Sukses

Pelajaran dari Kung Fu Boy: Mindfulness

Pernah baca komik Kung Fu Boy?

Pernah baca komik Kung Fu Boy? Atau bahkan mungkin menggemarinya hingga setiap komik itu muncul, kawan-kawan selalu cepat-cepat ingin memilikinya?

Saya juga seorang penggemar Kung Fu Boy. Sejak awal manga karya Takeshi Maekawa ini menarik perhatian saya.

Petualangan bocah lelaki bernama Chinmi yang kemudian berguru Kung Fu di Kuil Dairin itu, selalu saya ikuti dari seri ke seri. Sejak dia masih cupu (tapi udah jago kung fu), sampai dia jago kung fu (dan kali ini jago banget).

Mungkin saat membaca Kung Fu Boy, selain tokoh Chinmi, hal lain yang langsung teringat adalah Kung Fu Peremuk Tulang yang dikuasai Chinmi dari Sang Guru Yosen.

Namun, mungkin agak berbeda dengan yang lain, saya lebih teringat pada Kung Fu Satu Jari. Iya, jurus kung fu yang bisa membuat musuh yang menyerang kita terjungkal, hanya dengan menyentuhkan satu jari kita ke tubuhnya.

Sayangnya, kalau tidak salah jurus ini hanya digunakan Chinmi dua kali dalam cerita Kung Fu Boy, yaitu saat mengalahkan beruang besar yang masuk kampung, dan saat menjatuhkan dua orang pejabat pemerintah sebuah kota yang memaksa para lelaki di kota itu menjadi penambang emas.

Mungkin karena itu maka Kung Fu Satu Jari yang diajarkan oleh Dokter Loe ini tidak sepopuler Kung Fu Peremuk Tulang, yang masih sering dipakai bahkan saat Chinmi diceritakan telah dewasa.

Kung Fu Satu Jari menjadi salah satu yang paling saya ingat karena sedikit banyak saya mendapat pelajaran mengenai mindfulness di situ.

Lihat saja, Dokter Loe berkata “tidak perlu memikirkan yang susah-susah.”, saat Chinmi bertanya dari mana memulai belajar kung fu ini.

Dokter Loe juga menekankan bahwa dalam kung fu ini, seperti halnya dengan manusia dan alam semesta, yang terpenting adalak KESEIMBANGAN.

Tapi yang lebih menarik bagi saya dari pelajaran Kung Fu Satu Jari adalah saat Chinmi diminta Dokter Loe mendengarkan suara kicauan burung-burung liar di dekat air terjun yang besar, hingga suaranya bergemuruh sekali.

Dalam kondisi normal, jangankan suara burung, suara lawan bicara kita saat bercakap-cakap saja sukar terdengar, apalagi suara burung yang kecil dan jaraknya relatif lebih jauh. Semuanya tertutup oleh suara air terjun.

Proses latihan mendengarkan suara burung-burung di tengah gemuruhnya air terjun ini, dalam komik itu, diistilahkan “Chinmi sedang berusaha merasakan suasananya”.

Nah, di sinilah kaitan cerita Kung Fu Satu Jari dengan mindfulness.

Proses latihan Chinmi mendengarkan suara burung di tengah keributan, menurut saya adalah bentuk latihan mindfulness. Sejenak hening sehingga mampu mengarahkan pikiran mendengarkan apa yang ingin kita dengar meskipun di tengah keramaian. Kita menjadi tangguh karena tidak mudah terganggu akan hal-hal yang bukan menjadi prioritas kita.

Karena berbeda dengan mitos yang banyak dipercayai masyarakat awam, meditasi dan mindfulness bukan suatu aktifitas “mengosongkan pikiran” hingga kita tidak ingat dan tak mendengar apa-apa sama sekali.

Kebalikan dari itu, mindfulness adalah sebuah latihan yang membuat kita sadar, sadar keadaan sekitar, sadar suasana, sadar sedang berada di sini, saat ini, sekarang. Jadi pikiran tidak melayang ke mana-mana, atau bahkan dalam keadaan kosong.

Kembali ke cerita Chinmi tadi, jika ditanya apakah saya pernah mendengarkan suara burung kecil di tengah air terjun besar yang berisik, jujur saja saya belum pernah. Bukan karena apa-apa, tapi selama ini saya belum pernah berkunjung ke air terjun besar dan deras yang sekaligus menjadi surga bagi burung-burung seperti di Komik Kung Fu Boy.

Eh tapi, jika memang ada tempat seperti itu dan mudah serta cepat dijangkau, keliatannya berlatih mindfulness bersama di tempat itu seru deh. (Adjie Silarus/kw)


Adjie Silarus, founder http://sukhacitta.com/ adalah pewarta warga Citizen6

Mulai 30 September-11 Oktober ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "Oleh-oleh Khas Kotaku". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.