Citizen6, Depok: Akhir bulan adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Tentu hal ini menjadi kegembiraan tersendiri bagi para karyawan. Apalagi bulan ini pendapatan yang diterima menjadi berlipat ganda dengan adanya tunjangan hari raya (THR) yang telah diterima menjelang Lebaran.
Bagi mereka yang belum berkeluarga, hal ini mungkin sebagai pertanda it's time for shopping! Tapi bagi mereka yang telah berkeluarga, sudah terbayang hal-hal penting apa saja yang harus dialokasikan dari hasil keras selama sebulan penuh. Di antaranya tagihan listrik yang telah menanti, air, bayaran sekolah anak, tagihan rekening telepon, dan lain sebagainya.
Namun adakalanya kedua hal penting tersebut menjadi terhambat, bila ada pihak perusahaan yang telat membayarkan THR yang telah menjadi hak setiap karyawan. Atau bisa disebabkan dengan hal-hal yang terbilang sepele, namun cukup membuat kesal dan dongkol bagi siapa saja yang telah mengantre lama di tempat yang satu ini. Ya betul, jawabannya adalah automatic teller machine atau kita mengenalnya dengan sebutan Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Bertempat di Jalan Baru Depok II Tengah, pada Kamis 25 Juli 2013, sekitar pukul 20.00 WIB malam, antrean di sebuah ATM milik bank swasta yang cukup akrab dengan warga, terlihat cukup mengular. Terhitung ada sekitar 20 orang yang mengantre di depan ATM bank tersebut. Satu per satu mereka terlihat keluar masuk ruangan yang berukuran 1x2 meter dengan tertibnya. Namun setelah 1 jam lebih mengantre, hal yang paling ditakutkan pun tiba. Begitu seorang wanita muda yang berada di urutan ke-10 keluar dari ATM, hal yang paling tidak ingin didengar oleh mereka yang telah antre lama terucap dari bibirnya.
"ATM nya rusak," ungkapnya.
Seorang ibu yang juga telah mengantre cukup lama, bertanya kepadanya. "Apanya yang rusak, Mbak? Mesinnya atau uangnya yang kosong."
"Mesinnya yang rusak," sahut wanita muda itu dengan wajah jengkel.
Kejadian ini sontak membuat mereka yang telah mengantre panjang, mencoba merangsek masuk ke mesin ATM untuk membuktikan apa benar mesin tersebut rusak atau tidak. Dengan wajah lunglai dan sedikit putus asa, satu per satu dari mereka mulai meninggalkan lokasi ATM tersebut untuk mencari ATM lain.
Ibu Lisa terlihat cukup kebingungan harus mencari ATM ke mana lagi. "Padahal tadi saya baru dari swalayan lho, Mbak. Di sana juga rusak semua, makanya saya disuruh ke sini," jelasnya dengan wajah yang sedikit kecewa.
"Terus saya harus cari ke mana lagi ya, Mbak," tanyanya.
"Ibu sekarang coba saja ke ATM di toko retail di Jalan Merapi Depok, di sana ada, Bu," sahut Ana yang juga bergegas ke toko tersebut.
Sesampainya di toko tersebut, mereka yang telah mengantre lama di ATM sebelumnya kembali bertemu di lokasi yang sama. Antrean pun kembali mengular dengan jumlah orang yang lebih banyak, meskipun posisi ATM tersebut letaknya ada di dalam toko, tidak menyurutkan niat mereka untuk menarik uang tunai sebanyak-banyaknya, meskipun harus berdesak-desakan dengan pengunjung toko tersebut.
Syukurlah ATM-nya berfungsi! (Mar)
Maria adalah pewarta warga.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, Ramadan atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media, kuliner dan lainnya ke citizen6@liputan6.com
Bagi mereka yang belum berkeluarga, hal ini mungkin sebagai pertanda it's time for shopping! Tapi bagi mereka yang telah berkeluarga, sudah terbayang hal-hal penting apa saja yang harus dialokasikan dari hasil keras selama sebulan penuh. Di antaranya tagihan listrik yang telah menanti, air, bayaran sekolah anak, tagihan rekening telepon, dan lain sebagainya.
Namun adakalanya kedua hal penting tersebut menjadi terhambat, bila ada pihak perusahaan yang telat membayarkan THR yang telah menjadi hak setiap karyawan. Atau bisa disebabkan dengan hal-hal yang terbilang sepele, namun cukup membuat kesal dan dongkol bagi siapa saja yang telah mengantre lama di tempat yang satu ini. Ya betul, jawabannya adalah automatic teller machine atau kita mengenalnya dengan sebutan Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Bertempat di Jalan Baru Depok II Tengah, pada Kamis 25 Juli 2013, sekitar pukul 20.00 WIB malam, antrean di sebuah ATM milik bank swasta yang cukup akrab dengan warga, terlihat cukup mengular. Terhitung ada sekitar 20 orang yang mengantre di depan ATM bank tersebut. Satu per satu mereka terlihat keluar masuk ruangan yang berukuran 1x2 meter dengan tertibnya. Namun setelah 1 jam lebih mengantre, hal yang paling ditakutkan pun tiba. Begitu seorang wanita muda yang berada di urutan ke-10 keluar dari ATM, hal yang paling tidak ingin didengar oleh mereka yang telah antre lama terucap dari bibirnya.
"ATM nya rusak," ungkapnya.
Seorang ibu yang juga telah mengantre cukup lama, bertanya kepadanya. "Apanya yang rusak, Mbak? Mesinnya atau uangnya yang kosong."
"Mesinnya yang rusak," sahut wanita muda itu dengan wajah jengkel.
Kejadian ini sontak membuat mereka yang telah mengantre panjang, mencoba merangsek masuk ke mesin ATM untuk membuktikan apa benar mesin tersebut rusak atau tidak. Dengan wajah lunglai dan sedikit putus asa, satu per satu dari mereka mulai meninggalkan lokasi ATM tersebut untuk mencari ATM lain.
Ibu Lisa terlihat cukup kebingungan harus mencari ATM ke mana lagi. "Padahal tadi saya baru dari swalayan lho, Mbak. Di sana juga rusak semua, makanya saya disuruh ke sini," jelasnya dengan wajah yang sedikit kecewa.
"Terus saya harus cari ke mana lagi ya, Mbak," tanyanya.
"Ibu sekarang coba saja ke ATM di toko retail di Jalan Merapi Depok, di sana ada, Bu," sahut Ana yang juga bergegas ke toko tersebut.
Sesampainya di toko tersebut, mereka yang telah mengantre lama di ATM sebelumnya kembali bertemu di lokasi yang sama. Antrean pun kembali mengular dengan jumlah orang yang lebih banyak, meskipun posisi ATM tersebut letaknya ada di dalam toko, tidak menyurutkan niat mereka untuk menarik uang tunai sebanyak-banyaknya, meskipun harus berdesak-desakan dengan pengunjung toko tersebut.
Syukurlah ATM-nya berfungsi! (Mar)
Maria adalah pewarta warga.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, Ramadan atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media, kuliner dan lainnya ke citizen6@liputan6.com