Citizen6, Depok: Seberapa banyak saat ini anak muda yang masih mengingat kisah sejarah Sumpah Pemuda? Apa deklarasinya? Kenapa Sumpah Pemuda itu bisa lahir? Dan apa pentingnya Sumpah Pemuda?
Mengangkat alasan cinta Indonesia dari sisi historical kejadian Sumpah Pemuda, Dina ingin mengungkapkan beberapa hal yang membuatnya mencintai dan mengagumi Indonesia. Menurutnya, tanpa mengetahui dan mengenal sejarah bangsa sendiri, rasa cinta kepada tanah air akan sulit untuk tumbuh. Persis, seperti kata pepatah, "Tak kenal maka tak sayang".
1. Rasa cinta tanah air melahirkan rasa memiliki
Sebelum mengungkapkan apa yang membuat kamu cinta Indonesia, tanyakan ini ke dirimu, apakah kamu mencintai Indonesia? Kalau kamu tidak mencintai Indonesia, tidak mungkin bisa mengukapkan sikap yang menunjukkan rasa cinta kepada negerimu. Tiap manusia yang lahir di bumi diberikan sebuah emosi dan perasaan untuk merasakan rasa cinta, tapi sayangnya seberapa banyak dari kita yang bisa menumbuhkan karakter cinta tersebut khususnya ke bangsa sendiri.
Kongres ini lahir dari rasa cinta mereka yang begitu menggebu dan mereka ingin mengungkapkannya kepada bangsa termasuk para penjajah. Mereka ingin “membakar” semangat para pemuda dan “menularkan” perasaan cinta mereka ke seluruh bangsa ini. Para pemuda ini menyadari menumbuhkan kesadaran cinta tanah air adalah salah satu pondasi yang dibutuhkan agar bangsa ini bisa tetap berdiri untuk menghadapi banyak tantangan di depan.
Rasa cinta selalu melahirkan banyak hal, salah satunya rasa memiliki. Saat itu bangsa Indonesia belum merdeka tapi perasaan memiliki mereka akan bangsa ini tidak luntur. Meskipun saat itu kemerdekaan belum lahir di bangsa ini tapi kemerdekaan mereka untuk memiliki bangsa ini telah lahir dalam hati, pikiran dan hidup mereka secara kuat.
2. Rasa cinta tanah air melahirkan sikap mau berjuang
Kisah sejarah Sumpah Pemuda itu tidak berlangsung hanya dalam waktu sekejap. Adanya Kongres Pemuda I dan II menunjukkan prosesnya tidak mudah dengan jangka waktu yang tidak sebentar. Lokasi pertemuan yang tidak hanya sekali menunjukkan bagaimana keseriusan para pemuda ini. Bahkan sebelum adanya Kongres Pemuda, sudah banyak perkumpulan penggerak yang dirintis oleh anak muda Indonesia di tahun-tahun sebelumnya. Sebut saja Budi Utomo, Dewi Sartika, Siti Wardiah (istri dari Ahmad Dahlan), Maria Walanda Maramis, Ki Hajar Dewantara, R.A. Kartini, para pelajar, dan para anak muda lainnya. Mereka berjuang dalam segala bidang, baik itu pendidikan, derajat dan emansipasi wanita, politik, dan lain-lain.
3. Rasa cinta tanah air melahirkan sikap pengorbanan
Cinta selalu berelasi dengan pengorbanan. Bukan cinta namanya kalau tidak mau berkorban. Seringkali kita mengkalkulasikan dan memperhitungkan segala sesuatu. Terkesan baik, tapi tidak jarang juga digunakan karena kita tidak mau berkorban. Untuk sesuatu hal yang besar selalu ada harga yang harus siap dibayar. Perlu diingat penjajah masih ada saat itu. Membuat suatu kongres besar bukan berarti tidak ada taruhannya. Mereka mengorbankan nyawa sebagai taruhan. Bisa saja ketika kongres terjadi, penjajah meledakan lokasi. Bisa saja ketika itu mereka diserang, sabotase bisa berlangsung. Apapun bisa terjadi saat itu tapi mereka siap untuk berkorban.
4. Rasa cinta tanah air melahirkan sikap keberanian
Sering kali kita menemukan anak-anak muda yang berani tauran, berani menggunakan narkoba, berani tidak hormat dengan orang tua, berani kebut-kebutan di jalan, berani melanggar norma, dan banyak keberanian lainnya yang ditunjukkan anak muda saat ini dengan cara yang salah. Jika dibandingkan dengan para pelopor generasi muda dulu, mereka menggunakan keberanian dengan cara yang tepat, antara lain dengan "melepaskan" kedaerahan dan keagamaan.
Adanya organisasi suku seperti Jong Java, Jong Sumantra Bond, Jong Selebes, Jong Ambon, Jong Minahasa, Jong Batak, Sekar Rukun (Pasundan). Bahkan perkumpulan agama seperti Jon Islami Bond, Anshor Nahdatul Ulama, Pemuda Muhammadiyah, Persatuan Pemuda Kristen, Persatuan Pemuda Katholik. Kalau ditelusuri lebih lagi ada pemuda tionghoa yang terlibat. Mereka berani menerobos dengan cara berbeda. Mereka berani mempersatukan perbedaan dari sisi latar belakang sejarah tiap suku, bahasa, hukum adat, agama, serta perbedaan lainnya. Sedangkan saat ini masih sering kita menemukan keberanian memisahkan dan memecah belah bangsa ini hanya karena perbedaan.
5. Rasa cinta menghasilkan persatuan
Keberanian di atas bukan tanpa tujuan. Banyak anak muda saat ini melakukan keberanian yang konyol karena mereka tidak punya tujuan yang tepat. Tujuan para pelopor pemuda adalah untuk persatuan. Mereka menyadari Indonesia adalah bangsa yang unik, bangsa yang punya perbedaan, bangsa yang memiliki banyak etnis dan budaya, bangsa yang kaya dengan sumber daya (tidak hanya sumber daya alam).
Mereka juga menyadari yang membuat bangsa Indonesia hancur adalah pemecah belah, bukan perbedaan. Belanda sebagai penjajah saat itu membuat negara boneka di bumi pertiwi ini sebagai bentuk pemecah. Sayangnya saat ini kita masih menemukan generasi bangsa yang memilih spirit pemecah belah untuk diterapkan di bangsa ini dibandingkan warisan pemersatu yang sudah diberikan oleh para pejuang muda saat itu untuk kita teruskan.
6. Rasa cinta menghasilkan produktivitas
Tahukah kalian lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan pertama kali bukan di hari Proklamasi? Tahukah kalian Sang Saka Merah Putih diakui sebagai bendera bangsa ini pada saat Kongres Pemuda? Mereka tidak hanya melahirkan sebuah ikrar Sumpah Pemuda tapi mereka menggerakkan sebuah momentum hasil perjuangan untuk 17 tahun kemudian yaitu 17 Agustus 1945.
6 hal di atas yang membuat Dina mencintai bangsa ini dari sekian banyak alasan. (Dina Margaretha Kurnia/mar)
Dina Margaretha Kurnia adalah pewarta warga.
Mulai 16 Oktober-1 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "6 Alasan Aku Cinta Indonesia". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Mengangkat alasan cinta Indonesia dari sisi historical kejadian Sumpah Pemuda, Dina ingin mengungkapkan beberapa hal yang membuatnya mencintai dan mengagumi Indonesia. Menurutnya, tanpa mengetahui dan mengenal sejarah bangsa sendiri, rasa cinta kepada tanah air akan sulit untuk tumbuh. Persis, seperti kata pepatah, "Tak kenal maka tak sayang".
1. Rasa cinta tanah air melahirkan rasa memiliki
Sebelum mengungkapkan apa yang membuat kamu cinta Indonesia, tanyakan ini ke dirimu, apakah kamu mencintai Indonesia? Kalau kamu tidak mencintai Indonesia, tidak mungkin bisa mengukapkan sikap yang menunjukkan rasa cinta kepada negerimu. Tiap manusia yang lahir di bumi diberikan sebuah emosi dan perasaan untuk merasakan rasa cinta, tapi sayangnya seberapa banyak dari kita yang bisa menumbuhkan karakter cinta tersebut khususnya ke bangsa sendiri.
Kongres ini lahir dari rasa cinta mereka yang begitu menggebu dan mereka ingin mengungkapkannya kepada bangsa termasuk para penjajah. Mereka ingin “membakar” semangat para pemuda dan “menularkan” perasaan cinta mereka ke seluruh bangsa ini. Para pemuda ini menyadari menumbuhkan kesadaran cinta tanah air adalah salah satu pondasi yang dibutuhkan agar bangsa ini bisa tetap berdiri untuk menghadapi banyak tantangan di depan.
Rasa cinta selalu melahirkan banyak hal, salah satunya rasa memiliki. Saat itu bangsa Indonesia belum merdeka tapi perasaan memiliki mereka akan bangsa ini tidak luntur. Meskipun saat itu kemerdekaan belum lahir di bangsa ini tapi kemerdekaan mereka untuk memiliki bangsa ini telah lahir dalam hati, pikiran dan hidup mereka secara kuat.
2. Rasa cinta tanah air melahirkan sikap mau berjuang
Kisah sejarah Sumpah Pemuda itu tidak berlangsung hanya dalam waktu sekejap. Adanya Kongres Pemuda I dan II menunjukkan prosesnya tidak mudah dengan jangka waktu yang tidak sebentar. Lokasi pertemuan yang tidak hanya sekali menunjukkan bagaimana keseriusan para pemuda ini. Bahkan sebelum adanya Kongres Pemuda, sudah banyak perkumpulan penggerak yang dirintis oleh anak muda Indonesia di tahun-tahun sebelumnya. Sebut saja Budi Utomo, Dewi Sartika, Siti Wardiah (istri dari Ahmad Dahlan), Maria Walanda Maramis, Ki Hajar Dewantara, R.A. Kartini, para pelajar, dan para anak muda lainnya. Mereka berjuang dalam segala bidang, baik itu pendidikan, derajat dan emansipasi wanita, politik, dan lain-lain.
3. Rasa cinta tanah air melahirkan sikap pengorbanan
Cinta selalu berelasi dengan pengorbanan. Bukan cinta namanya kalau tidak mau berkorban. Seringkali kita mengkalkulasikan dan memperhitungkan segala sesuatu. Terkesan baik, tapi tidak jarang juga digunakan karena kita tidak mau berkorban. Untuk sesuatu hal yang besar selalu ada harga yang harus siap dibayar. Perlu diingat penjajah masih ada saat itu. Membuat suatu kongres besar bukan berarti tidak ada taruhannya. Mereka mengorbankan nyawa sebagai taruhan. Bisa saja ketika kongres terjadi, penjajah meledakan lokasi. Bisa saja ketika itu mereka diserang, sabotase bisa berlangsung. Apapun bisa terjadi saat itu tapi mereka siap untuk berkorban.
4. Rasa cinta tanah air melahirkan sikap keberanian
Sering kali kita menemukan anak-anak muda yang berani tauran, berani menggunakan narkoba, berani tidak hormat dengan orang tua, berani kebut-kebutan di jalan, berani melanggar norma, dan banyak keberanian lainnya yang ditunjukkan anak muda saat ini dengan cara yang salah. Jika dibandingkan dengan para pelopor generasi muda dulu, mereka menggunakan keberanian dengan cara yang tepat, antara lain dengan "melepaskan" kedaerahan dan keagamaan.
Adanya organisasi suku seperti Jong Java, Jong Sumantra Bond, Jong Selebes, Jong Ambon, Jong Minahasa, Jong Batak, Sekar Rukun (Pasundan). Bahkan perkumpulan agama seperti Jon Islami Bond, Anshor Nahdatul Ulama, Pemuda Muhammadiyah, Persatuan Pemuda Kristen, Persatuan Pemuda Katholik. Kalau ditelusuri lebih lagi ada pemuda tionghoa yang terlibat. Mereka berani menerobos dengan cara berbeda. Mereka berani mempersatukan perbedaan dari sisi latar belakang sejarah tiap suku, bahasa, hukum adat, agama, serta perbedaan lainnya. Sedangkan saat ini masih sering kita menemukan keberanian memisahkan dan memecah belah bangsa ini hanya karena perbedaan.
5. Rasa cinta menghasilkan persatuan
Keberanian di atas bukan tanpa tujuan. Banyak anak muda saat ini melakukan keberanian yang konyol karena mereka tidak punya tujuan yang tepat. Tujuan para pelopor pemuda adalah untuk persatuan. Mereka menyadari Indonesia adalah bangsa yang unik, bangsa yang punya perbedaan, bangsa yang memiliki banyak etnis dan budaya, bangsa yang kaya dengan sumber daya (tidak hanya sumber daya alam).
Mereka juga menyadari yang membuat bangsa Indonesia hancur adalah pemecah belah, bukan perbedaan. Belanda sebagai penjajah saat itu membuat negara boneka di bumi pertiwi ini sebagai bentuk pemecah. Sayangnya saat ini kita masih menemukan generasi bangsa yang memilih spirit pemecah belah untuk diterapkan di bangsa ini dibandingkan warisan pemersatu yang sudah diberikan oleh para pejuang muda saat itu untuk kita teruskan.
6. Rasa cinta menghasilkan produktivitas
Tahukah kalian lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan pertama kali bukan di hari Proklamasi? Tahukah kalian Sang Saka Merah Putih diakui sebagai bendera bangsa ini pada saat Kongres Pemuda? Mereka tidak hanya melahirkan sebuah ikrar Sumpah Pemuda tapi mereka menggerakkan sebuah momentum hasil perjuangan untuk 17 tahun kemudian yaitu 17 Agustus 1945.
6 hal di atas yang membuat Dina mencintai bangsa ini dari sekian banyak alasan. (Dina Margaretha Kurnia/mar)
Dina Margaretha Kurnia adalah pewarta warga.
Mulai 16 Oktober-1 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "6 Alasan Aku Cinta Indonesia". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.