Bandung, Citizen6: Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Unpad (BEM Kema Unpad) sebagai penyelenggara masa orientasi kampus yang sudah dikenal dengan nama Penerimaan Mahasiswa Baru (Prabu) Unpad memiliki tiga agenda besar pada tahun ini. Tiga agenda tersebut adalah mengenalkan pengabdian, keilmuan, dan pergerakan kepada mahasiswa baru melalui tema “Bakti Unpad Untuk Indonesia”. Prabu Unpad ini dilaksanakan pada tanggal 20-21 Agustus 2013 di Kampus Unpad Jatinangor.
Pengabdian yang dikenalkan oleh BEM Kema Unpad disampaikan melalui Taman Ilmu, salah satu program unggulan di bawah Kementerian Pengabdian Kepada Masyarakat yang keberadaannya telah memasuki tahun ke 4. Pada hari pertama prosesi Prabu Unpad, pengajar dan murid Taman Ilmu mempersembahkan lagu Taman Ilmu yang berjudul Kutemukan Cinta ciptaan Syakir Syena Tandya, mahasiswa Antropologi FISIP Unpad sekaligus Kepala Sekolah Taman Ilmu dalam dua tahun terakhir. Taman Ilmu adalah sebuah gerakan mengajar di desa Sukanegla yang dilaksanakan oleh mahasiswa Unpad setiap hari Jumat sampai Minggu.
Dalam mengenalkan keilmuan, mahasiswa baru Unpad diberikan tugas untuk menemukan masalah bangsa dan membuat solusinya melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Serta diadakannya talkshow mengenai prestasi yang telah dicapai mahasiswa Unpad di kampus, daerah, nasional, maupun internasional dan karya-karya besar yang diciptakan. Pengenalan ini termasuk ke dalam program Gerakan Unpad ‘Melek’ Pimnas yang diusung oleh Kementerian Pendidikan dan Keilmuan BEM Kema Unpad.
Baca Juga
Pada hari kedua acara yang dinamakan Student Day ini, BEM Kema Unpad mengajak beberapa mahasiswa dari berbagai fakultas dan angkatan untuk menyajikan persembahan berupa teatrikal pergerakan mahasiswa. Teatrikal ini bercerita mengenai keruntuhan rezim Soeharto pada tahun 1998. Teatrikal yang digagas oleh Menteri Hubungan Eksternal, M. Hadiyan Abshar, menjadi sajian penutup rangkaian acara Student Day.
Advertisement
Skenario dimulai ketika Soeharto datang dengan mobil jeep dan memerintahkan ABRI mengusir warga sipil yang terlihat mengkritik Pemerintah. Setelah pengusiran tersebut muncullah Widji Thukul di tengah kerumuman mahasiswa baru dan membacakan puisi yang mengkritik Soeharto dengan lantang. ABRI lalu menangkapnya sehingga tidak diketahui lagi keberadaanya. Apakah masih hidup atau tidak, tidak ada yang tahu. Penangkapan Wijhi Thukul disambut oleh orasi tiga mahasiswa yang membangkitkan semangat juang para pejuang bangsa. Namun mereka bertiga ditembak mati di tempat, tapi hal tersebut semakin menyulut perlawanan mahasiswa menjadi semakin besar.
Skenario berakhir dengan mundurnya Soeharto dari jabatannya sebagai Presiden. Teatrikal ini didukung oleh video-video pergerakan mahasiswa tahun 1998 dan direka ulang seperti aksi nyata, di mana ketika demonstrasi berlangsung mahasiswa dihadang oleh mobil polisi dan truk pamadam kebakaran sebagai pengganti mobil water canon yang mengusir mahasiswa dengan semprotan air.
Dengan dipersembahkannya teatrikal pergerakan ini, diharapkan mahasiswa baru Unpad bisa mulai menyadari perannya sebagai agen perubahan. Perubahan tersebut bisa dilakukan melaui pengabdian, penelitian, wirausaha, seni budaya, olahraga, atau yang lainnya, namun pergerakan untuk aksi ke jalan tidak akan pernah mati karena hal tersebut untuk tetap memberikan efek pengingat kepada Pemerintah bahwa mahasiswa masih hadir dan siap untuk mengawal kebijakan-kebijakannya.
Di akhir persembahannya, sekaligus menutup rangkaian kegiatan Prabu Unpad, BEM Kema Unpad meluncurkan lagu Mars Kema Unpad yang kembali diciptakan oleh Syakir Syena Tandya. Lagu tersebut merupakan representatif dari jati diri Keluarga Mahasiswa Unpad sebagai mahasiswa yang terus bergerak untuk negerinya, baik melalui pengabdian, keilmuan, maupun aksi turun ke jalan. (bnu)
BEM Kema Unpad adalah pewarta warga.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, Ramadan atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com