Sukses

RUMAN, Rumah Baca dan Bimbel bagi Anak-anak Aceh

Perpustakaan ini terbuka bagi masyarakat yang ingin membaca-baca buku, majalah ataupun jurnal.

Citizen6, Aceh: Secara bahasa, Rumoh Baca Aneuk Naggroe (RUMAN) Aceh berasal dari bahasa Aceh yang berarti Rumah Membaca Anak Negeri. Ya, RUMAN Aceh berawal dari koleksi 3000 buku juga 1000 majalah dan jurnal yang terhimpun selama saya meniti pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2000-2004.

Buku, majalah dan jurnal itu memang sengaja saya himpun dari berbagi sumber, termasuk membeli sendiri dengan menyisihkan uang saku atau beasiswa yang saya peroleh karena satu dari sembilan program besar dalam peta kehidupan yang saya rancang saat tingkat ketiga kuliah adalah membuka pustaka bagi komunitas secara gratis.

Saya tiba di Banda Aceh sebagai relawan kemanusiaan di hari ketiga usai tsunami meluluhlantakkant daerah modal negeri kita tercinta Indonesia pada Minggu pagi, 26 Desember 2004. Ternyata, jodoh saya pun ada di Kota ini. Kami menikah 4 Maret 2005, tiga bulan pasca tragedi terbesar abad ini. Kami pun sempat menikmati tinggal di barak pengungsian karena istri adalah salah seorang korban musibah tersebut.



Awal Januari 2007, bertempat di rumah kami, rumah type 36 yang dibangunkan oleh NGO asal Kuwait, kami buka koleksi tersebut bagi masyarakkat. Perpustakaan itu kami beri nama RUMAN Aceh. Sesuai dengan namanya, gubuk kecil kami terbuka bagi masyarakat yang ingin membaca-baca buku, majalah dan atau jurnal.

Kami belum mempublikasikan keberadaan pustaka tersebut via media social, media elektronik maupun media cetak. Hanya bermodalkan kabar lisan. Pada fase ini, selain masyarakat sekitar tempat tinggal kami, koleksi tersebut lebih banyak diakses oleh mahasiswa IAIN Ar-Raniry dari jenjang sarjana hingga program doctoral. Baru pada akhir tahun 2011 keberadaan pustaka itu kami publikasi via media social (facebook) dan media serta media elektronik.

Maret 2013, kawan-kawan kuliah satu angkatan di UIN Syarif Hidayatullah dulu menginisiasikan agar Ruman Aceh membuka satu divisi khusus untuk anak-anak usia TK dan SD. Mereka pun kemudian mengirimkan 117 judul buku untuk konsumsi anak-anak senilai empat juta rupiah. Oleh karena itu, Senin tanggal 8 April 2013, Ruman Aceh resmi membuka Divisi Anak dengan tugas dan fungsi utama sebagai sarana bimbingan belajar (bimbel) secara gratis untuk anak-anak yatim dan keluarga fakir miskin di lingkungan sekitar.

Tak kurang dari 60 anak setiap hari, mulai pukul 13.00 hingga 16.00 petang datang bermain, membaca dan belajar di Ruman Aceh. Ruang belakang gubuk kecil kami digunakan untuk anak-anak perempuan usia SD; ruang tengah untuk anak laki-laki usia SD; teras ukuran 60 cm x 3 meter untuk anak laki-laki usia TK; halaman 3 x 6 meter yang dinaungi dua pohon mangga nan rimbun untuk anak perempuan usia TK. Setiap selesai belajar, anak-anak mendapatkan makanan ringan.

Hari Senin, Rabu dan Jum’at adalah jadwal anak TK belajar calistung (membaca, menulis dan berhitung) dan Bahasa Inggris untuk SD. Sedangkan hari Selasa, Kamis dan Sabtu merupakan saat anak TK dan SD belajar mengaji dari Iqra hingga Al-Quran. Ada 9 bunda-bunda pendamping selain istri saya yang mendampingi dan membimbing mereka.



Pasca pembentukan divisi Anak, RUMAN Aceh telah menerima bebarapa donasi buku. Di antaranya, 173 buku dari PAY (Pecinta Anak Yatim) Jakarta, 42 majalah dari Majalah Potret, 6 buku dari Bandar Publishing Banda Aceh, Novel Outobiografi “Burung Burung Cakrawala” dari Prof. Mochtar Pabottingi, 27 buku wakaf dari Dekan Faultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry Banda Aceh dan Kumpulan Puisi Yassin Saleh, maestro puisi cyber dari negeri jiran, Malaysia.

Selain pustaka dan bimbel, RUMAN Aceh juga telah mengadakan beragam kegiatan bagi anak-anak secara cuma-cuma. Sabtu, 22 Juni 2013, RUMAN Aceh mengadakan liburan ceria berisi beragam perlombaan di lapangan kebanggaan warga Banda Aceh, Lapangan Blang Padang.

Lalu, dalam rangka memeriahkan hari kemerdekaan Republik Indonesia tercinta ke-68 kemarin, RUMAN Aceh mengadakan nobar alias nonton bareng film “Di Timur Matahari” pada hari Ahad 25 Agustus 2013. "Dengan menonton film ini, anak-anak tahu bahwa kondisi kawan-kawan mereka di Papua sana yang lebih menyesakkan dada. Meski pun demikian, mereka tetap semangat bersekolah. Semangat inilah yang hendak kita tularkan kepada anak-anak," ungkap Riski Sopya, Ketua Divisi Anak RUMAN Aceh.

Nah, bagi pembaca  yang ingin bermain dengan anak-anak binaan RUMAN Aceh, kami nantikan kehadiran Anda di Jl. Tuan Dipakeh II No. 1, Kelurahan Punge Blangcut, Jaya Baru, Banda Aceh. (Ahmad Arif/Arn)

*Ahmad Arif adalah Pendiri Rumoh Baca Aneuk Nanggroe (RUMAN) Aceh yang dapat dihubungi melalui Facebook: Ruman Aceh.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Video Terkini