Citizen6, Jakarta - Korban kecelakaan lalu lintas jalan masih terus bergelimpangan di Indonesia. Mereka merengang nyawa dan sebagian besar menanggung derita karena luka-luka. Dalam 20 tahun terakhir, lebih dari 300 ribu jiwa melayang sia-sia dan lebih dari setengah juta orang luka-luka.
Empat tahun terakhir, yakni 2010-2013, tiap hari rata-rata 80-an korban tewas akibat kecelakaan lalu lintas jalan. Sedangkan ratusan orang lainnya menderita luka-luka tiap hari. Mereka bertumbangan akibat 300-an kecelakaan yang terjadi dalam setiap hari.
Fakta lain menyebutkan, tiap tahun kerugian ekonomi secara langsung dan tidak langsung akibat kecelakaan mencapai Rp 200 triliun. Angka itu setara dengan 2,9% dari pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia.
Kerugian ekonomi amat mungkin mencapai sebesar itu, mengingat mayoritas korban kecelakaan adalah kalangan usia produktif. Tewasnya tulang punggung keluarga bakal membuat runtuhnya ekonomi keluarga yang bersangkutan. Luka yang parah juga bisa memangkas produktifitas sang korban yang bisa menghilangkan sumber pendapatan keluarga.
Road Safety Association (RSA) menilai hal itu tak bisa didiamkan. Optimisme korban kecelakaan harus dibangkitkan. Produktifitas mereka harus dikembalikan. "Kami memandang bahwa kepedihan yang terjadi harus diganti. Harus dibangun semangat baru," ujar Edo Rusyanto, ketua umum RSA Indonesia, di Jakarta, November 2013.
Duka yang berkepanjangan hanya menyia-nyiakan waktu. Optimisme harus dibangkitkankan dan produktifitas harus dikembalikan.
Kewajiban negara mutlak dalam melindungi para pengguna jalan. Peran publik mengisi celah kosong dengan terus membentengi diri saat berlalu lintas jalan. Mewujudkan jalan raya yang humanis. Jalan raya yang berkeselamatan.
Terkait hal itu, kata Edo Rusyanto, dalam bulan 'Perenungan Bagi Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan', RSA Indonesia membuat rangkaian kegiatan dan aksi di sejumlah kota.
Pada Sabtu, 9 November 20013, RSA bersama Plaza Indonesia Motor Club (PIMC) di Jakarta. Lalu, 10 November 2013 bersama Pulsarian Kaliber di Bekasi. Dilanjutkan dengan penyuluhan di SMU Negeri 1 Cirebon dan SMK Pesantren Buntet Cirebon, pada 16 November 2013.
Selain itu, lanjut Edo, menggelar aksi damai di Bandung, pada 24 November 2013. Sebagai penutup, puncaknya digelar Silaturahmi Jaringan Keselamatan Jalan, 30 November 2013, di Cibubur, Jakarta.
"Dalam Silaturahmi akan dihadirkan para relawan pejuang road safety dan para stakeholder keselamatan jalan di Indonesia," ujar Edo Rusyanto. (A Ahmad Fauzi/ kw)
A Ahmad Fauzi adalah pewarta warga
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Empat tahun terakhir, yakni 2010-2013, tiap hari rata-rata 80-an korban tewas akibat kecelakaan lalu lintas jalan. Sedangkan ratusan orang lainnya menderita luka-luka tiap hari. Mereka bertumbangan akibat 300-an kecelakaan yang terjadi dalam setiap hari.
Fakta lain menyebutkan, tiap tahun kerugian ekonomi secara langsung dan tidak langsung akibat kecelakaan mencapai Rp 200 triliun. Angka itu setara dengan 2,9% dari pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia.
Kerugian ekonomi amat mungkin mencapai sebesar itu, mengingat mayoritas korban kecelakaan adalah kalangan usia produktif. Tewasnya tulang punggung keluarga bakal membuat runtuhnya ekonomi keluarga yang bersangkutan. Luka yang parah juga bisa memangkas produktifitas sang korban yang bisa menghilangkan sumber pendapatan keluarga.
Road Safety Association (RSA) menilai hal itu tak bisa didiamkan. Optimisme korban kecelakaan harus dibangkitkan. Produktifitas mereka harus dikembalikan. "Kami memandang bahwa kepedihan yang terjadi harus diganti. Harus dibangun semangat baru," ujar Edo Rusyanto, ketua umum RSA Indonesia, di Jakarta, November 2013.
Duka yang berkepanjangan hanya menyia-nyiakan waktu. Optimisme harus dibangkitkankan dan produktifitas harus dikembalikan.
Kewajiban negara mutlak dalam melindungi para pengguna jalan. Peran publik mengisi celah kosong dengan terus membentengi diri saat berlalu lintas jalan. Mewujudkan jalan raya yang humanis. Jalan raya yang berkeselamatan.
Terkait hal itu, kata Edo Rusyanto, dalam bulan 'Perenungan Bagi Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan', RSA Indonesia membuat rangkaian kegiatan dan aksi di sejumlah kota.
Pada Sabtu, 9 November 20013, RSA bersama Plaza Indonesia Motor Club (PIMC) di Jakarta. Lalu, 10 November 2013 bersama Pulsarian Kaliber di Bekasi. Dilanjutkan dengan penyuluhan di SMU Negeri 1 Cirebon dan SMK Pesantren Buntet Cirebon, pada 16 November 2013.
Selain itu, lanjut Edo, menggelar aksi damai di Bandung, pada 24 November 2013. Sebagai penutup, puncaknya digelar Silaturahmi Jaringan Keselamatan Jalan, 30 November 2013, di Cibubur, Jakarta.
"Dalam Silaturahmi akan dihadirkan para relawan pejuang road safety dan para stakeholder keselamatan jalan di Indonesia," ujar Edo Rusyanto. (A Ahmad Fauzi/ kw)
A Ahmad Fauzi adalah pewarta warga
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.