Citizen6, Semarang: Kenapa saya dilahirkan di Indonesia? Pertanyaan ini diungkapkan Sri Utami saat dirinya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
"Hal ini dipicu oleh banyaknya berita-berita di televisi yang tidak menyenangkan dan membuat saya kecewa. Misalnya saja berita korupsi, kejahatan, rapat anggota parlemen yang berakhir dengan saling pukul antar peserta rapat, bencana alam, kemiskinan, pengangguran, perkelahian antar pelajar, perkosaan, dan masih banyak lagi," jelas Sri, mahasiswa Universitas Negeri Semarang, yang mengambil Jurusan Ekonomi.
Seiring berjalannya waktu, Sri menuturkan ia mulai mendapatkan jawabannya sedikit demi sedikit. "Semakin saya sering membaca, belajar dan melihat sekeliling saya, saya semakin tahu bahwa banyak sekali hal-hal yang patut saya banggakan di Indonesia," katanya.
Bukan hanya dibanggakan, di Indonesialah ia mendapat peluang untuk berkontribusi dalam membangun bangsa dan negara tempat dimana ia dilahirkan. Singkatnya, masih banyak "PR" yang bisa ia jadikan "ladang amal" saat berpartisipasi membangun bangsa. Baik itu terhadap sesama maupun kepada alam. Berikut perinciannya:
Pertama, makanan Indonesia hampir semuanya enak. Sri menceritakan pengalamannya saat melanjutkann studinya ke Belanda. Saat ada kegiatan intermasional, masakan Indonesia selalu menjadi andalan. Mulai dari sate, nasi goreng, rendang, dan berbagai macam gorengan, dengan mudahnya diserbu oleh teman-temannya. Ini membuktikan, masakan Indonesia mempunyai cita rasa yang sangat kaya.
"Saya yang hanya mempunyai ilmu masak pas-pasan, sekarang bisa dengan mudah menemukan bumbu asli racikan Indonesia di semua supermarket," jelas Sri.
Kedua, alam di Indonesia sangat Indah. "Baiklah, jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa, dilihat dari infrastruktur, gedung-gedung berarsitek megah yang sangat artistik, sarana transportasi, Indonesia memang belum bisa dibandingkan. Tapi, dari sisi alamnya, Indonesia memang menawan. Mulai tempat dimana saya lahir, terdapat Kebun Teh Besar," ungkapnya.
Salah satu kebun teh terbesar di Jawa Tengah ini, tepat berada di kaki Gunung Slamet. Selain udaranya yang sejuk dan bebas polusi, di sini dapat ditemui berbagai jenis sayuran dan buah-buahan.
Lain halnya jika membandingkan dengan wisata di Italia. Jika perjalanan ke Siena, Itali bisa melihat puing-puing kastil besar yang runtuh, dalam perjalanan ke kota kelahirannya, yaitu Bumiayu, Semarang, Jawa Tengah melalui jalur pantura kita bisa dimanjakan dengan suasana laut yang damai nan indah. Selain itu, warna hijau sawah yang sedang disemai, atau warna keemasan ladang sawah yang siap panen mengisi 3 jam perjalanan ke kota kelahiran mahasiswa Universitas Negeri Semarang ini.
Pantai-pantai di Jawa, apalagi di Indonesia, juga tidak bisa dibandingkan kecantikannya dengan pantai Scheveningen yang ada di Denhaag, Belanda. Scheveningen adalah pantai tercantik di Belanda. Namun di Indonesia, kita mempunyai banyak sekali wisata pantai yang jauh lebih cantik dan menawan. Sebut saja Pantai Ayah, Kebumen, di jawa Tengah, Pantai Senggigi di Lombok, Pantai Kuta di Bali, Pantai Romodong di pulau Bangka, dan masih banyak lainnya.
Ketiga, wayang kulit. Sri menjelaskan, ia bukan pecinta wayang kulit. Tapi begitu melihat pertunjukkannya secara langsung, ia dibuat terkesima.
Keempat, rasa kekeluargaan. Sri menyadari bahwa waktu adalah uang. Jika hanya sekali atau dua kali tiba-tiba bertamu tanpa pemberitahuan seminggu atau sebulan sebelumnya, bersiaplah orang yang kita maksud mempunyai agenda kegiatan lain. Sedangkan keluarga dan teman selalu ada waktu bila kita membutuhkannya. Tidak ada batasan waktu, jam, dan hari untuk bertemu dengan mereka.
Kelima, banyak sekali cerita-cerita yang sangat membanggakan tentang Indonesia. Ada beberapa televisi nasional yang gemar mengekspose orang-orang baik dan membanggakan yang telah berkontribusi terhadap sesama. Misalnya saja ada keluarga yang merawat orang gila, seorang guru kreatif yang menjadi inspiratif, seorang istri nelayan di demak menggerakkan warga disekitar untuk aktif membantu perekonomian keluarga, gagasan program gerakan mukena bersih meskipun tetap saja banyak yang hilang setelah dicuci bersih, seorang guru yang sudah tidak bisa bangun tapi masih semangat mengajar bahkan dibayar sukarela pula, dan lain-lain.
"Saya bangga dengan mereka. Saya bangga dan terinspirasi," ungkap Sri.
Keenam, para atlet Indonesia sangatlah membanggakan. Mulai dari kejuaraan Badminton yang baru-baru ini diraih Ahsan Muhammad/Hendra Setiawan misalnya, Juara Dunia Taekwondo Anak, Pencak Silat, dan yang juga masih hangat dperbincangkan adalah Tim Sepakbola Indonesia, Garuda U-19 yang berhasil mengalahkan Tim Korea Selatan dalam babak penyisihan Kualifikasi Piala Asia.
"Saya percaya, siapapun berhak dan berkesempatan untuk turut serta dalam membangun bangsa dan negara Indonesia sesuai dengan bidangnya masing-masing. Menyalahkan banyak sisi kegelapan bangsa tidak akan menyelesaikan masalah sama sekali," ujar Sri.
Mengutip perkataan Marin Luther King Jr,"Darkness cannot drive out darkness: only light can do that. Hate cannot drive out hate: only love can do that." Salam anak bangsa! (Sri Utami/mar)
Sri Utami adalah mahasiswa Universitas Negeri Semarang, Jurusan Ekonomi dan pewarta warga.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
"Hal ini dipicu oleh banyaknya berita-berita di televisi yang tidak menyenangkan dan membuat saya kecewa. Misalnya saja berita korupsi, kejahatan, rapat anggota parlemen yang berakhir dengan saling pukul antar peserta rapat, bencana alam, kemiskinan, pengangguran, perkelahian antar pelajar, perkosaan, dan masih banyak lagi," jelas Sri, mahasiswa Universitas Negeri Semarang, yang mengambil Jurusan Ekonomi.
Seiring berjalannya waktu, Sri menuturkan ia mulai mendapatkan jawabannya sedikit demi sedikit. "Semakin saya sering membaca, belajar dan melihat sekeliling saya, saya semakin tahu bahwa banyak sekali hal-hal yang patut saya banggakan di Indonesia," katanya.
Bukan hanya dibanggakan, di Indonesialah ia mendapat peluang untuk berkontribusi dalam membangun bangsa dan negara tempat dimana ia dilahirkan. Singkatnya, masih banyak "PR" yang bisa ia jadikan "ladang amal" saat berpartisipasi membangun bangsa. Baik itu terhadap sesama maupun kepada alam. Berikut perinciannya:
Pertama, makanan Indonesia hampir semuanya enak. Sri menceritakan pengalamannya saat melanjutkann studinya ke Belanda. Saat ada kegiatan intermasional, masakan Indonesia selalu menjadi andalan. Mulai dari sate, nasi goreng, rendang, dan berbagai macam gorengan, dengan mudahnya diserbu oleh teman-temannya. Ini membuktikan, masakan Indonesia mempunyai cita rasa yang sangat kaya.
"Saya yang hanya mempunyai ilmu masak pas-pasan, sekarang bisa dengan mudah menemukan bumbu asli racikan Indonesia di semua supermarket," jelas Sri.
Kedua, alam di Indonesia sangat Indah. "Baiklah, jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa, dilihat dari infrastruktur, gedung-gedung berarsitek megah yang sangat artistik, sarana transportasi, Indonesia memang belum bisa dibandingkan. Tapi, dari sisi alamnya, Indonesia memang menawan. Mulai tempat dimana saya lahir, terdapat Kebun Teh Besar," ungkapnya.
Salah satu kebun teh terbesar di Jawa Tengah ini, tepat berada di kaki Gunung Slamet. Selain udaranya yang sejuk dan bebas polusi, di sini dapat ditemui berbagai jenis sayuran dan buah-buahan.
Lain halnya jika membandingkan dengan wisata di Italia. Jika perjalanan ke Siena, Itali bisa melihat puing-puing kastil besar yang runtuh, dalam perjalanan ke kota kelahirannya, yaitu Bumiayu, Semarang, Jawa Tengah melalui jalur pantura kita bisa dimanjakan dengan suasana laut yang damai nan indah. Selain itu, warna hijau sawah yang sedang disemai, atau warna keemasan ladang sawah yang siap panen mengisi 3 jam perjalanan ke kota kelahiran mahasiswa Universitas Negeri Semarang ini.
Pantai-pantai di Jawa, apalagi di Indonesia, juga tidak bisa dibandingkan kecantikannya dengan pantai Scheveningen yang ada di Denhaag, Belanda. Scheveningen adalah pantai tercantik di Belanda. Namun di Indonesia, kita mempunyai banyak sekali wisata pantai yang jauh lebih cantik dan menawan. Sebut saja Pantai Ayah, Kebumen, di jawa Tengah, Pantai Senggigi di Lombok, Pantai Kuta di Bali, Pantai Romodong di pulau Bangka, dan masih banyak lainnya.
Ketiga, wayang kulit. Sri menjelaskan, ia bukan pecinta wayang kulit. Tapi begitu melihat pertunjukkannya secara langsung, ia dibuat terkesima.
Keempat, rasa kekeluargaan. Sri menyadari bahwa waktu adalah uang. Jika hanya sekali atau dua kali tiba-tiba bertamu tanpa pemberitahuan seminggu atau sebulan sebelumnya, bersiaplah orang yang kita maksud mempunyai agenda kegiatan lain. Sedangkan keluarga dan teman selalu ada waktu bila kita membutuhkannya. Tidak ada batasan waktu, jam, dan hari untuk bertemu dengan mereka.
Kelima, banyak sekali cerita-cerita yang sangat membanggakan tentang Indonesia. Ada beberapa televisi nasional yang gemar mengekspose orang-orang baik dan membanggakan yang telah berkontribusi terhadap sesama. Misalnya saja ada keluarga yang merawat orang gila, seorang guru kreatif yang menjadi inspiratif, seorang istri nelayan di demak menggerakkan warga disekitar untuk aktif membantu perekonomian keluarga, gagasan program gerakan mukena bersih meskipun tetap saja banyak yang hilang setelah dicuci bersih, seorang guru yang sudah tidak bisa bangun tapi masih semangat mengajar bahkan dibayar sukarela pula, dan lain-lain.
"Saya bangga dengan mereka. Saya bangga dan terinspirasi," ungkap Sri.
Keenam, para atlet Indonesia sangatlah membanggakan. Mulai dari kejuaraan Badminton yang baru-baru ini diraih Ahsan Muhammad/Hendra Setiawan misalnya, Juara Dunia Taekwondo Anak, Pencak Silat, dan yang juga masih hangat dperbincangkan adalah Tim Sepakbola Indonesia, Garuda U-19 yang berhasil mengalahkan Tim Korea Selatan dalam babak penyisihan Kualifikasi Piala Asia.
"Saya percaya, siapapun berhak dan berkesempatan untuk turut serta dalam membangun bangsa dan negara Indonesia sesuai dengan bidangnya masing-masing. Menyalahkan banyak sisi kegelapan bangsa tidak akan menyelesaikan masalah sama sekali," ujar Sri.
Mengutip perkataan Marin Luther King Jr,"Darkness cannot drive out darkness: only light can do that. Hate cannot drive out hate: only love can do that." Salam anak bangsa! (Sri Utami/mar)
Sri Utami adalah mahasiswa Universitas Negeri Semarang, Jurusan Ekonomi dan pewarta warga.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.