Citizen6, Jakarta: Bir pletok merupakan minuman khas Jakarta yang sangat cocok buat menjaga stamina. Walaupun ada kata bir, bir ini tidak mengandung alkohol dan tidak memabukkan.
Bir pletok terbuat dari sari jahe, gula, sari bunga selasih, dan akar-akaran. Apabila kita meminumnya, pertama-tama akan terasa pedas, namun selanjutnya badan akan terasa hangat karena pengaruh dari ramuan yang terdapat di dalamnya.
Sejarah singkat tentang bir pletok berawal dari jaman Belanda. Kala itu ada sebagian masyarakat yang ikut-ikutan minum bir bersama orang Belanda. Sedangkan, masyarakat Betawi yang beragama Islam tahu kalau bir itu memabukkan dan hukumnya haram. Sejak itulah masyarakat Betawi berinisiatif membuat bir, tapi yang bisa menyehatkan. Yaitu dengan menggunakan bahan-bahan yang terdiri dari campuran beberapa rempah-rempah, seperti jahe, daun pandan wangi, dan serai.
Agar warnanya lebih menarik, masyarakat Betawi menggunakan tambahan kayu secang, yang akan memberikan warna merah bila diseduh dengan air panas. Saat mereka bertemu kembali dan minum sama-sama, yang terjadi orang Belanda tersebut mabuk berat sedangkan masyarakat Betawi sehat walafiat.
Dalam penyebutan namanya pun berbeda. Orang Belanda menyebutnya Beer, sedangkan masyarakat Betawi menyebutnya Bir. Asal kata dari bi'run yang artinya abyar.Â
"Bir artinya sumber mata air dan dari situlah diangkat menjadi bir pletok," kata Indra Sutisna selaku pakar masyarakat Betawi. (Heru/mar)
Heru adalah pewarta warga.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
I
Bir pletok terbuat dari sari jahe, gula, sari bunga selasih, dan akar-akaran. Apabila kita meminumnya, pertama-tama akan terasa pedas, namun selanjutnya badan akan terasa hangat karena pengaruh dari ramuan yang terdapat di dalamnya.
Sejarah singkat tentang bir pletok berawal dari jaman Belanda. Kala itu ada sebagian masyarakat yang ikut-ikutan minum bir bersama orang Belanda. Sedangkan, masyarakat Betawi yang beragama Islam tahu kalau bir itu memabukkan dan hukumnya haram. Sejak itulah masyarakat Betawi berinisiatif membuat bir, tapi yang bisa menyehatkan. Yaitu dengan menggunakan bahan-bahan yang terdiri dari campuran beberapa rempah-rempah, seperti jahe, daun pandan wangi, dan serai.
Agar warnanya lebih menarik, masyarakat Betawi menggunakan tambahan kayu secang, yang akan memberikan warna merah bila diseduh dengan air panas. Saat mereka bertemu kembali dan minum sama-sama, yang terjadi orang Belanda tersebut mabuk berat sedangkan masyarakat Betawi sehat walafiat.
Dalam penyebutan namanya pun berbeda. Orang Belanda menyebutnya Beer, sedangkan masyarakat Betawi menyebutnya Bir. Asal kata dari bi'run yang artinya abyar.Â
"Bir artinya sumber mata air dan dari situlah diangkat menjadi bir pletok," kata Indra Sutisna selaku pakar masyarakat Betawi. (Heru/mar)
Heru adalah pewarta warga.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
I