Sukses

`Garuda di Dadaku`, Secercah Harapan untuk Indonesia

Keindahan alam, kekayaan sumber alamnya yang mempesona, dan besar jumlah penduduknya, menggugah nasionalisme penduduk Indonesia.

Citizen6, Yogyakarta: Indonesia bagaikan surga dunia dengan pahatan yang luar biasa. Keindahan alam, kekayaan sumber alamnya yang mempesona, dan besar jumlah penduduknya, menggugah nasionalisme penduduk Indonesia melalui sebuah renungan, bahwa kita sebagai anak Indonesia harus mencintainya.

Ada banyak beragam cara untuk mencintai negeri ini. Salah satu contoh kecilnya bisa dengan tidak membuang sampah pada tempatnya, yang terkadang seringkali kita sepelekan, mencintai keberagaman budaya dan turut melestarikannya, menghormati perbedaan agama, suku, bahasa, dan masih banyak lagi yang lain. Dari sekian banyak alasan, berikut 6 alasan mewakili betapa cintanya kita kepada Indonesia:

1. Surga Tersembunyi

Siapa yang tidak mengenal bahkan pernah mengungjungi Bali, Pantai Gilitrawangan di Lombok, menyelam di kepulauan Raja Ampat, Papua, dan berwisata sejarah di Candi Borobudur, Jawa Tengah? Mungkin ada sebagain dari masyarakat Indonesia ada yang pernah datang ke salah satu tempat yang indah ini. Jangankan kita, para wisatawan dari luar negeri juga telah mengenal keindahan panorama alam di tempat-tempat tersebut.

Dengan julukan negara kepulauan dengan jumlah 13.466 pulau (sumber :BadanInformasiGeospasial (BIG) tahun 2010) baik yang berpenghuni maupun tidak menyimpan sejuta eksotisme keindahan alamnya. Contohnya, Pulau Randayan di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat memiliki keindahan terumbu karang dan pantai putihnya yang tidak kalahmenarik dibandingkan pantai-pantai lain di Indonesia.

2. Mencintai di tengah keterbatasan

Kesenjangan sosial merupakan masalah serius yang dihadapi Indonesia. Masyarakat ibukota dan kota-kota besar di Indonesia memiliki beribu macam fasilitas umum (rumah sakit, sekolah, jalan umum, dan lain-lain) tempat rekreasi, dan pusat perbelanjaan. Situasi yang berbanding terbalik dengan masyarakat yang berada di perbatasan Kalimantan (Indonesia) dan Sarawak (Malaysia), dimana jalannya masih berdebu ketika musim kemarau tiba dan berlumpur ketika musim hujan datang.

3. Garuda Masih di Dada

"Garuda di dadaku, garuda kebangaanku, kuyakin hari ini pasti menang". Sepenggal lagu tersebut pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita. Apalagi buat Anda yang sering menyaksikan pertandingan sepakbola Tim Nasional Indonesia.

KemenanganTimnas Indonesia U-19 yang berhasil mengalahkan Korea Selatan dengan skor 3-2 menghadirkan euforia yang menggema di seluruh nusantara. Rasa bahagia dan kebanggaan merasuki setiap insan di seluruh penjuru negeri.

Kita memang harus berbangga, karena di tengah derasnya arus globalisasi, dimana individualisme dan sikap acuh tak acuh merusak pribadi bangsa, secercah nasionalisme masih berada di diri kita. Karena garuda masih di dada.

4. Senyum, sapa dan salam

Tiga hal yang sering dilakukan dan sudah menjadi tuntutan sebagai bukti keramahan penduduk Indonesia. Senyum, sapa dan salam, suatu wujud kehangatan dan rasa keakraban yang hingga saat ini masih tetap dijaga untuk terus menciptakan harmonisasi kehidupan. Terbukti dari survei The Smiling Report 2009 dari AB Better Business, senyum, sapa dan salam ini tidak hanya membuat kebahagiaan bagi orang-orang yang menerima senyum, tapi juga memberi atmosfir kebahagiaan.


5. Beribu kisah di balik sejarah

Indonesia, negeri yang penuh dengan cerita heroiknya .Beribu kisah di balik sejarah Indonesia yang sepatutnya mampu menginspirasi kita semua, terutama kawula mudanya untuk terus menghargai jasa pahlawan dan mencintai sejarahnya.

Mengutip kata bung Karno, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya". Ya, dari sejarahlah kita dapat belajar bagaimana untuk mencapai suatu tujuan kemerdekaan membutuhkan kerjasama, pengorbanan, dan persatuan.

Kemerdekaan ini adalah bagian dari sejarah masa lalu. Tugas kita adalah kembali menorehkan tinta-tinta emas untuk sejarah Indonesia yang lebih hebat di masa mendatang.

6. Tempat akhir menutup mata

Indonesia tanah air beta, pusaka abadi nan jaya. Indonesia tempat berlindung di hari tua sampai akhir menutup mata. Indonesia dengan segala carut-marut politiknya, korupsi menggurita, hedoisme generasi muda dan segala problematika hidupnya. Meskipun begitu, di sinilah kehidupan kita dimulai dan di sini pula kita mengakhirinya, yakni di negeri tercinta, terhebat, dan luar biasa.  (Uray Dewi Utami/mar)

Uray Dewi Utami adalah pewarta warga.

Mulai 6 November-15 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "Jika Aku Punya Startup". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.