Citizen6, Jakarta: Forum Dialog Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) mengadakan kegiatan Dialog Publik di Gedung Palma One, Lantai 10, Ruang 1001, Jalan H R Rasuna Said Kav. X-2 No. 4 Kuningan Jakarta.
Acara yang digelar pada Jumat 25 Oktober 2013 ini dibuka oleh Ketua Forum Dialog HIPMI Anggawira dan dihadiri oleh para Narasumber, yakni Ir Edi Wibowo MT (Head Of Sub Directorate Bioenergy Technical and Environmen Ditjen EBTKE Kementerian ESDM RI), Dandossi Matram (Finance & HR Director RNI), Dwi Setyaningsih (Akademisi Isntitute Pertanian Bogor) dengan Moderator Zuli Hendriyanto (Direktur Eksekutif Indonesia Energi Monitoring-Indering).
Persoalan energi merupakan salah satu isu yang mengemuka pada beberapa tahun terakhir ini. Kebutuhan energi dunia terus mengalami peningkatan setelah terjadi Revolusi Industri di Inggris pada 1764, sehingga membuat dunia selalu berada dalam ancaman krisis energi. Meningkatnya populasi penduduk di dunia juga menjadi salah satu faktor meningkatnya kebutuhan energi. Sejak 2011, penduduk dunia telah mencapai 7 miliar dan 2045, diperkirakan akan mencapai 9 miliar. Peningkatan populasi penduduk tersebut akan berbanding lurus dengan peningkatan kebutuhan energi.
Sebagai pengantar acara Dialog HIPMI, Zuli Hendriyanto Direktur Eksekutif Indonesia Energi Monitoring (indering) yang menjadi Moderator dalam acara Forum Dialog HIPMI menyampaikan, di masa depan, energi akan menjadi permasalahan pelik yang harus dihadapi oleh dunia, termasuk Indonesia.
Kondisi saat ini menunjukkan dunia masih mengandalkan energi yang bersumber dari fosil sebagai bahan bakar utama. Sumber energi utama di Indonesia berasal dari fosil. Ketergantungan terhadap sumber energi fosil tersebut tampak sangat berat dan sulit untuk dapat segera dikurangi, mengingat substitusi dengan sumber energi non-fosil sangat kecil dan lambat. Alternatif yang dapat dilakukan adalah menggunakan sumber-sumber energi alternatif, energi baru, dan terbarukan. Termasuk energi yang berasal dari hasil-hasil pertanian. Hal ini menandai perubahan peran pertanian, bukan lagi hanya sebagai pemasok bahan pangan dan pakan, tetapi juga sebagai pemasok bahan baku energi, khususnya untuk bioenergi.
Secara khusus, tanaman tropis mempunyai keunggulan sebagai bahan baku bioenergi, karena memungkinkan untuk tumbuh sepanjang tahun. Dalam Sambutannya, Anggawira mengatakan strategi yang dapat dilakukan pada situasi ini adalah mengintegrasikan pengembangan pertanian dengan pengembangan energi terbarukan.
Anggawira juga menguraikan potensi hasil pertanian sebagai sumber energi, misalnya pada komoditas kelapa sawit. Konsumsi minyak kelapa sawit crude palm oil (CPO) di dunia menunjukkan angka kenaikan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Selama periode tahun 2003-2007 konsumsi CPO dunia mencapai hampir 26 juta ton. Nilai ini meningkat dibandingkan dengan konsumsi CPO selama periode 1998–2003, yaitu mencapai sekitar 20 juta ton Saat ini, Indonesia memiliki luas areal tanaman kelapa sawit sebesar 5,6 juta ha dan produksi CPO sebesar 12,45 juta ton. Sebagai salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar didunia, Indonesia mempunyai potensi untuk menjadi salah satu penghasil biodiesel terbesar.
Selain minyak sawit, limbah dari industri ini juga memiliki potensi besar untuk kemudian diolah menjadi sumber energi. Industri lain yang memiliki potensi dalam pengembangan bioenergi adalah industri gula untuk pengolahan bioetanol. Semua sektor pembangunan, tak terkecuali sektor pertanian, sangat berkepentingan terhadap ketersediaan dan keberlanjutan sumberdaya energi. Sektor pertanian dalam arti luas, termasuk di dalamnya perikanan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan, pada setiap tahapan aktifitasnya selalu memerlukan input energi.
Namun, berdasarkan target kebijakan sektor energi sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 2007 tentang energi nasional, peran sektor pertanian telah digeser, bukan lagi hanya sebagai pengguna energi tetapi juga harus berperan sebagai penyedia sumber energi. Anggawira berharap sektor pertanian diharapkan mampu memasok sebagian kebutuhan energi, dalam bentuk bahan bakar biomassa padat serta dalam bentuk bahan bakar cair atau bahan bakar nabati (bio-diesel, bio-ethanol, bio-kerosene) pengganti bahan bakar minyak (BBM). Disinilah persoalan muncul, yakni bagaimana mengkompromikan food, feed, fuel. (Anggawira/mar)
Anggawira adalah Ketua Forum Dialog HIPMI dan pewarta warga.
Mulai 16 Oktober-1 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "6 Alasan Aku Cinta Indonesia". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Acara yang digelar pada Jumat 25 Oktober 2013 ini dibuka oleh Ketua Forum Dialog HIPMI Anggawira dan dihadiri oleh para Narasumber, yakni Ir Edi Wibowo MT (Head Of Sub Directorate Bioenergy Technical and Environmen Ditjen EBTKE Kementerian ESDM RI), Dandossi Matram (Finance & HR Director RNI), Dwi Setyaningsih (Akademisi Isntitute Pertanian Bogor) dengan Moderator Zuli Hendriyanto (Direktur Eksekutif Indonesia Energi Monitoring-Indering).
Persoalan energi merupakan salah satu isu yang mengemuka pada beberapa tahun terakhir ini. Kebutuhan energi dunia terus mengalami peningkatan setelah terjadi Revolusi Industri di Inggris pada 1764, sehingga membuat dunia selalu berada dalam ancaman krisis energi. Meningkatnya populasi penduduk di dunia juga menjadi salah satu faktor meningkatnya kebutuhan energi. Sejak 2011, penduduk dunia telah mencapai 7 miliar dan 2045, diperkirakan akan mencapai 9 miliar. Peningkatan populasi penduduk tersebut akan berbanding lurus dengan peningkatan kebutuhan energi.
Sebagai pengantar acara Dialog HIPMI, Zuli Hendriyanto Direktur Eksekutif Indonesia Energi Monitoring (indering) yang menjadi Moderator dalam acara Forum Dialog HIPMI menyampaikan, di masa depan, energi akan menjadi permasalahan pelik yang harus dihadapi oleh dunia, termasuk Indonesia.
Kondisi saat ini menunjukkan dunia masih mengandalkan energi yang bersumber dari fosil sebagai bahan bakar utama. Sumber energi utama di Indonesia berasal dari fosil. Ketergantungan terhadap sumber energi fosil tersebut tampak sangat berat dan sulit untuk dapat segera dikurangi, mengingat substitusi dengan sumber energi non-fosil sangat kecil dan lambat. Alternatif yang dapat dilakukan adalah menggunakan sumber-sumber energi alternatif, energi baru, dan terbarukan. Termasuk energi yang berasal dari hasil-hasil pertanian. Hal ini menandai perubahan peran pertanian, bukan lagi hanya sebagai pemasok bahan pangan dan pakan, tetapi juga sebagai pemasok bahan baku energi, khususnya untuk bioenergi.
Secara khusus, tanaman tropis mempunyai keunggulan sebagai bahan baku bioenergi, karena memungkinkan untuk tumbuh sepanjang tahun. Dalam Sambutannya, Anggawira mengatakan strategi yang dapat dilakukan pada situasi ini adalah mengintegrasikan pengembangan pertanian dengan pengembangan energi terbarukan.
Anggawira juga menguraikan potensi hasil pertanian sebagai sumber energi, misalnya pada komoditas kelapa sawit. Konsumsi minyak kelapa sawit crude palm oil (CPO) di dunia menunjukkan angka kenaikan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Selama periode tahun 2003-2007 konsumsi CPO dunia mencapai hampir 26 juta ton. Nilai ini meningkat dibandingkan dengan konsumsi CPO selama periode 1998–2003, yaitu mencapai sekitar 20 juta ton Saat ini, Indonesia memiliki luas areal tanaman kelapa sawit sebesar 5,6 juta ha dan produksi CPO sebesar 12,45 juta ton. Sebagai salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar didunia, Indonesia mempunyai potensi untuk menjadi salah satu penghasil biodiesel terbesar.
Selain minyak sawit, limbah dari industri ini juga memiliki potensi besar untuk kemudian diolah menjadi sumber energi. Industri lain yang memiliki potensi dalam pengembangan bioenergi adalah industri gula untuk pengolahan bioetanol. Semua sektor pembangunan, tak terkecuali sektor pertanian, sangat berkepentingan terhadap ketersediaan dan keberlanjutan sumberdaya energi. Sektor pertanian dalam arti luas, termasuk di dalamnya perikanan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan, pada setiap tahapan aktifitasnya selalu memerlukan input energi.
Namun, berdasarkan target kebijakan sektor energi sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 2007 tentang energi nasional, peran sektor pertanian telah digeser, bukan lagi hanya sebagai pengguna energi tetapi juga harus berperan sebagai penyedia sumber energi. Anggawira berharap sektor pertanian diharapkan mampu memasok sebagian kebutuhan energi, dalam bentuk bahan bakar biomassa padat serta dalam bentuk bahan bakar cair atau bahan bakar nabati (bio-diesel, bio-ethanol, bio-kerosene) pengganti bahan bakar minyak (BBM). Disinilah persoalan muncul, yakni bagaimana mengkompromikan food, feed, fuel. (Anggawira/mar)
Anggawira adalah Ketua Forum Dialog HIPMI dan pewarta warga.
Mulai 16 Oktober-1 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "6 Alasan Aku Cinta Indonesia". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.