadi hoki. Seperti pesan yang selalu diberikan seorang Richard Berry: "Jangan membatasi diri sendiri. Mumpung masih muda, tetaplah berkarya!" (Nathalia Simanjuntak/Mar)

Nathalia Simanjuntak adalah pewarta warga.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke citizen6@liputan6.com.
    Video Terkini