Citizen6, Jakarta: Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya. Untaian kata tersebut selalu mengingatkan kita untuk selalu mengenang jasa para pahlawan.
Secara etimologi kata "pahlawan" berasal dari bahasa Sansekerta "phala", yang bermakna hasil atau buah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani.
Pahlawan adalah seseorang yang berpahala yang perbuatannya berhasil bagi kepentingan orang banyak. Perbuatannya memiliki pengaruh terhadap tingkah laku orang lain, karena dinilai mulia dan bermanfaat bagi kepentingan masyarakat bangsa atau umat manusia.
Dalam bahasa Inggris pahlawan disebut "hero" yang diberi arti satu sosok legendaris dalam mitologi yang dikaruniai kekuatan yang luar biasa, keberanian dan kemampuan, serta diakui sebagai keturunan dewa. Pahlawan adalah sosok yang selalu membela kebenaran dan membela yang lemah.
Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2009, Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara. Atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Gelar pahlawan ini meliputi Pahlawan Perintis Kemerdekaan, Pahlawan Kemerdekaan Nasional, Pahlawan Proklamator, Pahlawan Kebangkitan Nasional, Pahlawan Revolusi, dan Pahlawan Ampera. Sampai saat ini ada 156 tokoh yang telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
Pada umumnya pahlawan adalah seseorang yang berbakti kepada masyarakat, negara, bangsa dan atau umat manusia tanpa menyerah dalam mencapai cita-citanya yang mulia. Sehingga rela berkorban demi tercapainya tujuan, dengan dilandasi oleh sikap tanpa pamrih pribadi. Seorang pahlawan bangsa yang dengan sepenuh hati mencintai negara bangsanya sehingga rela berkorban demi kelestarian dan kejayaan bangsa negaranya disebut juga sebagai patriot.
Setiap 10 November bangsa kita merayakan Hari Pahlawan. Pada saat itulah kita mengenang jasa para pahlawan yang telah bersedia mengorbankan jiwa, raga dan hartanya untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda.
Peristiwa besar ini terjadi pada 10 November 1945 di Kota Surabaya, Jawa Timur dan menjadi perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan merupakan pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia.
Selain itu, peristiwa ini juga menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme. Pada saat itu para pejuang kita bertempur mati-matian untuk melawan tentara Inggris di Surabaya. Padahal saat itu kita hanya mempunyai beberapa pucuk senjata api, selebihnya para pejuang menggunakan bambu runcing. Namun para pejuang kita tak pernah gentar untuk melawan penjajah. Adalah Bung Tomo, salah satu tokoh terkenal yang mampu menyalakan semangat rakyat saai itu lewat siaran-siaran radionya.
Setiap tahun kita mengenang jasa para pahlawan. Peringatan yang kita lakukan sekarang cenderung bersifat hanya seremonial saja. Memang kita tidak ikut mengorbankan nyawa seperti para pejuang di Surabaya pada waktu itu. Oleh karena itu, tugas kita saat ini adalah memberi makna baru kepahlawanan dan mengisi kemerdekaan sesuai dengan perkembangan zaman.
Saat memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, rakyat telah mengorbankan nyawanya. Kita wajib menundukkan kepala untuk mengenang jasa-jasa mereka. Karena itulah kita merayakan Hari Pahlawan setiap 10 November. Akan tetapi kepahlawanan tidak hanya sekedar itu saja. Dalam mengisi kemerdekaan pun kita dituntut untuk menjadi pahlawan.
Seiring waktu berganti, makna pahlawan pun mulai bergeser. Pahlawan tak lagi hanya para pejuang yang berjuang di medan laga, namun juga mereka yang mampu membawa harum nama bangsa. Kategori pahlawan pun ada banyak, tergantung dengan prestasi yang disumbangkannya dan bidangnya masing-masing.
Menghadapi situasi seperti sekarang kita berharap muncul banyak pahlawan dalam segala bidang kehidupan. Bangsa ini sedang membutuhkan banyak pahlawan, pahlawan untuk mewujudkan Indonesia yang damai, Indonesia yang adil dan demokratis, serta Indonesia yang bersih dan bebas korupsi. Penjajahan di negeri ini bukan lagi secara fisik tapi lebih ke mental. Penjajahan ke arah mental inilah yang lebih berbahaya, karena kita tidak merasakan secara langsung, namun bersifat bertahap dan terus menerus.
Mental Negeri kita yang diwarnai mental korupsi yang sudah mencapai stadium terakhir, itu adalah bentuk nyatanya. Oleh karena itulah kita sangat membutuhkan orang-orang berani untuk memberantasnya. Karena korupsi adalah akar dari kehancuran sebuah Negara yang dapat mengerogoti negara secara perlahan, dan membuat mental keropos di dalamnya.
Indonesia sangat membutuhkan anak-anak muda yang berjiwa pahlawan. Berani bersuara dan bertindak untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. Karekteristik seorang pahlawan adalah jujur, pemberani, dan rela melakukan apapun demi kebaikan dan kesejahteraan orang banyak. Untuk itu, setiap orang harus berjuang untuk menjadi pahlawan.
Karena itu, hari pahlawan tidak hanya pada 10 November, tetapi berlangsung setiap hari dalam hidup kita. Setiap hari kita berjuang paling tidak menjadi pahlawan untuk diri kita sendiri dan keluarga. Artinya, kita menjadi warga yang baik dan meningkatkan prestasi dalam kehidupan masing-masing. Kita bertanya pada diri sendiri apakah kita rela mengorbankan diri untuk mengembangkan diri dalam bidang kita masing-masing dan mencetak prestasi dengan cara yang adil, pantas dan wajar. Itulah pahlawan sekarang. (Dharma Yudha/mar)
Dharma Yudha adalah pewarta warga dan Alumnus Pascasarjana KSI UI dan Senior Analis Lembaga Kajian Strategis Nusantara Bersatu.
Mulai 6 November-15 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "Jika Aku Punya Startup". Dapatkan 3 tiket masuk ke acara Startup Asia Jakarta 2013, yang masing-masing tiketnya bernilai Rp 3,3 jutaan ditambah merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Secara etimologi kata "pahlawan" berasal dari bahasa Sansekerta "phala", yang bermakna hasil atau buah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani.
Pahlawan adalah seseorang yang berpahala yang perbuatannya berhasil bagi kepentingan orang banyak. Perbuatannya memiliki pengaruh terhadap tingkah laku orang lain, karena dinilai mulia dan bermanfaat bagi kepentingan masyarakat bangsa atau umat manusia.
Dalam bahasa Inggris pahlawan disebut "hero" yang diberi arti satu sosok legendaris dalam mitologi yang dikaruniai kekuatan yang luar biasa, keberanian dan kemampuan, serta diakui sebagai keturunan dewa. Pahlawan adalah sosok yang selalu membela kebenaran dan membela yang lemah.
Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2009, Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara. Atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Gelar pahlawan ini meliputi Pahlawan Perintis Kemerdekaan, Pahlawan Kemerdekaan Nasional, Pahlawan Proklamator, Pahlawan Kebangkitan Nasional, Pahlawan Revolusi, dan Pahlawan Ampera. Sampai saat ini ada 156 tokoh yang telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
Pada umumnya pahlawan adalah seseorang yang berbakti kepada masyarakat, negara, bangsa dan atau umat manusia tanpa menyerah dalam mencapai cita-citanya yang mulia. Sehingga rela berkorban demi tercapainya tujuan, dengan dilandasi oleh sikap tanpa pamrih pribadi. Seorang pahlawan bangsa yang dengan sepenuh hati mencintai negara bangsanya sehingga rela berkorban demi kelestarian dan kejayaan bangsa negaranya disebut juga sebagai patriot.
Setiap 10 November bangsa kita merayakan Hari Pahlawan. Pada saat itulah kita mengenang jasa para pahlawan yang telah bersedia mengorbankan jiwa, raga dan hartanya untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda.
Peristiwa besar ini terjadi pada 10 November 1945 di Kota Surabaya, Jawa Timur dan menjadi perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan merupakan pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia.
Selain itu, peristiwa ini juga menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme. Pada saat itu para pejuang kita bertempur mati-matian untuk melawan tentara Inggris di Surabaya. Padahal saat itu kita hanya mempunyai beberapa pucuk senjata api, selebihnya para pejuang menggunakan bambu runcing. Namun para pejuang kita tak pernah gentar untuk melawan penjajah. Adalah Bung Tomo, salah satu tokoh terkenal yang mampu menyalakan semangat rakyat saai itu lewat siaran-siaran radionya.
Setiap tahun kita mengenang jasa para pahlawan. Peringatan yang kita lakukan sekarang cenderung bersifat hanya seremonial saja. Memang kita tidak ikut mengorbankan nyawa seperti para pejuang di Surabaya pada waktu itu. Oleh karena itu, tugas kita saat ini adalah memberi makna baru kepahlawanan dan mengisi kemerdekaan sesuai dengan perkembangan zaman.
Saat memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, rakyat telah mengorbankan nyawanya. Kita wajib menundukkan kepala untuk mengenang jasa-jasa mereka. Karena itulah kita merayakan Hari Pahlawan setiap 10 November. Akan tetapi kepahlawanan tidak hanya sekedar itu saja. Dalam mengisi kemerdekaan pun kita dituntut untuk menjadi pahlawan.
Seiring waktu berganti, makna pahlawan pun mulai bergeser. Pahlawan tak lagi hanya para pejuang yang berjuang di medan laga, namun juga mereka yang mampu membawa harum nama bangsa. Kategori pahlawan pun ada banyak, tergantung dengan prestasi yang disumbangkannya dan bidangnya masing-masing.
Menghadapi situasi seperti sekarang kita berharap muncul banyak pahlawan dalam segala bidang kehidupan. Bangsa ini sedang membutuhkan banyak pahlawan, pahlawan untuk mewujudkan Indonesia yang damai, Indonesia yang adil dan demokratis, serta Indonesia yang bersih dan bebas korupsi. Penjajahan di negeri ini bukan lagi secara fisik tapi lebih ke mental. Penjajahan ke arah mental inilah yang lebih berbahaya, karena kita tidak merasakan secara langsung, namun bersifat bertahap dan terus menerus.
Mental Negeri kita yang diwarnai mental korupsi yang sudah mencapai stadium terakhir, itu adalah bentuk nyatanya. Oleh karena itulah kita sangat membutuhkan orang-orang berani untuk memberantasnya. Karena korupsi adalah akar dari kehancuran sebuah Negara yang dapat mengerogoti negara secara perlahan, dan membuat mental keropos di dalamnya.
Indonesia sangat membutuhkan anak-anak muda yang berjiwa pahlawan. Berani bersuara dan bertindak untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. Karekteristik seorang pahlawan adalah jujur, pemberani, dan rela melakukan apapun demi kebaikan dan kesejahteraan orang banyak. Untuk itu, setiap orang harus berjuang untuk menjadi pahlawan.
Karena itu, hari pahlawan tidak hanya pada 10 November, tetapi berlangsung setiap hari dalam hidup kita. Setiap hari kita berjuang paling tidak menjadi pahlawan untuk diri kita sendiri dan keluarga. Artinya, kita menjadi warga yang baik dan meningkatkan prestasi dalam kehidupan masing-masing. Kita bertanya pada diri sendiri apakah kita rela mengorbankan diri untuk mengembangkan diri dalam bidang kita masing-masing dan mencetak prestasi dengan cara yang adil, pantas dan wajar. Itulah pahlawan sekarang. (Dharma Yudha/mar)
Dharma Yudha adalah pewarta warga dan Alumnus Pascasarjana KSI UI dan Senior Analis Lembaga Kajian Strategis Nusantara Bersatu.
Mulai 6 November-15 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "Jika Aku Punya Startup". Dapatkan 3 tiket masuk ke acara Startup Asia Jakarta 2013, yang masing-masing tiketnya bernilai Rp 3,3 jutaan ditambah merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.