Citizen6, Salatiga: Sudah pernah mencicipi Gethuk Kethek? Apa ya itu, kok judulnya bikin serem begitu? Nama sebenarnya dari getuk nan gurih ini Gethuk Satu Rasa. Disebut satu rasa karena gethuk ini memang terasa gurih, khas perpaduan antara parutan ketela pohon dengan kelapa, tanpa adanya imbuhan aneka perasa makanan. Sederhana sekali. Namun harus diakui, kesederhanaan dalam gurihnya sepotong getuk berwarna putih ini belum ada tandingannya di seputaran Kabupaten Semarang.
Lalu, mengapa mendapat julukan Gethuk Kethek? Kethek dalam bahasa Jawa berarti monyet. Ini tak lain dan tak bukan gara-gara si pemilik usaha getuk ini memiliki piaran seekor monyet di depan rumahnya. Akhirnya bukan Gethuk Satu Rasa yang ngetop sebagai brand di kalangan penikmat kuliner, justru Gethuk Kethek-lah yang kemudian populer, baik bagi warga Salatiga maupun kota-kota di sekitarnya.
Ya, Gethuk Satu Rasa ini pertama kali diproduksi di Salatiga, kota kecil yang berada di selatan Semarang (ibukota Jawa Tengah). Kota yang sejuk dan damai ini meskipun terus bergerak maju, kesederhanaannya tetap terjaga hingga kini. Bahkan penganan berupa getuk yang pantas dinobatkan sebagai oleh-oleh khas Salatiga pun tetap memegang teguh prinsip kesederhaan kotanya.
Berbahan dasar layaknya getuk, Gethuk Satu Rasa dibuat dari campuran parutan ketela pohon pilihan, parutan kelapa dan gula pasir. Selalu hangat dan baru, itu menjadi ciri penganan ini. Setiap kali pembeli datang silih berganti dan harus antri menunggu proses masak getuk yang sederhana ini. Hanya dikukus biasa dan kemudian dicetak kotak-kotak kecil.
Â
Sebenarnya di kota-kota yang ada di Jawa Tengah, getuk putih seperti ini banyak dijual di pasar-pasar tradisional. Namun rasa gurih yang dihasilkan oleh Gethuk Kethek ini sungguh luar biasa. Parutan kelapanya yang memang tidak tanggung-tanggung menjadi pembeda getuk ini dibandingkan dengan getuk putih lain yang sejenis. Saat satu potongan kecil getuk ini kita gigit, maka akan terlihat parutan kelapa yang tersebar di dalamnya.
Â
Tingginya peminat getuk ini membuat pemiliknya di Salatiga kewalahan hingga akhirnya membuka cabang di Ungaran, kota kabupaten kecil yang masih berdekatan dengan Salatiga. Ungaran merupakan ibukota Kabupaten Semarang (bukan termasuk Kota Semarang). Jadilah warga sekitar Semarang lebih mudah untuk mendapatkan oleh-oleh khas Salatiga ini.
Gethuk ini murah meriah dihargai Rp. 10.000 per kotaknya, terdiri dari 20 potongan kecil. Gethuk nan gurih ini layak dijadikan oleh-oleh bagi keluarga. Gethuk ini hanya bisa bertahan paling lama 5 jam bila tidak segera dimasukkan ke dalam lemari pendingin. Meskipun hal ini membuat pembeli kesulitan untuk membawanya ke luar kota, justru terbukti bahwa Gethuk Kethek 100% alami tanpa pengawet.
Jadi bagi peminat dari luar kota, silakan kunjungi lokasi pembuatan sekaligus tempat jualan Gethuk Kethek ini di Jl. Argo Tunggal No. 9 Salatiga dan Jl. Slamet Riyadi No. 1 Ungaran (belakang DPRD). Sangat disarankan untuk langsung datang ke lokasi yang telah disebutkan tadi untuk membeli getuk nan gurih ini dan menyantapnya selagi hangat. (Uniek Kaswarganti/Arn)
*Uniek Kaswarganti adalah pewarta warga.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Lalu, mengapa mendapat julukan Gethuk Kethek? Kethek dalam bahasa Jawa berarti monyet. Ini tak lain dan tak bukan gara-gara si pemilik usaha getuk ini memiliki piaran seekor monyet di depan rumahnya. Akhirnya bukan Gethuk Satu Rasa yang ngetop sebagai brand di kalangan penikmat kuliner, justru Gethuk Kethek-lah yang kemudian populer, baik bagi warga Salatiga maupun kota-kota di sekitarnya.
Ya, Gethuk Satu Rasa ini pertama kali diproduksi di Salatiga, kota kecil yang berada di selatan Semarang (ibukota Jawa Tengah). Kota yang sejuk dan damai ini meskipun terus bergerak maju, kesederhanaannya tetap terjaga hingga kini. Bahkan penganan berupa getuk yang pantas dinobatkan sebagai oleh-oleh khas Salatiga pun tetap memegang teguh prinsip kesederhaan kotanya.
Berbahan dasar layaknya getuk, Gethuk Satu Rasa dibuat dari campuran parutan ketela pohon pilihan, parutan kelapa dan gula pasir. Selalu hangat dan baru, itu menjadi ciri penganan ini. Setiap kali pembeli datang silih berganti dan harus antri menunggu proses masak getuk yang sederhana ini. Hanya dikukus biasa dan kemudian dicetak kotak-kotak kecil.
Â
Sebenarnya di kota-kota yang ada di Jawa Tengah, getuk putih seperti ini banyak dijual di pasar-pasar tradisional. Namun rasa gurih yang dihasilkan oleh Gethuk Kethek ini sungguh luar biasa. Parutan kelapanya yang memang tidak tanggung-tanggung menjadi pembeda getuk ini dibandingkan dengan getuk putih lain yang sejenis. Saat satu potongan kecil getuk ini kita gigit, maka akan terlihat parutan kelapa yang tersebar di dalamnya.
Â
Tingginya peminat getuk ini membuat pemiliknya di Salatiga kewalahan hingga akhirnya membuka cabang di Ungaran, kota kabupaten kecil yang masih berdekatan dengan Salatiga. Ungaran merupakan ibukota Kabupaten Semarang (bukan termasuk Kota Semarang). Jadilah warga sekitar Semarang lebih mudah untuk mendapatkan oleh-oleh khas Salatiga ini.
Gethuk ini murah meriah dihargai Rp. 10.000 per kotaknya, terdiri dari 20 potongan kecil. Gethuk nan gurih ini layak dijadikan oleh-oleh bagi keluarga. Gethuk ini hanya bisa bertahan paling lama 5 jam bila tidak segera dimasukkan ke dalam lemari pendingin. Meskipun hal ini membuat pembeli kesulitan untuk membawanya ke luar kota, justru terbukti bahwa Gethuk Kethek 100% alami tanpa pengawet.
Jadi bagi peminat dari luar kota, silakan kunjungi lokasi pembuatan sekaligus tempat jualan Gethuk Kethek ini di Jl. Argo Tunggal No. 9 Salatiga dan Jl. Slamet Riyadi No. 1 Ungaran (belakang DPRD). Sangat disarankan untuk langsung datang ke lokasi yang telah disebutkan tadi untuk membeli getuk nan gurih ini dan menyantapnya selagi hangat. (Uniek Kaswarganti/Arn)
*Uniek Kaswarganti adalah pewarta warga.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.