Citizen6, Surabaya: Lions Club Surabaya (LCS) Kresna punya cara berbeda untuk memperingati Hari Raya Idul Adha. Sebelum disembelih, 1 ekor sapi Madura yang akan dikurbankan, terlebih dahulu diarak menyusuri jalan raya Tambak Asri. Â
Diiringi grup musik patrol dari "Nagabonar", sapi seberat 110 kilogram tersebut diajak berjalan sejauh 500 meter, pada Selasa 15 Oktober 2013. Dengan memakai syal yang biasa dipakai suporter bola sebagai simbol ungkapan kegembiraan atas lolosnya Timnas U-19 ke babak final setelah mengalahkan tim Korea Selatan beberapa waktu lalu, sapi tersebut sempat mogok dan tidak mau berjalan beberapa kali.
Setiba di lokasi, sapi yang sudah diberi kalung bunga itu diberi kesempatan istirahat terlebih dahulu. Tepat pukul 10.00 WIB, prosesi penyembelihan pun dimulai dengan didahului pembacaan doa-doa.
Setelah disembelih, daging kurban tersebut lantas dibagi-bagikan pada warga yang menghuni kolong jembatan tol Tambak Asri. Di bawah jalan tol yang menghubungkan Dupak-Perak ini, bermukim 15 keluarga yang kondisinya cukup memprihatinkan. Beratapkan tembok beton dan beralaskan tanah, mereka tinggal di situ untuk bertahan hidup. Tak hanya kumuh, mereka pun terpaksa harus betah menghirup aroma tidak sedap dari sungai yang letaknya bersebelahan dengan tempat tinggal mereka.
Kondisi serupa juga terjadi di "Kampung 1001 Malam" yang letaknya tak jauh dan dihuni sekitar 65 keluarga ini. Dengan rata-rata mata pencaharian sebagai pemulung, pengamen, pengemis, kuli bangunan, dan tukang becak, mereka juga mendapatkan daging kurban dari LCS Kresna.
"Terima kasih untuk daging kurbannya. Sudah lama saya tidak makan daging sapi," ujar Siti Aminah, janda yang hidup seorang diri dan hanya ditemani kucing peliharaannya. Sehari-hari, Siti menjadi pemulung. Dengan penghasilan Rp 10 ribu sehari, dia harus pintar-pintar memenuhi kebutuhan hidupnya.
Silvia Zulaika, Presiden Lions Club Surabaya (LCS) Kresna mengatakan, pada perayaan Idul Adha 1434 Hijriah, pihaknya sengaja menggelarnya di kawasan yang kumuh.
"Jadi, pembagian daging kurbannya benar-benar bisa diterima oleh orang yang tepat dan tidak salah sasaran," ujar Silvia.
Dirinya juga berharap agar makna Idul Adha harus dilihat dengan luas, tidak hanya terbatas pada ritual penyembelihan hewan kurban semata.
"Kalau Idul Kurban hanya sebatas menyembelih hewan, maka alangkah mudahnya berkurban, terutama bagi orang yang kelebihan harta. Tinggal beli hewan kurban lalu selesai tanpa ada makna dan hikmah yang dipetik," ujar perempuan 44 tahun ini.
Potong Tumpeng dan Kampanye Cinta Lingkungan
Tak hanya membagi-bagikan daging kurban, tapi pada kesempatan itu, LCS Kresna yang baru berusia setahun pada 17 September lalu ini juga menggelar acara potong tumpeng. Syukuran hari jadi tersebut digelar sederhana dan dihadiri warga penghuni kolong jembatan tol dan "Kampung 1001 Malam". Juga hadir perwakilan dari pengurus LCS Nusantara dan Wijaya Kusuma.
Tak terlihat pesta meriah atau foya-foya, malah kesan sederhana yang dimunculkan. Bahkan, lokasi syukurannya sendiri berada tak jauh dari bawah jembatan tol. Dengan beratapkan terpal dan beralaskan tanah, acara syukuran HUT LCS Kresna yang masuk di wilayah Lions Club International Distrik 307B-2 berlangsung penuh keakraban dan jauh dari kesan formal.
Masih dalam rangkaian hari jadinya yang kesatu, para pengurus dan anggota LCS Kresna juga melakukan kampanye bertema cinta lingkungan.
Dengan menggunakan 3 perahu, mereka menyusuri sungai Tambak Asri sambil memunguti sampah-sampah yang dijumpai. Mulai dari pampers yang masih belepotan (maaf) kotoran bayi, sandal bekas sampai bangkai binatang. Tak hanya itu, mereka juga membentangkan poster-poster yang intinya seruan untuk tidak membuang sampah ke sungai. Di antaranya, "Sungai Bukan Tempat Sampah!", "Selamatkan Bumi Kita dengan Tidak Membuang Sampah ke Sungai", dan "Jagalah Kebersihan Sungai Kita dari Aneka Sampah".
Ada juga imbauan dalam bahasa Suroboyoan, seperti "Kaline Resik, Awak'e Sehat" (Sungainya Bersih, Tubuh Kita Jadi Sehat) dan "Ayo, Rek! Njogo Kaline Dhewe Ben Resik" (Ayo, Rek! Mari Kita Jaga Sungai Kita Supaya Bersih).
Komite Humas LCS Kresna, Daniel Lukas Rorong mengungkapkan tujuan digelarnya aksi simpatik tersebut. Yaitu untuk mengetuk kesadaran para warga yang bermukim di sekitar bantaran agar tidak lagi membuang aneka sampah ke sungai. Hal ini sebagai bentuk kepedulian dan kecintaan akan nasib bumi ke depan. Paling tidak dapat mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, salah satunya sungai.
"Kalau sungai saja sudah tercemar sampah, bagaimana dengan lingkungan lainnya seperti hutan dan pegunungan. Kasihan anak cucu kelak, karena kita mewarisi lingkungan yang rusak," ujar Daniel yang juga aktivis sosial ini. (Daniel Rorong/mar)
Daniel Rorong adalah pewarta warga.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Diiringi grup musik patrol dari "Nagabonar", sapi seberat 110 kilogram tersebut diajak berjalan sejauh 500 meter, pada Selasa 15 Oktober 2013. Dengan memakai syal yang biasa dipakai suporter bola sebagai simbol ungkapan kegembiraan atas lolosnya Timnas U-19 ke babak final setelah mengalahkan tim Korea Selatan beberapa waktu lalu, sapi tersebut sempat mogok dan tidak mau berjalan beberapa kali.
Setiba di lokasi, sapi yang sudah diberi kalung bunga itu diberi kesempatan istirahat terlebih dahulu. Tepat pukul 10.00 WIB, prosesi penyembelihan pun dimulai dengan didahului pembacaan doa-doa.
Setelah disembelih, daging kurban tersebut lantas dibagi-bagikan pada warga yang menghuni kolong jembatan tol Tambak Asri. Di bawah jalan tol yang menghubungkan Dupak-Perak ini, bermukim 15 keluarga yang kondisinya cukup memprihatinkan. Beratapkan tembok beton dan beralaskan tanah, mereka tinggal di situ untuk bertahan hidup. Tak hanya kumuh, mereka pun terpaksa harus betah menghirup aroma tidak sedap dari sungai yang letaknya bersebelahan dengan tempat tinggal mereka.
Kondisi serupa juga terjadi di "Kampung 1001 Malam" yang letaknya tak jauh dan dihuni sekitar 65 keluarga ini. Dengan rata-rata mata pencaharian sebagai pemulung, pengamen, pengemis, kuli bangunan, dan tukang becak, mereka juga mendapatkan daging kurban dari LCS Kresna.
"Terima kasih untuk daging kurbannya. Sudah lama saya tidak makan daging sapi," ujar Siti Aminah, janda yang hidup seorang diri dan hanya ditemani kucing peliharaannya. Sehari-hari, Siti menjadi pemulung. Dengan penghasilan Rp 10 ribu sehari, dia harus pintar-pintar memenuhi kebutuhan hidupnya.
Silvia Zulaika, Presiden Lions Club Surabaya (LCS) Kresna mengatakan, pada perayaan Idul Adha 1434 Hijriah, pihaknya sengaja menggelarnya di kawasan yang kumuh.
"Jadi, pembagian daging kurbannya benar-benar bisa diterima oleh orang yang tepat dan tidak salah sasaran," ujar Silvia.
Dirinya juga berharap agar makna Idul Adha harus dilihat dengan luas, tidak hanya terbatas pada ritual penyembelihan hewan kurban semata.
"Kalau Idul Kurban hanya sebatas menyembelih hewan, maka alangkah mudahnya berkurban, terutama bagi orang yang kelebihan harta. Tinggal beli hewan kurban lalu selesai tanpa ada makna dan hikmah yang dipetik," ujar perempuan 44 tahun ini.
Potong Tumpeng dan Kampanye Cinta Lingkungan
Tak hanya membagi-bagikan daging kurban, tapi pada kesempatan itu, LCS Kresna yang baru berusia setahun pada 17 September lalu ini juga menggelar acara potong tumpeng. Syukuran hari jadi tersebut digelar sederhana dan dihadiri warga penghuni kolong jembatan tol dan "Kampung 1001 Malam". Juga hadir perwakilan dari pengurus LCS Nusantara dan Wijaya Kusuma.
Tak terlihat pesta meriah atau foya-foya, malah kesan sederhana yang dimunculkan. Bahkan, lokasi syukurannya sendiri berada tak jauh dari bawah jembatan tol. Dengan beratapkan terpal dan beralaskan tanah, acara syukuran HUT LCS Kresna yang masuk di wilayah Lions Club International Distrik 307B-2 berlangsung penuh keakraban dan jauh dari kesan formal.
Masih dalam rangkaian hari jadinya yang kesatu, para pengurus dan anggota LCS Kresna juga melakukan kampanye bertema cinta lingkungan.
Dengan menggunakan 3 perahu, mereka menyusuri sungai Tambak Asri sambil memunguti sampah-sampah yang dijumpai. Mulai dari pampers yang masih belepotan (maaf) kotoran bayi, sandal bekas sampai bangkai binatang. Tak hanya itu, mereka juga membentangkan poster-poster yang intinya seruan untuk tidak membuang sampah ke sungai. Di antaranya, "Sungai Bukan Tempat Sampah!", "Selamatkan Bumi Kita dengan Tidak Membuang Sampah ke Sungai", dan "Jagalah Kebersihan Sungai Kita dari Aneka Sampah".
Ada juga imbauan dalam bahasa Suroboyoan, seperti "Kaline Resik, Awak'e Sehat" (Sungainya Bersih, Tubuh Kita Jadi Sehat) dan "Ayo, Rek! Njogo Kaline Dhewe Ben Resik" (Ayo, Rek! Mari Kita Jaga Sungai Kita Supaya Bersih).
Komite Humas LCS Kresna, Daniel Lukas Rorong mengungkapkan tujuan digelarnya aksi simpatik tersebut. Yaitu untuk mengetuk kesadaran para warga yang bermukim di sekitar bantaran agar tidak lagi membuang aneka sampah ke sungai. Hal ini sebagai bentuk kepedulian dan kecintaan akan nasib bumi ke depan. Paling tidak dapat mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, salah satunya sungai.
"Kalau sungai saja sudah tercemar sampah, bagaimana dengan lingkungan lainnya seperti hutan dan pegunungan. Kasihan anak cucu kelak, karena kita mewarisi lingkungan yang rusak," ujar Daniel yang juga aktivis sosial ini. (Daniel Rorong/mar)
Daniel Rorong adalah pewarta warga.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.