Citizen6, Jakarta: Menjelang suksesi kepemimpinan pada 2014 nanti, partai politik terus giat menjaring calon presiden dengan pola dan strateginya masing-masing. Beberapa Parpol bahkan telah memilih dan mendeklarasikan pasangan Capres dan Cawapresnya. Sedangkan Parpol lainnya masih terus giat menjajaki sosok Capres dan Cawapres dengan strategi dan pertimbangan politik yang matang. Â Â Â
Partai PDIP sampai detik ini belum menentukan siapa Capres 2014. Hal ini membuat PDIP dalam posisi tidak nyaman dan dilematis antara mengusung Megawati atau Jokowi. Menentukan sosok pilihan publik sangat signifikan bagi Partai PDIP, selain untuk mendongkrak elektabilitas PDIP pada Pemilu Legislatif 2014 juga untuk menyuguhkan figur pemimpin nasional yang menjadi pilihan rakyat, mengingat Presiden dipilih langsung oleh rakyat.
Apabila salah dalam menentukan dan menyodorkan sosok pemimpin nasional dari Partai PDIP kepada publik bisa berakibat fatal terhadap Partai PDIP. Selain menetapkan kriteria secara internal dari PDIP, Partai PDIP haruslah juga memperhatikan aspek kecenderungan publik dalam menentukan sosok pemimpin nasionalnya. Â
Lembaga Survei Independen Nusantara (LSIN) menyelenggarakan survei nasional rentang waktu 15 Agustus 2013 sampai 20 September 2013 dengan melibatkan 1.500 responden dari 34 Provinsi di Indonesia di tambah beberapa responden dari luar negeri untuk menjajaki aspirasi publik terhadap munculnya pemimpin nasional dari partai PDIP.    Â
  Â
Direktur eksekutif LSIN, Yasin Mohammad, mengatakan hasil survey nasional LSIN menunjukkan masyarakat menyodorkan 5 nama yang menurutnya layak sebagai Capres dari Partai PDIP, yaitu Joko Widodo, Megawati Sukarno Putri, Guruh Sukarno Putra, Pramono Anung, dan Puan Maharani. Selain lima nama tersebut publik juga mengusulkan nama lain seperti Cahyo Kumolo, Rieke Diah Pitaloka, dan Budiman Sudjatmiko dengan suara dibawah 1%.
Â
Dari kelima sosok di atas nama Joko Widodo menarik untuk dicermati. Jokowi sapaan akrab Joko Widodo ini, menempati posisi teratas. Elektabilitas Jokowi unggul di atas Megawati Sukarno Putri. Saat ini tingkat keterpilihan Jokowi sebagai Capres pilihan publik dari PDIP mencapai 35,4%, disusul kemudian Megawati Sukarno Putri 31,8%, Guruh Sukarno Putra 11,0%, Pramono Anung 2,5%, Puan Maharani 1,9%. Kemudian sisanya 0,6% tersebar pada nama-nama lainnya seperti Cahyo Kumolo, Rieke Diah Pitaloka dan Budiman Sudjatmiko.
"Selebihnya 16,9% tidak menjawab atau tidak tahu sosok yang pantas menjadi Capres dari PDIP," tutur direktur eksekutif LSIN, Yasin Mohammad.   Â
Menarik mencermati sosok Jokowi, berdasarkan hasil survei LSIN, ia diminati secara luas dan dari beragam kalangan, baik dari sisi demografi, geografi, sosio ekonomi, dan latar belakang politik responden. Jokowi diminati tidak hanya oleh simpatisan PDIP tapi juga oleh simpatisan partai lain. Dari aspek demografi, Jokowi juga diminati kelas bawah menengah dan atas, pemilih pemula, dewasa dan lansia juga memilih Jokowi. Secara geografis dukungan Jokowi merata di seluruh Provinsi di Indonesia.
Yasin Mohammad menambahkan fenomena tersebut tidak lepas dari sosok Jokowi sebagai pemimpin yang dikenal merakyat dan dekat dengan rakyatnya lewat jargonnya "blusukan Jokowi". Sosok Jokowi juga menjadi perhatian publik mengingat pemberitaan media yang begitu intens dan dibarengi dengan kerja-kerja nyata Jokowi dalam mewujudkan Jakarta Baru. Jokowi juga dinilai publik mampu menyajikan sosok pemimpin baru di Indonesia dengan gaya low profile, tidak elitis, dan melakukan kerja-kerja konkrit.
Sedangkan sosok Megawati Sukarno Putri masih sangat populer di masyarakat. Hal ini tidak lepas dari kiprah politiknya dimana Megawati adalah salah satu anak Sukarno, Megawati mantan Presiden RI dan saat ini juga menjadi Ketum PDIP. Sikap kritis PDIP sebagai partai oposan juga sering disampaikan lewat pidato-pidato politik Megawati. Megawati bersama PDIP dinilai publik sebegai penerus perjuangan Sukarno. Secara geografis dukungan Megawati menyeluruh di semua provinsi. Dari aspek ideologi politik responden, Megawati diminati tidak saja dari simpatisan PDIP melainkan juga simpatisan partai lain. Dari aspek demografi Megawati banyak diminati oleh kalangan perempuan karena Megawati memang menjadi sosok politikus perempuan Indonesia, dari aspek ekonomi Megawati diminati kalangan menengah ke bawah dan minim di kalangan atas. (Yasin Mohammad/mar)
Yasin Mohammad adalag Direktur Eksekutif LSIN dan pewarta warga.
Mulai 16 Oktober-1 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "6 Alasan Aku Cinta Indonesia". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Partai PDIP sampai detik ini belum menentukan siapa Capres 2014. Hal ini membuat PDIP dalam posisi tidak nyaman dan dilematis antara mengusung Megawati atau Jokowi. Menentukan sosok pilihan publik sangat signifikan bagi Partai PDIP, selain untuk mendongkrak elektabilitas PDIP pada Pemilu Legislatif 2014 juga untuk menyuguhkan figur pemimpin nasional yang menjadi pilihan rakyat, mengingat Presiden dipilih langsung oleh rakyat.
Apabila salah dalam menentukan dan menyodorkan sosok pemimpin nasional dari Partai PDIP kepada publik bisa berakibat fatal terhadap Partai PDIP. Selain menetapkan kriteria secara internal dari PDIP, Partai PDIP haruslah juga memperhatikan aspek kecenderungan publik dalam menentukan sosok pemimpin nasionalnya. Â
Lembaga Survei Independen Nusantara (LSIN) menyelenggarakan survei nasional rentang waktu 15 Agustus 2013 sampai 20 September 2013 dengan melibatkan 1.500 responden dari 34 Provinsi di Indonesia di tambah beberapa responden dari luar negeri untuk menjajaki aspirasi publik terhadap munculnya pemimpin nasional dari partai PDIP.    Â
  Â
Direktur eksekutif LSIN, Yasin Mohammad, mengatakan hasil survey nasional LSIN menunjukkan masyarakat menyodorkan 5 nama yang menurutnya layak sebagai Capres dari Partai PDIP, yaitu Joko Widodo, Megawati Sukarno Putri, Guruh Sukarno Putra, Pramono Anung, dan Puan Maharani. Selain lima nama tersebut publik juga mengusulkan nama lain seperti Cahyo Kumolo, Rieke Diah Pitaloka, dan Budiman Sudjatmiko dengan suara dibawah 1%.
Â
Dari kelima sosok di atas nama Joko Widodo menarik untuk dicermati. Jokowi sapaan akrab Joko Widodo ini, menempati posisi teratas. Elektabilitas Jokowi unggul di atas Megawati Sukarno Putri. Saat ini tingkat keterpilihan Jokowi sebagai Capres pilihan publik dari PDIP mencapai 35,4%, disusul kemudian Megawati Sukarno Putri 31,8%, Guruh Sukarno Putra 11,0%, Pramono Anung 2,5%, Puan Maharani 1,9%. Kemudian sisanya 0,6% tersebar pada nama-nama lainnya seperti Cahyo Kumolo, Rieke Diah Pitaloka dan Budiman Sudjatmiko.
"Selebihnya 16,9% tidak menjawab atau tidak tahu sosok yang pantas menjadi Capres dari PDIP," tutur direktur eksekutif LSIN, Yasin Mohammad.   Â
Menarik mencermati sosok Jokowi, berdasarkan hasil survei LSIN, ia diminati secara luas dan dari beragam kalangan, baik dari sisi demografi, geografi, sosio ekonomi, dan latar belakang politik responden. Jokowi diminati tidak hanya oleh simpatisan PDIP tapi juga oleh simpatisan partai lain. Dari aspek demografi, Jokowi juga diminati kelas bawah menengah dan atas, pemilih pemula, dewasa dan lansia juga memilih Jokowi. Secara geografis dukungan Jokowi merata di seluruh Provinsi di Indonesia.
Yasin Mohammad menambahkan fenomena tersebut tidak lepas dari sosok Jokowi sebagai pemimpin yang dikenal merakyat dan dekat dengan rakyatnya lewat jargonnya "blusukan Jokowi". Sosok Jokowi juga menjadi perhatian publik mengingat pemberitaan media yang begitu intens dan dibarengi dengan kerja-kerja nyata Jokowi dalam mewujudkan Jakarta Baru. Jokowi juga dinilai publik mampu menyajikan sosok pemimpin baru di Indonesia dengan gaya low profile, tidak elitis, dan melakukan kerja-kerja konkrit.
Sedangkan sosok Megawati Sukarno Putri masih sangat populer di masyarakat. Hal ini tidak lepas dari kiprah politiknya dimana Megawati adalah salah satu anak Sukarno, Megawati mantan Presiden RI dan saat ini juga menjadi Ketum PDIP. Sikap kritis PDIP sebagai partai oposan juga sering disampaikan lewat pidato-pidato politik Megawati. Megawati bersama PDIP dinilai publik sebegai penerus perjuangan Sukarno. Secara geografis dukungan Megawati menyeluruh di semua provinsi. Dari aspek ideologi politik responden, Megawati diminati tidak saja dari simpatisan PDIP melainkan juga simpatisan partai lain. Dari aspek demografi Megawati banyak diminati oleh kalangan perempuan karena Megawati memang menjadi sosok politikus perempuan Indonesia, dari aspek ekonomi Megawati diminati kalangan menengah ke bawah dan minim di kalangan atas. (Yasin Mohammad/mar)
Yasin Mohammad adalag Direktur Eksekutif LSIN dan pewarta warga.
Mulai 16 Oktober-1 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "6 Alasan Aku Cinta Indonesia". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.