Citizen6, Labuan Bajo: Upaya Jusuf Kalla mempromosikan Komodo sebagai satu di antara New7wonder tak sia-sia. Setelah dikukuhkan sebagai satu dari tujuh keajaiban dunia, Komodo menjadi pusat perhatian dunia.
Wisatawan domestik maupun mancanegara berduyun-duyun menapaki Labuan Bajo yang menjadi pintu masuk ke Pulau Komodo. Jumlah kunjungan wisata meningkat lebih dari dua kali lipat. Potensi daerah yang selama ini tak tergarap optimal itu pun mendatangkan dampak positif bagi masyarakat.
Jusuf Kalla memang tak sekedar ingin mendorong terpilihnya Komodo sebagai ikon daerah atau Indonesia. Multiplier effect dari populernya Komodo mampu menggerakkan pemerintah untuk membangun infrastruktur menuju lokasi wisata. Seperti, bandara dan jalan desa.
Ketua Umum PMI itu juga tak ingin wisatawan sekedar datang lalu pergi. Dia berharap wisatawan asing maupun dalam negeri tinggal selama beberapa hari untuk menikmati alam dan budaya masyarakat Labuan Bajo. Untuk itu, masyarakat didukung untuk mengembangkan kompetensi untuk masuk ke dunia pariwisata. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan bahasa Inggris menjadi kemutlakan. Selain itu keramahtamahan dan profesionalitas dibutuhkan untuk menyambut wisatawan.
"Kita semua berusaha untuk daerah Bali, Lombok, hingga Desa Komodo menjadi daerah wisata. Jadi untuk wisata pertama harus teratur, disiplin, dan bersih," katanya.
Duta Komodo yang selalu memiliki ide-ide brilian itu pun mendorong masyarakat Labuan Bajo untuk meningkatkan perekonomian dengan menjual produk-produk asli daerah. Kekayaan kuliner Labuan Bajo harus disajikan menarik dan berdaya jual. Rumah-rumah warga desa dapat digunakan sebagai homestay bagi wisatawan yang ingin live in.
"Perubahan pola hidup dari yang biasa hidup tertutup menjadi terbuka, itu tantangan paling besar di daerah wisata," jelasnya.
Pemerintah pun ikut terdorong untuk mempromosikan produk potensial daerah. Kementerian perdagangan akan menampilkan sejumlah produk pada Komodo Expo 2013 yang digelar 11-15 September 2013 di Kampung Ujung, Labuan Bajo.
"Pameran ini menjadi ajang promosi yang efektif untuk mengenalkan beragam produk daerah kepada para buyer internasional maupun investor yang datang ke acara Sail Komodo," kata Direktur Pengembangan Promosi dan Citra Ditjen PEN Kementerian Perdagangan, Pradnyawati, dalam keterangan tertulis.
Dia mengakui selama ini potensi sumber daya alam NTT yang melimpah belum digarap optimal. Sehingga, tidak berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Padahal NTT merupakan daerah penghasil mete yang merupakan komoditas ekspor. Selama ini para pedagang dari India memborong langsung mete dari penduduk dengan harga murah. Mete dari NTT pun dijual kembali ke sejumlah produsen makanan di negara mereka.
Produk yang ditampilkan di paviliun Kementerian Perdagangan antara lain tenun ikat, bumbu instan, bordir Perada Jumputan, bola dan peralatan olah raga, perawatan tubuh, kendang jimbe, kluntungan, marakas, aksesoris senapan, tas senapan, sepatu, sandal, dompet, kacang mete, jagung, tripang, terung, tas, jaket, jaket kulit, aksesoris kulit, batik Blandaongan, tas anyaman pisang, perhiasan, dan fashion lainnya.
"Mata dunia tengah tertuju pada Sail Komodo 2013. Diharapkan banyak pihak dapat melihat potensi kekayaan alam dan keanekaragaman produk yang dimiliki Indonesia, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan permintaan ekspor Indonesia," katanya. (Husain Abdullah/Mar)
Husain Abdullah adalah pewarta warga yang bisa dihubungi di email hus_mks@yahoo.com
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan,
wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Mulai 10-20 September ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "Komunitasku Keren!". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Wisatawan domestik maupun mancanegara berduyun-duyun menapaki Labuan Bajo yang menjadi pintu masuk ke Pulau Komodo. Jumlah kunjungan wisata meningkat lebih dari dua kali lipat. Potensi daerah yang selama ini tak tergarap optimal itu pun mendatangkan dampak positif bagi masyarakat.
Jusuf Kalla memang tak sekedar ingin mendorong terpilihnya Komodo sebagai ikon daerah atau Indonesia. Multiplier effect dari populernya Komodo mampu menggerakkan pemerintah untuk membangun infrastruktur menuju lokasi wisata. Seperti, bandara dan jalan desa.
Ketua Umum PMI itu juga tak ingin wisatawan sekedar datang lalu pergi. Dia berharap wisatawan asing maupun dalam negeri tinggal selama beberapa hari untuk menikmati alam dan budaya masyarakat Labuan Bajo. Untuk itu, masyarakat didukung untuk mengembangkan kompetensi untuk masuk ke dunia pariwisata. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan bahasa Inggris menjadi kemutlakan. Selain itu keramahtamahan dan profesionalitas dibutuhkan untuk menyambut wisatawan.
"Kita semua berusaha untuk daerah Bali, Lombok, hingga Desa Komodo menjadi daerah wisata. Jadi untuk wisata pertama harus teratur, disiplin, dan bersih," katanya.
Duta Komodo yang selalu memiliki ide-ide brilian itu pun mendorong masyarakat Labuan Bajo untuk meningkatkan perekonomian dengan menjual produk-produk asli daerah. Kekayaan kuliner Labuan Bajo harus disajikan menarik dan berdaya jual. Rumah-rumah warga desa dapat digunakan sebagai homestay bagi wisatawan yang ingin live in.
"Perubahan pola hidup dari yang biasa hidup tertutup menjadi terbuka, itu tantangan paling besar di daerah wisata," jelasnya.
Pemerintah pun ikut terdorong untuk mempromosikan produk potensial daerah. Kementerian perdagangan akan menampilkan sejumlah produk pada Komodo Expo 2013 yang digelar 11-15 September 2013 di Kampung Ujung, Labuan Bajo.
"Pameran ini menjadi ajang promosi yang efektif untuk mengenalkan beragam produk daerah kepada para buyer internasional maupun investor yang datang ke acara Sail Komodo," kata Direktur Pengembangan Promosi dan Citra Ditjen PEN Kementerian Perdagangan, Pradnyawati, dalam keterangan tertulis.
Dia mengakui selama ini potensi sumber daya alam NTT yang melimpah belum digarap optimal. Sehingga, tidak berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Padahal NTT merupakan daerah penghasil mete yang merupakan komoditas ekspor. Selama ini para pedagang dari India memborong langsung mete dari penduduk dengan harga murah. Mete dari NTT pun dijual kembali ke sejumlah produsen makanan di negara mereka.
Produk yang ditampilkan di paviliun Kementerian Perdagangan antara lain tenun ikat, bumbu instan, bordir Perada Jumputan, bola dan peralatan olah raga, perawatan tubuh, kendang jimbe, kluntungan, marakas, aksesoris senapan, tas senapan, sepatu, sandal, dompet, kacang mete, jagung, tripang, terung, tas, jaket, jaket kulit, aksesoris kulit, batik Blandaongan, tas anyaman pisang, perhiasan, dan fashion lainnya.
"Mata dunia tengah tertuju pada Sail Komodo 2013. Diharapkan banyak pihak dapat melihat potensi kekayaan alam dan keanekaragaman produk yang dimiliki Indonesia, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan permintaan ekspor Indonesia," katanya. (Husain Abdullah/Mar)
Husain Abdullah adalah pewarta warga yang bisa dihubungi di email hus_mks@yahoo.com
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan,
wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Mulai 10-20 September ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "Komunitasku Keren!". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.