Citizen6, Jakarta: Baik di Spanyol maupun di Indonesia, pianis/komponis terkemuka Ananda Sukarlan mengajak para musikus muda berbakat tanah air untuk ikut konser dengannya di minggu-minggu kedepan ini, baik di dalam maupun luar negeri. Pendiri Yayasan Musik Sastra Indonesia ini memang banyak memfokuskan kegiatannya terhadap para musikus muda untuk menetapkan identitas musik klasik Indonesia di peta musik dunia.
Konser piano tunggalnya, Minggu 20 Oktober 2013 lalu di Aula Simfonia telah disebut-sebut sebagai "legendaris". Karena keberhasilannya membawa identitas musik klasik Indonesia ke tingkat dunia dengan karya-karyanya Rapsodia Nusantara, berdasarkan tema-tema musik rakyat dari seluruh provinsi di Indonesia.
Kini Ananda akan konser lagi di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Sabtu 2 November 2013. Di konser ini ia mengajak musikus muda berbakat Giovani Biga (biola, 17 th yg terpilih menjadi wakil Indonesia di Asian Youth Orchestra yang telah tour ke banyak negara Asia seperti Jepang, Hongkong dll), Marini Widyastari (flute, lulusan Royal College of Music Manchester (Inggris), dan Theodora Amabel Beatrice, pemenang Kompetisi Nasional "Tembang Puitik Ananda Sukarlan" 2013. Berhubung kapasitas Teater Kecil yang terbatas, konser akan diadakan 2 kali, yaitu pada pukul 17.00 WIB dan pukul 20.00 WIB. Selain karyanya sendiri, mereka akan membawakan karya Schubert dan Prokofiev. Puncak acara ini adalah karya Ananda Sukarlan, "Bibirku Bersujud di Bibirmu" yang menggambarkan kisah tsunami di Aceh 2004.
Setelah konser, Ananda Sukarlan akan langsung terbang ke Spanyol, untuk konser di Madrid Conservatory of Music. Di konser yang diselenggarakan dengan kerjasama Kedutaan Besar RI di Madrid ini ia akan mengajak para musisi klasik muda Indonesia yang kini sedang kuliah di konservatorium di Eropah Barat. Antara lain, 2 dari konservatorium di Belgia (Amelia Tionanda (biola) & Grace Petrona (biola alto), gitaris John Paul dari Napoli (Italia), serta pemain flute Ratna Indira dari konservatorium Paris.
Selain karya-karya dari Indonesia yang akan mereka bawakan, karya komponis Spanyol terkemuka seperti David del Puerto dan Santiago Lanchares juga turut akan dibawakan. Dengan tujuan pertukaran kebudayaan yang diharapkan dapat berlanjut di negara-negara lain di Eropa. Tidak ketinggalan nomor Rapsodia Nusantara yang telah sukses disambut penonton di banyak negara di 4 benua. Konser ini akan diadakan pada Minggu 10 November 2013, pukul 18.00 waktu setempat.
"Kelestarian seni dan budaya Indonesia kini bergantung di generasi muda kita. Para musisi klasik muda generasi sebelumnya banyak yang sudah kuliah dan lulus di luar negeri tapi gagal dalam berkarir sebagai musisi profesional, karena meninggalkan ke-Indonesiaan-nya dan hanya sibuk berusaha memainkan karya-karya Mozart, Chopin, dan lain-lain yang sudah dimainkan dengan jauh lebih baik oleh para musikus Eropah. Padahal, yang dibutuhkan publik Eropa sekarang adalah sesuatu yang baru, segar dan berkualitas," ungkap Ananda.
"Sebagai orang Indonesia, kita punya kekayaan musik yang besar dan potensial untuk mencetak identitas yang kuat, kenapa justru tidak digunakan? Kita adalah negara terkaya di dunia dalam musik etnik, yang dapat menjadi bahan untuk diolah dalam konser-konser kita. Semoga para musisi muda kita tidak membuat kesalahan yang sama sehingga mampu bersaing di tingkat dunia," harap Ananda. (Cendra Panatan/mar)
Cendra Panatan adalah pewarta warga yang bisa dihubungi lewat email ycep@yahoo.com
Mulai 16 Oktober-1 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "6 Alasan Aku Cinta Indonesia". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Konser piano tunggalnya, Minggu 20 Oktober 2013 lalu di Aula Simfonia telah disebut-sebut sebagai "legendaris". Karena keberhasilannya membawa identitas musik klasik Indonesia ke tingkat dunia dengan karya-karyanya Rapsodia Nusantara, berdasarkan tema-tema musik rakyat dari seluruh provinsi di Indonesia.
Kini Ananda akan konser lagi di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Sabtu 2 November 2013. Di konser ini ia mengajak musikus muda berbakat Giovani Biga (biola, 17 th yg terpilih menjadi wakil Indonesia di Asian Youth Orchestra yang telah tour ke banyak negara Asia seperti Jepang, Hongkong dll), Marini Widyastari (flute, lulusan Royal College of Music Manchester (Inggris), dan Theodora Amabel Beatrice, pemenang Kompetisi Nasional "Tembang Puitik Ananda Sukarlan" 2013. Berhubung kapasitas Teater Kecil yang terbatas, konser akan diadakan 2 kali, yaitu pada pukul 17.00 WIB dan pukul 20.00 WIB. Selain karyanya sendiri, mereka akan membawakan karya Schubert dan Prokofiev. Puncak acara ini adalah karya Ananda Sukarlan, "Bibirku Bersujud di Bibirmu" yang menggambarkan kisah tsunami di Aceh 2004.
Setelah konser, Ananda Sukarlan akan langsung terbang ke Spanyol, untuk konser di Madrid Conservatory of Music. Di konser yang diselenggarakan dengan kerjasama Kedutaan Besar RI di Madrid ini ia akan mengajak para musisi klasik muda Indonesia yang kini sedang kuliah di konservatorium di Eropah Barat. Antara lain, 2 dari konservatorium di Belgia (Amelia Tionanda (biola) & Grace Petrona (biola alto), gitaris John Paul dari Napoli (Italia), serta pemain flute Ratna Indira dari konservatorium Paris.
Selain karya-karya dari Indonesia yang akan mereka bawakan, karya komponis Spanyol terkemuka seperti David del Puerto dan Santiago Lanchares juga turut akan dibawakan. Dengan tujuan pertukaran kebudayaan yang diharapkan dapat berlanjut di negara-negara lain di Eropa. Tidak ketinggalan nomor Rapsodia Nusantara yang telah sukses disambut penonton di banyak negara di 4 benua. Konser ini akan diadakan pada Minggu 10 November 2013, pukul 18.00 waktu setempat.
"Kelestarian seni dan budaya Indonesia kini bergantung di generasi muda kita. Para musisi klasik muda generasi sebelumnya banyak yang sudah kuliah dan lulus di luar negeri tapi gagal dalam berkarir sebagai musisi profesional, karena meninggalkan ke-Indonesiaan-nya dan hanya sibuk berusaha memainkan karya-karya Mozart, Chopin, dan lain-lain yang sudah dimainkan dengan jauh lebih baik oleh para musikus Eropah. Padahal, yang dibutuhkan publik Eropa sekarang adalah sesuatu yang baru, segar dan berkualitas," ungkap Ananda.
"Sebagai orang Indonesia, kita punya kekayaan musik yang besar dan potensial untuk mencetak identitas yang kuat, kenapa justru tidak digunakan? Kita adalah negara terkaya di dunia dalam musik etnik, yang dapat menjadi bahan untuk diolah dalam konser-konser kita. Semoga para musisi muda kita tidak membuat kesalahan yang sama sehingga mampu bersaing di tingkat dunia," harap Ananda. (Cendra Panatan/mar)
Cendra Panatan adalah pewarta warga yang bisa dihubungi lewat email ycep@yahoo.com
Mulai 16 Oktober-1 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "6 Alasan Aku Cinta Indonesia". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.