Citizen6, Yogyakarta: Sekitar 2500 undangan hadir dalam resepsi Dhaup Ageng GKR Hayu dengan KPH Notonegara yang berlangsung di Bangsal Kepatihan, Kawasan Malioboro Yogyakarta. Selain tokoh masyarakat juga terlihat beberapa model dan selebritis.
Resepsi ini digelar usai mempelai menjalani prosesi prosesi Kirab. Berbeda dengan resepsi pernikahan masyarakat biasa, dalam resepsi Dhaup Ageng ini undangan disuguhi pertunjukan tarian adat Keraton Yogya berupa Bedhaya Manten dan Tarian Lawung Ageng.
Bedhaya Manten dibawakan oleh 6 penari yang merupakan simbol dari perjalanan seseorang menuju gerbang rumah tangga. Tari Bedoyo Manten ditarikan oleh 6 orang wanita yang bukan saja belum menikah tetapi harus dalam kondisi masih perawan. Dua wanita berperan sebagai sepasang pengantin sementara 4 penari lainnya memerankan diri sebagai penari Srimpi. Tarian ini diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwono IX yang menunjukkan kesiapan dan kemandirian untuk membangun kehidupan ke depannya.
Sedangkan Tarian Lawung Ageng yang dibawakan 12 penari pria menunjukkan jiwa pratiotisme yang tertanam dalam sanubari. Tarian ini juga merupakan simbolisasi para prajurit keraton yang sedang berlatih perang. Sebelumnya, kedua belas penari ini berangkat menuju Kepatihan dengan mengendarai kuda. Tarian ini merupakan karya Sultan Hamengku Buwono I yang memiliki makna penyatuan lingga-yoni sebagai lambang kesuburan. Tarian ini juga menampilkan gerakan latihan perang-perangan atau adu ketangkasan. Alat ketangkasan yang dipergunakan adalah lawung, yaitu tongkat panjang berukuran tiga meter, berujung tumpul, dan digerakkan dengan cara menyilang dan menyodok. (Sulistyawan/mar)
Sulistyawan adalah pewarta warga.
Mulai 16 Oktober-1 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "6 Alasan Aku Cinta Indonesia". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Resepsi ini digelar usai mempelai menjalani prosesi prosesi Kirab. Berbeda dengan resepsi pernikahan masyarakat biasa, dalam resepsi Dhaup Ageng ini undangan disuguhi pertunjukan tarian adat Keraton Yogya berupa Bedhaya Manten dan Tarian Lawung Ageng.
Bedhaya Manten dibawakan oleh 6 penari yang merupakan simbol dari perjalanan seseorang menuju gerbang rumah tangga. Tari Bedoyo Manten ditarikan oleh 6 orang wanita yang bukan saja belum menikah tetapi harus dalam kondisi masih perawan. Dua wanita berperan sebagai sepasang pengantin sementara 4 penari lainnya memerankan diri sebagai penari Srimpi. Tarian ini diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwono IX yang menunjukkan kesiapan dan kemandirian untuk membangun kehidupan ke depannya.
Sedangkan Tarian Lawung Ageng yang dibawakan 12 penari pria menunjukkan jiwa pratiotisme yang tertanam dalam sanubari. Tarian ini juga merupakan simbolisasi para prajurit keraton yang sedang berlatih perang. Sebelumnya, kedua belas penari ini berangkat menuju Kepatihan dengan mengendarai kuda. Tarian ini merupakan karya Sultan Hamengku Buwono I yang memiliki makna penyatuan lingga-yoni sebagai lambang kesuburan. Tarian ini juga menampilkan gerakan latihan perang-perangan atau adu ketangkasan. Alat ketangkasan yang dipergunakan adalah lawung, yaitu tongkat panjang berukuran tiga meter, berujung tumpul, dan digerakkan dengan cara menyilang dan menyodok. (Sulistyawan/mar)
Sulistyawan adalah pewarta warga.
Mulai 16 Oktober-1 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "6 Alasan Aku Cinta Indonesia". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.